Berbagai tarian terlihat di berbagai paroki di Pulau Sumba atau di Wilayah Keuskupan Weetebula ketika sebuah ikon atau gambar Bunda Maria diserahkan dari satu paroki ke paroki lain, Doa Rosario didaraskan sepanjang jalan ikon itu diarak untuk berpindah tempat, dan Doa Novena terdengar dalam perhentian ikon itu.
Ikon itu adalah gambar “Maria Bunda Selalu Menolong” yang sejak 29 April 2017 hingga 9 Juni 2017 mengitari 19 dari 26 paroki di Keuskupan Weetebula yang banyak dilayani para imam Kongregasi Sang Penebus Mahakudus yang lebih dikenal dengan para imam Redemptoris atau singkatan CSsR.
Ziarah Asia Pasifik dari ikon, yang datang dari Filipina dan akan diteruskan ke Korea Selatan untuk kembali ke Italia, itu merupakan salah satu dari kegiatan Yubileum 150 Tahun Ikon “Maria Bunda Selalu Menolong” yang diserahkan oleh Paus Pius IX kepada Serikat Redemptoris tanggal 23 Juni 1867 untuk diperkenalkan ke seluruh dunia. Yubileum itu berlangsung tiga tahun dan penutupannya akan dilaksanakan 27 Juni 2017.
Kunjungan paroki di Indonesia berakhir di Paroki Santa Maria Homba Karipit, Sumba. “Ziarah ikon itu berakhir di paroki kami. Setelah Misa Penutup di paroki kami, maka tanggal 9 Juni ikon itu dibawa kembali ke biara Redemptoris,” kata Kepala Paroki Homba Karipit Pastor Ferdi Djaga Kota CSsR kepada PEN@ Katolik, 12 Juni 2019.
Ikon itu adalah salah satu dari 12 ikon “Maria Bunda Selalu Menolong” yang diberkati oleh Paus Fransiskus dalam Audiensi Umum di Lapangan Santo Petrus, tanggal 18 Mei 2016.
Banyak umat Katolik mengenal gambar itu dengan nama Maria Pembantu Abadi, namun menurut keterangan imam itu, Redemptoris Indonesia sebagai pemilik ikon itu menerjemahkannya “Maria Bunda Selalu Menolong”.
Menurut Pastor Ferdi, umumnya umat Katolik di Sumba sudah mengenal sejarah ikon yang diserahkan kepada Redemptoris untuk disebarkan atas perintah tahta suci, “maka ketika gambar itu disebarkan ke Pulau Sumba, gambar itu diterima dengan cara orang Sumba menerima ‘orang besar’ yakni dengan tari-tarian Sumba, sebagai tanda kebahagiaan, tanda menghomati.”
Pastor Ferdi menceritakan bahwa ikon yang dilukis abad XIV oleh pelukis yang tidak dikenal namanya itu berasal dari Pulau Kreta, Yunani. Di abad XV, lanjut imam itu, ikon itu dicuri oleh pedagang dan dibawa ke Roma. “Menjelang ajalnya, pedagang itu mengakui kecurangannya dan menyerahkan gambar itu kepada Gereja. Tahun 1499, gambar Maria itu ditahtakan di Gereja Santo Matius di Roma dan sejak waktu itu dikenal dan sangat dihormati sebagai ‘Bunda Selalu Menolong.’” Tiga ratus tahun kemudian tentara Napoleon menghancurkan Gereja Santo Matius.
Baru sesudah 60 tahun kemudian, lanjut imam itu, “gambar keramat itu ditemukan kembali dan di tahun 1866, gambar yang sangat berharga itu diserahkan kepada Kongregasi Redemptoris oleh Paus Pius IX dan ditahtakan di Gereja Santo Matius yang dulu dihancurkan.” Pada kesempatan itu, lanjutnya, Paus berpesan kepada Pimpinan Kongregasi Redemptoris, “Gambar ini sungguh indah. Usahakanlah agar gambar ‘Maria Bunda Selalu Menolong’ ini akan dikenal di mana-mana di seluruh dunia.”(paul c pati)