Sabtu, 18 Februari 2017 

0
1482

Transfiguration

PEKAN BIASA VI (H)

Santo Flaviarus; Beao Fransiskus Regis Clet; Santo Regis

Bacaan I: Ibr. 11:1–7

Mazmur: 145:2–3.4–5.10–11; R:1b

Bacaan Injil: Mrk. 9:2–13

Pada suatu hari, Yesus berbicara tentang bagaimana Ia akan menderita sengsara. Sesudah itu Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendirian saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka, dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat mengelantang pakaian seperti itu. Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus. Kata Petrus kepada Yesus: “Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.” Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yang harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” Dan sekonyong-konyong waktu mereka memandang sekeliling mereka, mereka tidak melihat seorang pun lagi bersama mereka, kecuali Yesus seorang diri. Pada waktu mereka turun dari gunung itu, Yesus berpesan kepada mereka, supaya mereka jangan menceriterakan kepada seorang pun apa yang telah mereka lihat itu, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Mereka memegang pesan tadi sambil mempersoalkan di antara mereka apa yang dimaksud dengan “bangkit dari antara orang mati.” Lalu mereka bertanya kepada-Nya: “Mengapa ahli-ahli Taurat berkata, bahwa Elia harus datang dahulu?” Jawab Yesus: “Memang Elia akan datang dahulu dan memulihkan segala sesuatu. Hanya, bagaimanakah dengan yang ada tertulis mengenai Anak Manusia, bahwa Ia akan banyak menderita dan akan dihinakan? Tetapi Aku berkata kepadamu: Memang Elia sudah datang dan orang memperlakukan dia menurut kehendak mereka, sesuai dengan yang ada tertulis tentang dia.”

Renungan

Ada tokoh-tokoh iman yang bisa dibanggakan dan diteladani. Pada zaman yang berbeda, kita mengenal Habel yang mempersembahkan kurban persembahan yang berkenan kepada Allah; Henokh yang terangkat supaya ia tidak mengalami kematian; Nuh yang setia kepada petunjuk Allah untuk menyiapkan bahtera yang menyelamatkan diri dan keluarganya; Abraham yang taat pada titah Allah untuk berangkat ke negeri yang dijanjikan; atau Sara yang karena imannya beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu di tengah usia tuanya. Karena iman, kemuliaan Allah terpancar dalam diri mereka. Rencana dan janji keselamatan Allah pun mewujud nyata. Allah terbukti setia kepada mereka yang setia pada perjanjian-Nya.

Dosa adalah pengganggu iman manusia. Ia berupaya memadamkan kemuliaan Allah yang seharusnya terpancar pada manusia. Manusia dibuat tidak setia pada perjanjian-Nya. Dan dengan cara itu manusia menjadi binasa.

Dalam diri Yesus kita kembali melihat kemuliaan Allah. Dosa manusia ditanggung dan dikalahkan-Nya. Manusia diselamatkan dari kebinasaan dosa dan dibawa menuju kemuliaan kebangkitan Yesus. Oleh karena itu, marilah kita belajar dari para tokoh iman dengan hanya mengandalkan Allah dan setia pada perjanjian-Nya.

Ya Bapa, berilah kiranya aku iman para leluhur yang hanya mengandalkan Dikau. Dengan demikian, aku boleh mencicipi kepenuhan penebusan-Mu. Amin.

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here