PEKAN BIASA X (H)
Santo Yohanes Fakundus; Beata Yolenta, Florida dkk.; Beato Laurensius Maria Salvi
Bacaan I: 2Kor. 1:1-7
Mazmur: 34:2-3.4-5.6-7.8-9; R:9a
Bacaan Injil: Mat. 5:1–12
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: ”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di surga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu.”
Renungan
Yang dipuji dunia berbeda dengan yang dipuji Yesus. Uang, kekayaan, pangkat, gelar, dan kuasa dikejar dan dipuji dunia. Tetapi Yesus memuji sebaliknya: yang hidup miskin, berduka, lemah lembut, berbelas kasih, menderita demi kebenaran dan Kerajaan Allah dinilai Yesus sebagai yang membahagiakan. Yesus sendiri menderita dan dalam penderitaan-Nya Ia sanggup menghibur wanita-wanita Yerusalem yang menangisi-Nya.
Paulus juga mengalami banyak penderitaan. Namun dalam penderitaannya, ia sanggup menghibur umat Korintus yang menderita. Mengapa? Karena ”Allah adalah sumber penghiburan. Ia menghibur kita dalam segala penderitaan, sehingga kita sanggup menghibur semua orang yang ditimpa bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kita terima sendiri dari Allah.” Karena itu pula, orang-orang kudus sanggup menderita dan mempersembahkan penderitaan mereka demi penebusan dosa-dosa manusia lainnya.
Dalam Anjuran Apostolik Salvifici Doloris, Santo Yohanes Paulus II mengatakan, penderitaan itu ada juga yang salvific suffering (derita yang membawa keselamatan). Penderitaan tidak boleh diartikan hanya sebagai hukuman Tuhan, cobaan hidup, atau pendidikan iman. Ada juga arti penyelamatan dari penderitaan orang baik, sebagaimana Kristus sendiri telah menderita demi keselamatan kita. Semoga kita dapat menemukan arti penyelamatan ini di kala kita menderita karena iman dan berbuat baik.
Ya Tuhan, semoga aku dapat menghibur orang lain dengan penghiburan yang kuterima dari-Mu. Semoga kehadiranku menyalurkan keselamatan-Mu. Amin.
Ziarah Batin 2017