HARI JUMAT SESUDAH RABU ABU (U)
Santo Marinus; Santo Nikolo d` Albergati; Santa Kungunde
Bacaan I: Yes. 58:1–9a
Mazmur: 51:3–4.5–6a.18–19; R:19a
Bacaan Injil: Mat. 9:14–15
Sekali peristiwa datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: ”Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”
Renungan
Orang Katolik sering merasa bahwa tuntutan pantang-puasa masih ringan dibandingkan dengan praktik agama lain, maka banyak yang tergerak untuk menambah tuntutan itu menjadi lebih berat. Hal itu bukan kebiasaan buruk jika dilihat dari sisi olah rohani pribadi. Bacaan ini mengajak kita agar tidak berhenti pada persoalan apa yang boleh dan tidak boleh, tetapi sungguh mengerti makna dan tujuan puasa-pantang.
Yesus mengajarkan makna dan tujuan terpenting puasa-pantang, seperti yang diberitakan oleh Yesaya (58:6-9), bahwa kita diajak untuk semakin menunjukkan kasih kepada sesama: Berbagi sukacita, perlindungan yang nyaman dan penyembuhan (pengampunan) dalam hidup bersama. Yesus tidak ingin puasa-pantang menjadi sangat egosentris agar orang melihat betapa sucinya kita, namun melalui tindakan yang nyata dan sederhana kepada sesama, orang bisa melihat dan mengenal betapa baiknya Allah yang kita imani.
Yesus tidak menolak makna tradisional pantang-puasa sebagai tanda pertobatan dan pemurnian iman (asketisme), namun mengingatkan bahwa tanpa kepedulian sosial dan solidaritas yang nyata, pantang-puasa kita pun tidak bermanfaat.
Ya Tuhan, mampukan aku selama Prapaskah ini untuk membuka diri terhadap sesama, khususnya mereka yang lemah, miskin, kecil, tersisihkan dan cacat sehingga pantang-puasa ini memurnikan aku dari dosa dan membawa manfaat bagi sesama di sekitarku. Amin.