Home MANCANEGARA Empat imam dan tiga bruder MSC yang mati sebagai martir digelari beato

Empat imam dan tiga bruder MSC yang mati sebagai martir digelari beato

0

Spanish_martyrs

Hari ini, Sabtu, 6 Mei 2017, empat imam dan tiga bruder MSC Spanyol digelari Beato dalam upacara yang dipimpin oleh Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus Kardinal Angelo Amato, di Keuskupan Girona, Spanyol. Tujuh religius yang bersama-sama ditembak mati tanggal 29 September 1936 di Seriñá, Spanyol, itu masih berusia antara 20-28 tahun.

Ketujuh religius MSC itu adalah Pastor Antonio Arribas Hortigüela, Pastor Abundio Martínez Rodríguez, Pastor José Oriol Massó, Pastor José Vergara Echeverría, Bruder Gumersindo Gómez Rodríguez, Bruder Jésus Moreno Ruiz, Bruder José del Almo del Almo.

“Kami sudah menghimbau para konfrater, khususnya komunitas-komunitas MSC, untuk menjadikan hari ini, suatu peristiwa penting dengan, misalnya, mengadakan Misa Syukur Khusus,” kata Sekretaris Provinsialat MSC Indonesia Pastor Johanis Mangkey MSC kepada PEN@ Katolik.

Sebuah tulisan dari Salvador Murillo MSC yang diterjemahkan oleh Pastor Mangkey menceritakan bahwa anggota-anggota pertama Tarekat MSC yang dinyatakan sebagai beato-beato itu hidup dan bekerja di Pequeña Obra (seminari menengah) Canet de Mar, Barcelona, untuk mempersiapkan sekitar 65 anak muda untuk hidup membiara dan imamat. Mereka sungguh sadar akan saat-saat sangat kritis yang sementara dialami Spanyol. Mereka pun mempersiapkan komunitas itu menghadapi apa yang mungkin akan terjadi, termasuk kemartiran.

Mereka menyaksikan hari-hari penganiayaan sesudah 18 Juli 1936, dan 21 Juli, gereja Paroki Canet de Mar dibakar. Di hari yang sama, sekitar pukul 16.00, sekelompok orang bersenjata mengetuk dengan kasar pintu rumah dan menuntut agar seluruh komunitas seminari meninggalkan kompleks itu atas perintah Komite Rakyat. Mereka dibawa ke taman tidak jauh dari situ, di samping Kapel Belaskasih. Taman ini menjadi kamp konsentrasi. Selama dua pekan para biarawan dan siswa-siswa seminari menengah ditempatkan di situ dengan pengawasan ketat.

Tanggal 3 Agustus, sekitar pukul 17.00, seorang anggota Komite datang dan menanyakan keberadaan direktur seminari. “Kalian semua segera menghadapi bahaya. Komite telah memutuskan untuk menembak kalian malam ini juga. Pergilah dan jangan biarkan saya terlibat. Jangan mengkhawatirkan anak-anak. Tidak ada yang akan menimpa mereka. Dan kami memandang imam tua sama seperti anak-anak itu,” katanya.

Sangat disayangkan bahwa para religius ini harus meninggalkan para seminaris. Mereka membentuk dua kelompok untuk menyelamatkan diri: satu kelompok terdiri dari empat orang dan kelompok lain tujuh orang yakni empat imam dan bruder. Kelompok kedua ini yang dipilih memberikan kemuliaan kepada Allah dengan kemartiran mereka.

Tanggal 3 Agustus, guna menghindar dari yang ingin membunuh mereka malam itu, mereka mulai melakukan perjalanan panjang selama dua bulan menuju perbatasan Perancis. Mereka melewati tempat-tempat yang mereka tidak kenal, sambil terus bersembunyi. Mereka hampir tidak dapat tidur dan makan. Kondisi cuaca sangat buruk. Tapi, mereka menerima bantuan di beberapa perkebunan yang dilewati. Yang sungguh luar biasa, mereka selalu bisa bersama-sama sebagai kelompok.

Tanggal 28 September, mereka tiba di sebuah rumah pertanian bernama Mont-Ros. Malam mulai tiba. Salah satu dari mereka pergi ke rumah itu untuk menanyakan arah. Mereka tidak ingin tinggal untuk makan. Mereka hanya inginkan informasi tentang jalan yang akan ditempuh. Mereka mengikuti petunjuk yang diberikan dan setelah berjalan satu kilometer lebih sedikit, sekelompok anggota Komite sedang menanti mereka. Mereka dikhianati! Mereka ditangkap dan dibawa ke markas Komite.

Sekitar pukul 22.00, mereka diserahkan kepada Komite Sant Joan les Fonts, Girona. Dari sini, semuanya berjalan sangat cepat. Mereka dibawa ke rumah sekolah yang merupakan basis Komite. Mereka tinggal semalam di ruang itu. Dari teras sebuah rumah, seorang wanita tetangga melihat para religius itu terus berdoa rosario dalam ruangan.

Hari berikutnya, 29 September, antara pukul 3 dan 4 sore, banyak orang berkumpul di pintu sekolah. Semua dapat melihat bagaimana para religius itu diambil lalu diikat berdua-dua. Yang berjalan sendirian, tangannya diikat di belakang punggungnya. Mereka semua diam. Hampir semua tenang. Namun yang termuda menangis. Meski terharu, orang tetap diam. Salah seorang anggota Komite memperlihatkan aksinya. Bagaikan penjahat yang ganas dia menyerang Sri Paus, Gereja dan kaum klerus. “Tidak ada seorang pun dari bangsamu akan hidup!” katanya.

Para tahanan dimasukkan dalam bus. Bus berhenti sebelum menyeberangi jembatan di Sungai Ter. Di situ ada rumah rusak dekat lereng kecil. Beberapa saksi, yang bekerja di perkebunan dekat situ, melihat bus itu berhenti. Mereka melihat empat orang yang diikat berdua-dua dikeluarkan dan didorong ke lereng. Mereka mendengar perlawanan, kemudian tembakan-tembakan dan empat mayat terkapar pada waktu yang sama. Kemudian tiga orang lain dikeluarkan dan dihadapkan kepada teman-teman yang sudah terkapar. Mereka pun mengalami kematian yang sama.

“Bagaimana sikap para konfrater kita pada saat menentukan dan mulia itu? Kalvari yang diderita ketujuh biarawan itu dan situasi yang mengitari kematian mereka memungkinkan kita melihat di dalam diri mereka kesaksian yang tak dapat diragukan lagi akan kesetiaan pada komitmen mereka sebagai orang-orang Kristen dan akan praktek nasihat-nasihat Injili yang telah mereka ikrarkan,” demikian tulisan yang diterbitkan dalam buletin berita generalat MSC di Roma itu.

Sore hari, beberapa orang Kristen yang baik dari kota dipaksa membawa mayat-mayat itu ke pekuburan kota. Mereka dikuburkan di makam-makam yang sudah digali, empat di satu lubang dan tiga lainnya di lubang yang lain.

Tanggal 30 Maret 1940, jenazah-jenazah mereka digali dan dipindahkan ke pemakaman Canet de Mar, dekat komunitas MSC.

Sesudah perayaan 6 Mei 2017 di Katedral Girona, sisa-sisa jenazah para martir ini akan ditempatkan di salah satu kapel dalam Gereja Bunda Hati Kudus, Jalan Rosellon 175, Barcelona, untuk dapat dihormati oleh semua umat beriman.

Melalui hidup dan kematian mereka sebagai martir, ketujuh MSC itu memberikan arti sepenuh-penuhnya pada semboyan Tarekat MSC: Semoga Hati Kudus Yesus dikasihi di mana-mana! I(pcp, berdasarkan laporan dari Pastor Johanis Mangkey MSC)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version