Senin, Desember 23, 2024
26.7 C
Jakarta

Datang kabar dari Meksiko, “anak hilang” itu sudah mengenakan jubah “Maria Hamba Allah”

Rus

Setelah tamat SMP, Rus melanjutkan pendidikan ke Seminari Menengah Sandominggo di Hokeng. Namun, hanya enam bulan, Rus hengkang dari seminari milik Keuskupan Larantuka itu dan kembali ke Waipukang dan masuk SMA Santo Darius di Larantuka. Setelah dua tahun di kampung, ternyata niatnya untuk menjadi gembala terus tumbuh, meski tidak mendapat restu ayahnya Gaspar Laba Kare Balawangak.

Bahkan kehidupan rohaninya sempat  terganggu karena ayahnya menilai bahwa mengurus rohani hanya membuang waktu. Tekanan dan penilaian ini disebabkan oleh ibunya, Bernadete Rau, yang aktif di Kongregasi Santa Ana. Bagi Gaspar mengikuti kegiatan kongregasi itu sia sia. Akan tetapi, tekanan itu tidak membuat Rus putus asa. Dia semakin mendekatkan diri dengan Tuhan sembari memberi kekuatan dan peneguhan rohani kepada ibunya.

Rus tidak patah semangat. Niat menjadi imam tetap dipelihara. Suatu ketika, setelah dua tahun (2004-2005) menjual tuak, ketupat dan lawar di Pasar Lewoleba, Rus pamit kepada ibunya dan pergi ke Larantuka.

“Dia hanya pamit pergi ke Larantuka beberapa hari saja dan pulang,” kata ibunya kepada PEN@ Katolik. Ternyata Rus pergi sekian lama. Tanpa ada kabar. Tanpa ada berita. Keluarga besar Balawangak sempat mencari melalui berbagai media termasuk bertanya kepada beberapa kerabat, kenalan dan keluarga lewat email, surat, telepon, sms dan media lainnya. Namun, informasi keberadaan anak bungsu  dari delapan bersaudara itu tak pernah diketahui.

Sebagai ibu yang melahirkan, Dete Rau gelisah, cemas, kuatir, bahkan sempat jatuh sakit. Sedangkan ayahnya menyimpan semua perkara ini dalam hatinya, sembari diam-diam mendekatkan diri kepada Tuhan dan Bunda Maria.

Suatu ketika, datang surat dari Meksiko, Amerika Latin. Surat itu dari Rus, tepatnya Petrus M Kare Balawangak. Dalam surat itu dikatakan bahwa Rus berada di Meksiko dan sudah mengenakan jubah, Maria Hamba Allah, warna hitam. Dete Rau nyaris lemas, sedangkan Gaspar tak bisa berkata apa apa.

“Kami tidak bisa buat apa apa. Bapanya hanya diam. Kami pasrah. Anak bungsu masuk seminari. Mau halang bagaimana? Dia sudah milik Tuhan,” lanjut Dete Rau.

Itulah sepenggal kisah perjalanan imamat Pastor Petrus M Kare Balawangak OSM. Rus, demikian nama panggilannya, adalah biarawan keempat asal Indonesia dalam Ordo Hamba-Hamba María, yang dalam bahasa Latin disebut Ordinis Servorum Maríae (OSM). Biarawan lainnya adalah Pastor Tadeus M Transi OSM, Pastor Damianus M Gare Gili OSM, dan Frater Serilus M Subin OSM. Ketiganya adalah biarawan angkatan pertama asal Indonesia.

Tanggal 26 Juli 2017, di Halaman Rumah Pastoral Paroki Santa Maria Bintang Laut Waipukang, dan di hadapan ribuan umat, Petrus Kare Balawanga OSM ditahbiskan imam oleh Uskup Larantuka  Mgr Frans Kopong Kung yang didampingi 20 pastor konselebran.

Rus ditahbiskan dengan memilih moto, ‘Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu,” sebab dia sadar benar bahwa dirinya adalah hamba Tuhan dan dia ingin menjadi Hamba Bunda Maria.

Misa tahbisan dihadiri pula oleh Provinsial Ordo OSM Meksiko Pastor Ruben OSM bersama delapan pastor OSM lainnya. Hadir juga Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday dan Ketua DPRD Lembata Ferdinanus Koda.(Emanuel Bataona)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini