28 Mei 2017
Matius 28:16-20
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno OP
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus…(Mat 28:19)”
Gambaran tentang Kenaikan Yesus yang ada dalam benak kita adalah Yesus yang diangkat ke langit, sementara para murid dengan penuh doa memperhatikan-Nya menghilang secara perlahan-lahan. Tidak salah jika disebut ‘Kenaikan’ Yesus karena Kristus yang telah bangkit akhirnya naik ke surga, kembali kepada Bapa-Nya. Di dalam film Risen, Kenaikan Yesus digambarkan sedikit berbeda. Yesus tidak diangkat ke surga, tapi Dia hanya berdiri di hadapan para murid-Nya, dan tiba-tiba cahaya yang menyilaukan datang dan menelan Yesus, dan Dia pun menghilang dari pandangan mereka. Meskipun memiliki rincian yang berbeda, Kenaikan Yesus berbicara kepada kita tentang Yesus yang memisahkan diri dari murid-murid-Nya, dan meninggalkan mereka karena Ia harus kembali kepada Bapa-Nya.
Namun, dalam Injil Matius, kita memiliki kisah Kenaikan yang berbeda. Sebenarnya, secara teknis, Matius tidak memiliki kisah Kenaikan. Di bagian terakhir Injil Matius, Yesus tidak naik ke surga atau Ia pergi meninggalkan para murid-Nya. Apa yang Yesus lakukan adalah mengutus murid-murid untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya, membaptis mereka dan mengajar mereka. Yang terjadi sebenarnya adalah murid-murid yang meninggalkan Yesus. Injil Matius berakhir dengan janji Yesus bahwa Ia akan menyertai murid-murid-Nya sampai akhir zaman. Jelas bahwa di dalam Injil Matius, Yesus tidak pernah meninggalkan murid-murid-Nya, tetapi para murid lah yang meninggalkan Yesus untuk mewartakan Injil. Saat para murid melanjutkan hidup baru mereka sebagai rasul, Yesus terus berjalan bersama mereka.
Saya memasuki seminari menengah Mertoyudan sejak usia 14 tahun. Perpisahan tidaklah mudah bagi saya dan orang tua saya. Ada kecemasan psikologis dan kerinduan emosional untuk pulang ke rumah. Tapi, syukurlah perasaan itu mereda, dan faktor besar yang membuat saya bertahan adalah orang tua saya mengizinkan dan mendukung keputusan saya untuk meninggalkan mereka. Mereka membebaskan saya pergi agar saya bisa menjadi pria dewasa yang akan membentuk hidup dan masa depannya sendiri. Namun, saya juga menyadari bahwa mereka sebenarnya tidak pernah meninggalkan saya. Secara biologis, saya memiliki gen dari orang tua saya. Secara rohani, saya selalu ada dalam doa mereka. Tidak hanya itu, berbagai tindakan saya mencerminkan didikan yang mereka berikan. Dari mereka, saya belajar untuk mencintai Tuhan dan Gereja, disiplin dan kerja keras. Apa yang orang lihat adalah saya, tapi apa yang saya berikan berasal dari orang tua saya. Mereka tidak pernah meninggalkan saya walaupun saya meninggalkan mereka.
Dalam Kenaikan, Yesus tidak mengekang kita, Dia tidak menekan pertumbuhan kita, dan Dia tidak ingin kita menjadi kanak-kanak selamanya. Yesus membebaskan kita, murid-murid-Nya, dan memberdayakan kita untuk menjadi pria dan wanita yang mampu menempa jalan kita sendiri di dunia. Kita harus meninggalkan Yesus supaya kita bisa menjadi rasul-Nya yang dewasa, bebas dan inovatif.
Namun, sejatinya Dia tidak pernah meninggalkan kita. Kita membawa Yesus bersama kita karena Yesus telah membentuk kita menurut gambar-Nya. Sewaktu kita menerima Yesus dari orang tua, guru, katekis, dan imam, dan setelah hidup bersama Yesus sebagai murid-murid-Nya, sekarang giliran kita untuk mewartakan dan membagikan Yesus kepada orang lain. Ini adalah saatnya bagi kita untuk menjadikan semua bangsa murid-murid-Nya.