Semangat bermisi di Asia yang multikultural adalah dengan dialog, baik itu dialog budaya, dialog agama-agama, maupun dialog dengan kemiskinan, kata Direktur Museum Misi Muntilan (MMM) Pastor Yoseph Nugroho Tri Sumartono Pr saat menjelaskan latar belakang acara Gelar Budaya 2016 di Muntilan, 21-23 Oktober 2106.
Sejak 2015, jelas imam itu, MMM yang dipimpinnya mulai menggelorakan gerakan budaya bertema alam terlebih setelah Paus Fransiskus mengeluarkan ensiklik Laudato Si’ dan gelar budaya 2016 yang bersamaan dengan Tahun Yubileum Kerahiman mengambil tema Nandur Banyu, Ngrukti Guwa Garbaning Pertiwi (Menanam Air, Merawat Rahim Bumi).
“Kita hidup dari rahim Ilahi yang diwujudkan melalui apa yang tumbuh di dalam ibu pertiwi, bumi, air, udara, tumbuh-tumbuhan, kehidupan, nasi, makanan,” kata imam yang biasa Pastor Nug itu. Terkait dengan tema, menurutnya, air harus tetap dijaga supaya lestari.
Bunyi gemerincing lonceng-lonceng kecil yang dipasang di kaki-kaki para penari Jathilan memekakkan telinga. Di lapangan Pemda Muntilan yang ditumbuhi rerumputan, mereka menari dengan sangat dinamis seiring irama musik. Itu adalah salah satu adegan gelar budaya 2016 yang dilaksanakan oleh MMM di antara pertunjukan seni yang lain seperti gejog lesung, wayang wahyu, pencak silat, ketoprak lesung, barongsai, kuda lumping, dan aneka tarian yang sangat eksotik.
Siswa-siswi dari sekolah Katolik di sekitar Muntilan pun turut ambil bagian dalam gelar budaya itu. Dalam acara bernuansa ekologis itu, kelompok-kelompok seni dari berbagai agama turut terlibat. Masyarakat penonton disuguhui nuansa keragaman yang menyejukkan.
Rangkaian acara gelar budaya juga diisi dengan pembersihan dan penghijauan di sepanjang sungai Lamat yang mengalir di Muntilan. Masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa dari berbagai agama dan pemerintah setempat juga terlibat sejak beberapa hari sebelumnya.
Dalam salah satu babak di pertunjukan ketoprak lesung, ditampilkan adegan yang menampilkan pandangan para tokoh lintas agama terkait perlunya menjaga kelestarian lingkungan.
Acara gelar budaya diselenggarakan bersamaan dengan pameran Hari Pangan Sedunia yang mengampanyekan kedaulatan pangan dan produk-produk makanan sehat serta usaha-usaha dari masyarakat. Ketua Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Kevikepan Kedu Pastor Lambertus Issri Purnomo Pr mengatakan, kegiatan itu mengungkapkan harapan akan kehidupan yang selaras, baik antar pribadi, masyarakat, maupun dengan alam lingkungan sekitar.
“Kegiatan ini merupakan suatu wujud harapan dan impian berkenaan dengan semakin tumbuhnya kesadaran di antara kita semua akan keanekaragaman budaya, termasuk juga kesadaran akan keanekaragaman keyakinan, iman, agama, dan tentunya juga keanekaragaman kekayaan alam di tempat kita ini,” kata imam itu.
Bupati Magelang Zaenal Arifin saat membuka acara itu mengingatkan, menjaga kelestarian lingkungan menjadi hal yang wajib dan terus kita lakukan dalam rangka mensyukuri nikmat dan anugerah yang telah Tuhan berikan kepada umat manusia.
Sedangkan Delegatus Administrator Vikaris Episkopal Kedu Pastor FX Krisno Handoyo Pr berharap kepedulian terhadap alam lingkungan dan kebudayaan menjadi sebuah habitus, sehingga akhirnya hal itu bisa menjadi cara atau sarana dalam membangun persaudaraan sejati.(Lukas Awi Tristanto)
Keterangan foto di atas bersama Bambang, tokoh Lesbumi, sebuah organisasi budaya NU dan foto di bawah Bupati Magelang Zaenal Arifin dan Pastor Yoseph Nugroho Tri Sumartono Pr, dan foto-foto penampilan seni