Home SOSIAL Mgr Suharyo saat Misa May Day: Selain cari nafkah, perutusan buruh adalah...

Mgr Suharyo saat Misa May Day: Selain cari nafkah, perutusan buruh adalah wartakan kebaikan

0

DSCN6577

Meskipun di tengah situasi pekerjaan yang tidak memungkinkan untuk merasa nyaman bekerja, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo mengajak para pekerja (buruh) untuk memberikan makna atas pekerjaan mereka di perusahaan atau tempat kerja mereka.

“Bekerja bukan hanya semata-mata mencari nafkah untuk kehidupan keluarga, tapi di balik pekerjaan yang dilakukan sesungguhnya ada wujud perutusan kita di tengah-tengah dunia, yakni mewartakan kebaikan,”’ kata Mgr Suharyo dalam homili Misa Hari Buruh (May Day), 1 Mei 2017 di Gereja Paroki Santo Agustinus Perum Karawaci, Tangerang.

Sekitar 800 buruh (pekerja) dari 13 paroki se-Dekenat Tangerang menghadiri Misa yang dipimpin Mgr Suharyo dan didampingi konselebran pendamping buruh Pastor Benediktus Juliawan SJ dan Pastor Rafael Adi Pramono OSC, tujuh imam lain yang bertugas di Dekenat Tangerang, serta Direktur Lembaga Daya Darma (LDD) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang juga Ketua Komisi PSE KAJ Pastor Yulius Sigit SJ.

Selain Hari Buruh, tanggal 1 Mei adalah Pesta Pelindung Santo Yosef Pekerja, sosok suami dari Bunda Maria, dan awal Bulan Maria, bulan yang biasanya dirayakan oleh seluruh umat Katolik dengan Doa Rosario.

Sesuai tema “Mewujudkan Dunia Kerja yang Adil dan Beradab,” Mgr Suharyo mengimbau seluruh pekerja untuk meneladani sosok Santo Yusuf dan Bunda Maria “yang hidup dalam penuh kesetiaan.”

Mengawali homili, Uskup Suharyo mengungkapkan macam-macam cara untuk merayakan Hari Buruh antara lain melakukan donor darah dan menyerukan tuntutan-tuntutan pekerja yang (mungkin) belum dipenuhi pemilik perusahaan atau lembaga negara.

“Namun  ada pula yang memilih menyatakan rasa syukur mendalam atas setiap pekerjaan yang dijalankan dan bersyukur pula kepada Tuhan yang memberikan penyertaan dalam setiap pekerjaan melalui perayaan Misa Kudus,” kaya Mgr Suharyo.

“Kalau Hari Buruh dirayakan dalam Misa Kudus berarti para buruh melihat setiap pekerjaan sebagai rahmat Allah, karya Agung Tuhan Allah,” lanjut Uskup Agung Jakarta.

Mencermati kondisi pekerja saat ini dengan sistem outsourcing, sistem kontrak dan upah buruh yang rendah, Mgr Suharyo menceritakan sebuah relief burung yang ditempatkan di Candi Mendut, Magelang.

“Burung itu memiliki dua kepala di atas dan di bawah. Setiap kali burung itu mendapatkan makanan yang enak pasti dinikmati oleh kepala yang paling atas, sedangkan kepala kedua selalu mendapat makanan sisa.

Suatu kali, kepala burung kedua meminta untuk mendapatkan makanan pertama yang enak-enak, karena selama ini ia tidak mendapatkan yang enak, tapi setelah dimakan oleh kepala pertama. Namun hal itu ditolak kepala burung pertama yang selalu mendapat makanan enak-enak.

“Karena jengkel, kepala burung di bawah memakan racun sehingga akibatnya burung itu mati. Cerita ini sangat erat kaitan dengan kondisi buruh akhir-akhir ini, kendati pekerjaan dilakukan sangat baik, tapi upah yang diperoleh tak sebanding dengan apa yang telah dikerjakan. Realitas hidup manusia sama dengan burung berkepala dua yang hanya mementingkan dirinya sendiri.”

Uskup mengatakan, sebaiknya para pekerja memiliki keyakinan bahwa “Roh Kudus sungguh mengubah roti menjadi Tubuh Kristus dan Roh Kudus yang sama pula mengubah anggur menjadi Darah Yesus yang Kudus. Demikian pula, Roh Kudus suatu saat akan mengubah perjalanan hidup yang penuh harapan dengan dengan penderitaan.”

Pendamping Buruh Tangerang Pastor Rafael Adi Pramono menginformasikan bahwa Misa Buruh sudah dilakukan secara bergilir mulai tahun 2013 di Dekenat Tangerang, “sebagai sarana untuk membagi pengalaman antarburuh, sehingga mereka memiliki ikatan kekeluargaan dalam satu iman dan saling meneguhkan, dan pekerja di setiap paroki, yang bekerja di perusahaan, saling mengenal.

Pendamping buruh lainnya, Pastor Juliawan mengatakan, Gereja Katolik secara terus-menerus, dalam bahagia maupun dalam kesedihan bersama dengan pekerja, sesuai dengan amanat Gaudium et  Spes. “Artinya, Gereja selalu mendampingi dan selalu memberikan harapan, walaupun di tengah-tengah situasi buruh yang kurang beruntung,” tegas imam itu.

Acara Hari Buruh diisi dengan berbagai hiburan yang dipersembahkan oleh para buruh. Hari Buruh 2018 akan dilaksanakan di Paroki Gregorius Agung Kuta Bumi, Tangerang.(Konradus R Mangu)

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version