Pelayanan harus dilandasi sukacita dan kegembiraan agar umat rasakan kasih Allah

0
4753

DSCN6800

Konsep pelayanan umat harus dilandasi dengan sukacita, kegembiraan dan memberi atau kontribusi sehingga mereka semakin mengalami kehadiran Tuhan atau Kerajaan Allah di dunia, kata Kepala Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda (HSPMTB) Tangerang Pastor Yohanes Winangun Wartaya SJ seraya menegaskan, “Kita harus saling melayani agar umat semakin bergembira merasakan kasih Allah dalam hidup.”

Imam itu percaya, ketika orang yang dilayani merasa diperhatikan, ia pasti mengalami sukacita dan “itulah yang diyakini merupakan rahmat Tuhan yang diberikan kepadanya, dan membuat orang itu selalu merasa bersyukur kepada Tuhan,” tegas Pastor Winangun Wartaya yang mengajak umat secara individu atau kelompok untuk saling mendukung dalam pelayanan.

Pastor Winangun Wartaya SJ berbicara setelah Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 di Paroki HSPMTB Tangerang, 23 Mei 2017. Dalam Misa itu imam itu didampingi oleh pastor rekan Pastor Vincentius Suryatna SJ dan Walterus Teguh Santoso SJ dan dua imam tamu.

Misa itu menjadi awal serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan selama 2017 dan 2018 menyongsong HUT ke-70 Paroki HSPMTB, Mei 2018. Berbagai kegiatan akan dilaksanakan selama itu, seperti olahraga voli, tenis meja, bulu tangkis.

Sebelum Misa dimulai, seorang lektor membacakan sejarah singkat dari paroki yang paling tua di Dekenat Tangerang itu. Dikisahkan, Gereja itu mulai resmi ada tanggal 23 Mei 1948 saat permandian Erik Van Ameron dari Belanda. Saat itu, wilayah Tangerang berada di bawah Paroki Mangga Besar, Jakarta Pusat, dengan Pastor Laurentius Van der Werf SJ sebagai kepala paroki.

Selain pelayan umat juga dilaksanakan karya pendidikan dengan mendirikan Sekolah Strada di Tangerang tahun 1950. Karena kebutuhan empat ibadah, maka pastor itu menempatkan salib di salah satu ruangan kelas, dan kelas itu yang berkembang menjadi gereja  paroki saat ini.

Tahun 1953 paroki itu mendirikan sebuah seminari menengah. Namun setahun kemudian seminari itu bergabung dengan Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang.

Sebagai wujud kepedulian terhadap mantan penderita kusta, agar mereka mendapat pekerjaan dan kehidupan layak, tahun 1960 didirikan Pusat Pelayanan Maria Fatima (Marfati). Pengelolaan dijalankan bekerja sama dengan para suster Jesus Maria Joseph (JMJ).

Pembangunan gedung gereja dilakukan secara swadaya oleh umat setempat pada Maret 1973, kemudian diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ tanggal  26 Agustus 1973. Karya pelayanan selanjutnya dilakukan di stasi-stasi. Tahun yang sama dirintis pelayanan putera-puteri sakristi Bina Iman Anak (BIA) dan Bina Iman Remaja (BIR).

Pertumbuhan umat sangat cepat dan terus meningkat. Tujuh paroki di Dekenat Tangerang semuanya merupakan pemekaran dari paroki ini. Kini paroki yang tertua di Dekenat Tangerang itu sudah berusia 69 tahun dan mempunyai jumlah umat sebanyak 17.000 yang tersebar di 210 lingkungan dan 90 wilayah.

Wakil Ketua Dewan Paroki HSPMTB Tangerang, Antonius Sumarno, menjelaskan bahwa tema yang diusung perayaan itu adalah “Menuju 70 tahun Gereja HSPMTB Tangerang: Bersama Bunda Maria Semakin Bersyukur atas Gereja yang Ramah, Sukacita dan Memasyarakat.” Seluruh rangkaian kegiatan selama 2017 hingga 2018 akan ditutup dengan perayaan Misa tanggal 27 Mei 2018. (Konradus R Mangu)

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here