Anggota Dominikan Awam Regio Jakarta hendak mengenal Santo Dominikus lebih mendalam. Untuk itu mereka ingin membentuk tahapan-tahapan pembinaan lebih intensif dengan menghadirkan trainer yang dilengkapi syllabus.
Anggota Dominikan Awam Regio Jakarta menyepakati hal itu dalam pertemuan kelompok regio yang dilakukan dalam Retret Nasional 2016 Dominikan Awam Indonesia yang dilakukan di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan (PPSM), 30 September-2 Oktober 2016.
Retret Nasional 2016 itu dihadiri 120 peserta, 10 di antaranya suster dan pastor Dominikan (OP). Dominikan Awam di Indonesia kini memiliki lima regio yakni Jakarta, Pontianak, Surabaya, Yogyakarta, serta Regio Cirebon dan Cimahi.
Dalam sharing Dominikan Awam Regio Jakarta, 1 Oktober 2016, peserta mengungkapkan keinginan untuk berbagi agar terjadi keseragaman. Untuk mengenal Santo Dominikus lebih mendalam, mereka ingin menjual komik Santo Dominikus, dan untuk mengusai tahapan-tahapan yang diminta, mereka ingin mengetahui standar pengetahuan yang harus dikuasai serta regula kenaikan tingkat.
Usul pembuatan tim formator dengan wakil-wakil dari regio-regio yang ada, juga dikemukakan oleh Dominikan Awam Jakarta yang mengaku sudah lebih tertata berkat Anggaran Dasar yang dimiliki. Bahkan, regio itu akan memberikan kursus bagi anggota yang mempunyai pengetahuan minim tentang Dominikan Awam, serta akan diberikan sertifikat.
Selain ingin melakukan karya nyata berupa pelayanan ke rumah sakit dan panti jompo, serta belajar ketrampilan berempati kepada orang lain, Regio Jakarta ingin mencari dana dengan menjual karya tangan ibu-ibu kepada anggota lain. Pencarian dana pun mereka sepakati dengan membuat program tour ke dalam dan luar negeri.
Sementara itu, Dominikan Awam Regio Surabaya menegaskan, mereka sudah sedang menghidupi 4 pilar. Dengan demikian, mereka mengakui, kekhasan Dominikan Surabaya yang mereka rasakan adalah kekompakan, kebersamaan, bertanggung jawab, dan komunikatif.
Dominikan Awam Surabaya bangga atas pendampingan para imam OP terhadap mereka. “Ini menjadi spirit dalam menghidupi 4 pilar Dominikan dan membuat Dominikan Awam Surabaya berkembang dalam pewartaan. Ini dibuktikan dengan adanya keaktifan Dominikan Awam dalam paroki baik ofisi dan Misa pagi bersama serta terbentuknya Dominican Youth,” tulis mereka.
Dominikan Awam Surabaya, lanjut mereka, menyadari kekayaan bersama dalam hal kemampuan pemberian diri. “Kekompakan menjadi simpul ikatan dalam saling percaya untuk bertumbuh dalam cara hidup Dominikan. Kerinduan untuk bertumbuh bersama diwujudkan dalam kesadaran berbagi tugas saling melengkapi satu dan yang lain. Kesadaran ini didasari oleh komunikasi yang aktif dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas yang diberikan atau dipercayakan.”
Meskipun demikian mereka masih membutuhkan kesetiaan serta struktur dan silabus yang jelas, belum secara mendalam mengenal keluarga, profesi, dan pergumulan hidup sesama anggota, dan tidak ingin terjebak dalam pemikiran bahwa Dominikan adalah sebuah organisasi. Maka, mereka sepakat untuk semakin menunjukkan ciri khas atau identitas Dominikan Awam Surabaya dalam bentuk rumusan doa bersama, atau cara berdoa bersama.
Dominikan Awam Regio Pontianak Tanjung Hulu dan Palapa melaporkan, saat ini dalam Pilar Doa mereka aktif melakukan doa Rosario, Misa dan doa ofisi, serta tradisi Dominikan seperti doa untuk para arwah, dalam Pilar Studi melaksanakan studi bersama antartingkatan bersama pastor dan suster.
Dalam Pilar Komunitas mereka kumpul bersama setiap bulan untuk membahas kegiatan bersama yang diikuti kegiatan makan bersama sambil berdiskusi, dan dalam Pilar Kerasulan mereka melakukan pelayanan penjara baik lapas dan rutan, pelayanan rumah sakit negeri, les untuk anak anak kurang mampu di sekitar biara Dominikan, dan mengadakan seminar-seminar sebagai bagian studi.
Kini mereka merasakan peningkatan di setiap pilar, karena mulai 2016 mereka melakukan Triduum Maria dan Perarakan setiap tahun dalam Pilar Doa, sedangkan dalam Pilar Studi mulai melaksanakan studi bersama setiap tingkatan dari dua kelompok, bersama pastor dan suster dengan lebih tertib, mulai dari absensi hingga keseragaman materi. Meski dalam Pilar Komunitas mereka sudah membuat selebaran promosi Dominikan Awam, namun dalam Pilar Kerasulan mereka hadapi permasalahan komunikasi.
Dari Regio Yogyakarta dilaporkan, di Bulan Januari mereka melaksanakan studi tiap hari Kamis, minggu kedua, dan doa setiap hari Jumat minggu keempat. Di bulan Februari mereka studi di Biara Susteran Pandega dengan tema “Diutus untuk Mewartakan Injil,” bulan Maret mengadakan Pembekalan Pendamping Keluarga di Maguwo dengan menghadirkan Pastor Aristanto Hari Setiawan MSF.
Di bulan April mereka mengadakan rekoleksi sehari bertema “Komitmen sebagai Dominikan Awam.’ Acara di Griya Kadisobo, Sleman, itu dilaksanakan bersama Suster Dominica OP.
Setelah mengikuti Pesta Yubileum 800th Ordo Pewarta yang berisi Bakti Sosial di desa Sumbang, Banyumas, Rekoleksi Tiga Hari di Hening Griya, Purwokerto, serta Bazar dan Misa Puncak Perayaan 800th Ordo Pewarta di bulan Agustus 2016, mereka juga aktif terlibat bahkan menjadi panitia pelaksana Retret Nasional 2016 Dominikan Awam Indonesia.
Mayoritas anggota Dominikan Awam Regio Cirebon dan Cimahi sudah senior atau berusia lebih dari 60 tahun dan sudah pensiun. Yang masih muda hanya sedikit. Rata-rata anggota banyak memberikan sumbangan dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Mereka aktif sebagai prodiakon, anggota koor, lektor, pendamping Putri Sakristi dan umat yang setia mengikuti Misa. Mereka aktif dalam Legio Maria, Karismatik, WKRI, SSV, dan Gapenkat, juga sebagai pengurus wilayah dan lingkungan dan katekis.
Dalam pelayanan masyarakat dan sosial, anggota juga aktif dalam PKK, Posyandu, AURI, DPRD, RW, pelayanan sosial, dan Rotary Club. Anggota regio itu juga memiliki berbagai profesi dan potensi yakni wiraswasta, dosen, pembuat kue, karyawan swasta, guru, karyawan karya sosial, kolektor dan penjual, peternak, touring, klub menembak, bendahara atau akuntan, dan pendoa.
Dalam sharing mereka berharap terjadi pembenahan regional dalam diri anggota sendiri agar bisa akur dan kompak, serta saling mengampuni dan mendukung, dan agar tersedia pendampingan dan pengarahan intensif dari pastor, suster dan para Dominikan Awam yang senior.
Merasa merasa beruntung dengan adanya komunitas Suster OP di Cimahi dan Cirebon. Di saat yang sama mereka berharap bisa menarik para imam yang pernah belajar di sekolah para suster OP untuk mendampingi Dominikan Awam dalam menghidupi iman Kristiani dan Spiritualitas Dominikan.
Mereka ingin menyatukan Cirebon dan Cimahi menjadi Regio Jawa Barat, mendambakan formasio efektif, tugas dan tanggung jawab kepengurusan yang jelas, dan kehadiran serta komitmen anggota, membutuhkan dana, mau mewujudnyatakan pewartaan lewat pelayanan dan keterlibatan dalam masyarakat, dan hendak memperdalam 4 Pilar Hidup Dominikan.(paul c pati)