Minggu, Desember 22, 2024
28.6 C
Jakarta

Tomohon kota yang damai, di sana berdiri berbagai biara

12 postulan JMJ  menerima busana rohani. Foto: Pastor Terry Ponomban Pr
12 postulan JMJ menerima busana rohani. Foto: Pastor Terry Ponomban Pr

Hari ini, 8 Juni 2017, 12 orang postulan Kongregasi Jesus Maria Joseph (JMJ) menerima busana rohani. Namun, lebih daripada itu, dalam tulisan ini Pastor Albertus Sujoko MSC, seorang doktor teologi dari Universitas Alfonsiana di Roma, yang kini Ketua Program Imamat untuk para frater MSC di Seminari Hati Kudus Pineleng, Sulawesi Utara, menggambarkan kota tempat imam itu membimbing retret para postulan itu dan tempat penerimaan busana rohani itu, Kota Tomohon. Pastor Sujoko mengijinkan PEN@ Katolik mengangkat tulisan yang dia muat dalam sebuah milis ini.

Kabar dari Kota Tomohon

Delapan hari terakhir ini saya berada di Kota Tomohon membimbing retret para postulan JMJ yang akan menerima busana rohani pada hari ini, Kamis, 8 Juni 2017. Jumlah postulan itu 12 orang. Pada waktu yang sama, Pastor Maurice Loru MSC membimbing retret para Novis JMJ tahun kedua yang akan profesi pertama hari ini. Jumlah mereka ada 8 orang. Jadi di Gereja Hati Kudus Tomohon itu akan berbaris 20 gadis untuk mempersembahkan diri kepada Kristus melalui Gereja untuk hidup melayani umat dan masyarakat.

Pada minggu yang sama, berlangsung juga retret para suster JMJ Provinsi Manado gelombang pertama yang berjumlah 32 orang dan dipimpin oleh Pastor Laurentius Priyo Poedjiono SJ, keponakan dari Julius Kardinal Darmaatmadja. Jadi dalam waktu bersamaan terjadi retret tiga kelompok yang berbeda di kompleks JMJ yang sama, di tempat yang sejuk dingin, luas, hening dan tenang.

Pada hari Minggu, 4 Juni 2017, hari Pentakosta, di tengah-tengah retret itu, semua peserta retret bersama umat berkumpul di Kapel Rumah Sakit Gunung Maria untuk mendoakan Suster Josephi Kaparang JMJ yang meninggal dalam usia 92 tahun. Pada hari yang sama itu di Kapel Rumah Sakit Lembean juga dilangsungkan Misa Requiem untuk Suster Katrin Karundeng JMJ yang meninggal juga beberapa waktu kemudian dalam usia sekitar 80 tahun.

Waktunya diatur sedemikian sehingga kedua jenazah suster yang meninggal itu bertemu di depan Rumah Sakit Gunung Maria untuk menuju tempat pemakaman yang letaknya di sebelah rumah Postulan. Kompleks makan berdampingan dengan rumah postulan yang melambangkan perjalanan suster JMJ sejak masuk sampai meninggal dalam kesetiaan panggilan Tuhan yang suci.

Hadir dalam pemakaman itu empat imam Jesuit muda yang sedang live in di panti asuhan dan rumah sakit di Lembean dan Tomohon. Dua Jesuit dari Indonesia namanya Andre dan Andalas, dua dari Filipina yang satu nama Jasson yang satunya lupa. Mereka berempat ada dalam asuhan Pastor Priyo yang memberi retret itu.

Tomohon adalah kota yang sungguh terberkati

Sejak para pastor Jesuit menanamkan benih iman katolik dan kemudian dilanjutkan oleh para pastor MSC sejak tahun 1919 (oh tahun 2019, 100 tahun MSC berkarya di Manado, dan sudah ada uskup baru; tahun 2018 peringatan Pastor Jan de Vries SJ mendarat di Kema 150 tahun lalu, tahun 1868). Dua pastor Jesuit yang sempat saya tahu karena ditulis oleh Pastor Jan van Paassen dalam buku Sejarah MSC di Manado adalah Pastor Wintjes SJ yang menjadi pastor paroki Tomohon selama 18 tahun. Saya tahu dari sejarah ada pula pastor Antonius van Velsen SJ yang selama 25 tahun berkarya di Woloan dan mendirikan sekolah guru Kweek school. Kemudian beliau menjadi Uskup di Batavia.

Di Kota Tomohon, tahun 2001, berdiri juga Tarekat Bruder Tujuh Dukacita Santa Maria (BTD). Tanggal 30 Mei 2017, mereka memiliki rumah pembinaan postulat dan novisiat yang diberkati oleh Uskup Manado Mgr Josef Suwatan MSC. Seluruh biaya pembangunan, sebesar 3,4 milyar rupiah, disumbang oleh Bruder CSD Belanda. BTD dilahirkan oleh Bruder Han Gerritse CSD. Belum ada sumbangan dari umat, pemerintah atau donatur setempat.

Ada pula Seminari Agustinianum, rumah pembinaan Kongregasi Para Frater Santa Perawan Maria, Bunda yang Berbelaskasih (CMM), dan Seminari Menengah Kakaskasen. Seminari menengah itu berdiri paling pertama, sejak 1938 di Woloan, dan dilanjutkan lagi setelah perang Jepang tahun 1946. Ada pula biara Kongregasi Suster Dina Santo Yoseph (DSY), dan Biara Karmel Santa Theresia Kakaskasen yang menjadi pendoa setia supaya berkat Allah selalu dicurahkan untuk kota Tomohon dan dunia.

Senang sekali menikmati damainya kota Tomohon ini. Damai itu rupanya adalah hal yang paling penting untuk Yesus. Sehingga Yesus berkata, “Damai Kuberikan kepadamu, Damai-Ku kuberikan kepadamu.” Saya sering bertanya, mengapa Yesus memilih “damai” itu bukan yang lain, misalnya cinta kasih, atau berkat atau hal baik lainnya, melainkan damai.

Dan sepertinya damai itu yang semakin hilang dari hati manusia dan digantikan oleh ujaran kebencian, padahal yang paling dibutuhkan oleh manusia dan dunia ini adalah damai. Indonesia sangat membutuhkan damai itu. Timur Tengah terlebih lagi. Dan seluruh dunia ini membutuhkannya.

Salam Damai dari Tomohon.

sujoko msc

Retret 32 suster JMJ Provinsi Manado gelombang pertama yang dipimpin Pastor Laurentius Priyo Poedjiono SJ.
Retret 32 suster JMJ Provinsi Manado gelombang pertama yang dipimpin Pastor Laurentius Priyo Poedjiono SJ.
Artikel sebelum
Artikel berikut

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini