Kardinal Gracias mencela pembebasan orang-orang yang diduga pemerkosa biarawati

0
1964
Stop Pemerkosaan. Foto AFP
Stop Pemerkosaan. Foto AFP

Pembebasan orang-orang yang diduga pemerkosa seorang biarawati Katolik di negara bagian Chhattisgarh, India, “adalah ketidakadilan yang besar, tidak hanya untuk kaum hidup bakti kami, tetapi juga untuk semua wanita yang telah mengalami trauma yang sama,” kata Uskup Agung Bombay Kardinal Oswald Gracias.

Prelatus yang juga presiden Federasi Konferensi Waligereja-Waligereja Asia (FABC) memberikan komentar kepada AsiaNews tentang pembebasan dua penjahat yang dituduh telah membius, mengikat dan bersama memperkosa suster berusia 48 tahun dari Misionaris Salesian Maria Imakulata (SMMI), di pusat medis para biarawati itu ibukota negara bagian, Raipur, bulan Juni 2015.

Kedua orang yang dituduh itu, Dinesh Dhurv, 19 tahun, dan Jitendra Pathak, 25 tahun, dibebaskan oleh pengadilan fast-track (proses cepat) 5 Januari 2017 karena kurangnya bukti. Kardinal Gracias yakin bahwa penyelidikan-penyelidikan dikompromikan sebagai rusak dan tak dapat diganti oleh “sikap setengah hati dari polisi,” yang gagal melindungi TKP dan tidak mengumpulkan jejak para penyerang dari tubuh korban.

Menurut Kardinal Gracias, “putusan bebas ini sekali lagi membuat kita prihatin akan masalah kekerasan terhadap perempuan. Ini merupakan kemunduran besar bagi kita semua yang bekerja untuk hak-hak dan martabat perempuan, khususnya para korban kekerasan.”  Juga ditegaskan, “Gereja Katolik India akan menuntut keadilan dari pengadilan yang lebih tinggi. Kami akan naik banding,” tegas kardinal.

Wakil-wakil partai Kongres dari negara bagian itu serta Forum Kristen Chhattisgarh menyebut insiden itu sebagai “serangan sistematis terhadap kelompok minoritas di Negara Bagian.” Konferensi Waligereja India (CBCI) melaporkan bahwa insiden-insiden seperti itu menimbulkan pertanyaan serius tentang keamanan dan perlindungan terhadap kaum minoritas di India.

Sejak awal, para pemimpin Kristen mengeluh tentang sangat kurangnya penyelidikan yang dilakukan oleh para penyidik. Mereka tidak mengumpulkan darah, urin dan sampel cairan lain untuk menentukan zat halusinogen yang digunakan untuk membius misionaris itu.

Kardinal Gracias memperingatkan bahwa pembebasan mereka akan membawa konsekuensi sosial yang serius dan bisa menciptakan masalah ketertiban umum. “Fakta yang mengkhawatirkan adalah bahwa tingkat keyakinan yang rendah akan menimbulkan kerusakan dan membahayakan para korban dan masyarakat secara keseluruhan,” kata kardinal itu. (diterjemahkan oleh pcp dari Radio Vatikan dengan sumber AsiaNews)

pemerkosaan-terhadap-suster

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here