Home RENUNGAN Selasa, 27 Desember 2016

Selasa, 27 Desember 2016

0

pesta-santo-yohanes-rasul-pengarang-injil-p

HARI KE-3 OKTAF NATAL
Pesta Santo Yohanes Rasul & Pengarang Injil (P)

Bacaan I: 1Yoh. 1:1-4

Mazmur: 97:1-2.5-6.11-12 Ref: 12a

Bacaan Injil: Yoh. 20:2-8

Pada hari Minggu Paskah, setelah mendapati makam Yesus kosong, Maria Magdalena berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: ”Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur.Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.

Renungan

Peristiwa kepergian kedua murid ke makam terasa ironis. Mereka telah mendengar pengajaran Yesus semasa hidup tentang kematian dan kebangkitan-Nya. Namun demikian, dalam situasi duka karena kematian Yesus, fokus mereka terpusat pada makam. Dengan kata lain, mereka berpusat pada kematian, dan dalam hal ini, bagi mereka, Yesus adalah Dia yang sudah mati. Betapa kuatnya daya kesedihan dan kedukaan menyirnakan ingatan, pengharapan, dan iman mereka akan janji kebangkitan dan kehidupan kekal.

Di saat sulit, seperti para murid, manusia cenderung menatap ke arah kegelapan. Ketika warta kebangkitan mereka dengar, reaksi pertama mereka pun berlari ke makam, mendatangi tempat kematian. Tetapi di sanalah akhirnya mereka mengalami pencerahan dan kembali ingat akan sabda Yesus. Kesadaran dan ingatan ini menghantar pada kepercayaan bahwa di dalam Allah tiada kematian, melainkan hanya hidup. Allah kita adalah Allah yang hidup dan selalu menuntun kita pada kehidupan. Kehidupan di dalam dan bersama Allah inilah yang mendorong Santo Yohanes Penginjil untuk bersaksi, melalui pewartaan lisan dan tulisan-tulisannya. Berkat kesaksiannya, kita pun boleh menemukan kesadaran iman yang sama bahwa Allah kita selalu hidup dan hadir bersama kita dalam kehidupan kita.

Tuhan Yesus, kasih-Mu aku kenal melalui kesaksian para penginjil. Jadikanlah aku pewarta-pewarta Injil yang rendah hati dan penuh sukacita bagi dunia. Amin.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version