Home KEGEREJAAN Mgr Yuwono ajak peserta Sidang Denas ME ke-43 sambut dan bergaul dengan...

Mgr Yuwono ajak peserta Sidang Denas ME ke-43 sambut dan bergaul dengan Yesus

0

denas-43-g

“Sering ada krisis dalam pernikahan. Pernikahan sering berhadapan dengan ketergesa-gesaan tanpa keberanian memiliki kesabaran dan merenung untuk berkorban dan saling mengampuni. Kegagalan-kegagalan menimbulkan hubungan-hubungan baru, pasangan-pasangan baru, kesatuan-kesatuan sipil baru, dan pernikahan-pernikahan baru, menciptakan situasi-situasi keluarga yang rumit dan bermasalah, nilai-nilai Kristiani terabaikan dan tidak dirasakan dengan jelas.”

Administrator Apostolik Pangkalpinang Mgr Yohanes Harun Yuwono berbicara dalam homili Misa Penutupan Sidang Dewan Nasional (Denas) Marriage Encounter (ME) di Hotel Soll Marina Pangkal;an Baru, Bangka Belitung, 30 Oktober 2016.

Sebanyak 60 pasangan suami-isteri (pasutri) dari berbagai distrik dan wilayah ME seluruh Indonesia menghadiri sidang bertema “Be Missionaries of Joy and Mercy” (Jadilah utusan-utusan pembawa sukacita dan belas kasih) yang berlangsung sejak 26 Oktober 2016. Mereka ditemani para imam, biarawan dan biarawati, sehingga seluruh peserta menjadi 150 orang.

Untuk menghadapi berbagai krisis dalam pernikahan, Mgr Yuwono mengajak pasutri untuk menyambut, berbicara dan bergaul dengan Yesus, “agar keluarga kita semakin beriman dan manusiawi.”

Di tengah situasi-situasi keluarga yang rumit dan bermasalah, yang menjadikan nilai-nilai Kristiani terabaikan dan tidak dirasakan dengan jelas, Mgr Yuwono menyatakan kekagumannya atas kesetiaan begitu banyak keluarga yang bertahan dari berbagai percobaan dengan keberanian, iman dan kasih.

“Mereka melihat berbagai persoalan hidup bukan sebagai beban yang ditimpakan kepada mereka tetapi sebagai sesuatu yang didalamnya mereka melihat penderitaan Kristus dalam kelemahan daging. Mereka menyatukan penderitaan mereka dengan penderitaan Kristus, putera Allah yang menjadi manusia,” tegas Uskup Tanjungkarang itu.

Maka, uskup itu berterima kasih kepada para gembala, kaum awam, dan komunitas-komunitas religius maupun sekuler yang mendampingi pasangan-pasangan dan keluarga-keluarga serta merawat luka-luka mereka. “Marilah kita semua menjaga agar keluarga kita tetap utuh dan saling mengasihi seperti Keluarga Kudus Nazareth,” ajak uskup.

Pastor Zepto Triffon Polii Pr, yang hadir bersama delegasi Tanah Papua yakni Pasutri Oce-Chen dari Sorong, menjelaskan kepada PEN@ Katolik bahwa Sidang Denas ME merupakan pertemuan tahunan koordinator distrik atau wilayah seluruh Indonesia bersama koordinator nasional dan staff nasional.

“Kecuali untuk melaporkan hasil-hasil dari Asian Conference, sidang itu merupakan kesempatan untuk mengkaji bersama keunggulan dan kelemahan masing-masing distrik atau wilayah,” jelas imam itu. Ditambahkan, delegasi resmi masing-masing distrik atau wilayah terdiri dari pasutri dan imam dan untuk Denas itu terdiri dari 3 orang Kornas, 48 delegasi distrik, 12 delegasi wilayah, 10 staff kornas, dan 75 pendamping dan panitia.

Sidang di Pangkalpinang, jelas imam itu, juga menandai 35 tahun karya kerasulan ME di Keuskupan Pangkalpinang, dan 10 tahun berdirinya Distrik XV Pangkalpinang. “Maka, dengan penuh sukacita, Denas 2016 dibuka dengan Misa konselebrasi di Katedral Pangkalpinang yang dipimpin Mgr Yohanes Harun Yuwono selaku Vikaris Apostolik Pangkalpinang, dan seremoni pembukaan dibuka oleh Gubernur Kepulauan Bangka-Belitung Haji Rustam Effendi di Hotel Soll Marina.

Kegiatan sidang terdiri dari dua bagian yaitu Formation dan Pembahasan Sidang. “Yang pertama terorientasi pada pendalaman tema tentang menjadi utusan-utusan pembawa sukacita dan belaskasihan Allah, sedangkan yang kedua terorientasi pada mempelajari laporan-laporan setiap distrik atau wilayah untuk menegaskan langkah-langkah strategis ke depan.”

Sebagai misionaris, demikian catatan Pastor Zepto, setiap koordinator distrik atau wilayah dan aktivis kerasulan ME, “harus selalu sadar bahwa seorang utusan pertama-tama harus menjadi murid, dan tetap menjadi murid dari Sang Guru, yang mendengarkan, meniru, mengikuti, dan berbuat seperti Sang Guru, dan pada gilirannya turut mempersiapkan secara bertanggung-jawab kader-kader baru berhati ‘murid,’” (pcp/ztp)

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version