Ketika menerima para para OMK dari seluruh Indonesia di Lapangan KONI Manado, Ketua Panitia Pastor John Montolalu Pr mengatakan bahwa mereka dijemput dan disambut penuh sukacita di dalam Kota Manado.
Setelah tiga hari live in di berbagai paroki yang tersebar di Sulawesi Utara, semua 2386 OMK dari 37 keuskupan di Indonesia dan dari Keuskupan Agung Kota Kinabalu, Malaysia, berkumpul di Lapangan KONI Manado, 4 Oktober 2016, untuk memulai defile ke Stadion Kalabat untuk Misa Pembukaan dengan 22 uskup termasuk Duta Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Gido Filipazzi.
“Anda ini sore ini dan malam nanti menjadi tamu-tamu agung untuk kota dan masyarakat Kota Manado. Anda sudah datang membawa sukacita yang besar sebagai injil-injil yang hidup,” kata imam itu.
Masyarakat Kawanua yang penuh sukacita, lanjut imam itu, “menyambut dan menerima Anda sekalian dan dengan demikian mereka juga menyambut sebagai Injil yang hidup. Semoga apa yang ditunjukkan berharga untuk kita dalam rangka memandang masa depan anak-anak muda sebagai warga Gereja dan sebagai warga masyarakat.”
Walikota Vecky Lumentut membenarkan bahwa sejak sebulan lalu dia dan masyarakat kota Manado yang jumlahnya lebih dari 530.000 jiwa sudah menerima Salib IYD yang terakhir masuk wilayah pemerintahannya dan selama satu bulan gaungnya beredar di kota Manado dan “hari ini tibalah saat yang kita nantikan untuk bertemu dengan semua OMK se-Indonesia, dan saya mewakili pemerintah dan masyarakat Kota Manado dari lubuk hati paling dalam menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang Mahakuasa karena acara ini boleh kota mulai dan berlanjut sampai selesai.”
Walikota menyambut dengan sukacita kehadiran OMK se-Indonesia, dengan mengatakan, “sekarang kalian semua adalah orang Manado. Selama beberapa hari di kota Manado kalian adalah orang Manado karena di Manado kami selalu mengatakan tidak ada orang Jawa, tidak ada orang Makassar dan lain-lain, semua adalah orang Manado.”
Walikota memberikan jaminan bahwa OMK se-Indonesia “akan menikmati ketenangan, keamanan dan kenyamanan di Manado, karena torang samua ciptaan Tuhan, ‘Torang Samua Bersaudara’. Juga dibenarkan bahwa terjadi kemacetan luar biasa di Kota Manado menerima tamu sebanyak itu, yang dihantar ke lapangan itu sejak pagi dari berbagai paroki tempat live in. “Tetapi kami bangga karena saudara-saudaraku boleh berada di sini.”
Kemudian Walikota Lumentut melepas kontingen untuk defile diawali tari Kabasaran (cakalele), Mascot IYD dan Marching Band Seminari Fransiskus Xaverius Kakaskasen, Tomohon, disertai yel-yel “Indonesian Youth Day 2016: Go IYD, Go IYD, Go IYD,” sirene, petasan kertas, saat Walikota Lumentut disertai Ketua Badan Kerjasama Antaragama, Ketua Panitia, serta undangan lainnya mengangkat bendera start.
Dan benar, di sepanjang jalan sekitar 5 kilometer menuju tempat Misa Pembukaan di Stadion Kalabat, warta Kota Manado tanpa membedakan agama menyambut para peserta dengan keunikan dan penampilan masing-masing. Dengan penuh sukacita dan senyum bahkan foto bersama, masyarakat membuat pagar betis sepanjang jalan menyambut OMK dari seluruh Indonesia. Salah satu arus jalan digunakan untuk defile dan arus lainnya untuk arus pergi pulang. Maka macet tak terhindari.
Kemacetan sudah melanda Kota Tomohon khususnya di depan gereja dari tujuh paroki yang menjadi tuan rumah live in. Namun Pemerintah Kota Tomohon menyambut baik para wakil OMK yang live-in di paroki-paroki di kota itu. “Sebagai pemerintah kami mendapat kehormatan dari Keuskupan Manado untuk bisa menjadi salah satu tuan rumah OMK dalam rangka IYD 2016,” kata Walikota Tomohon Jimmy F Eman kepada PEN@ Katolik 4 Oktober 2016.
Sebanyak 567 OMK dari Keuskupan Manokwari, Timika, Banjarmasin, Ruteng, dan Sanggau, Keuskupan Agung Ende dan Pontianak melaksanakan live-in di tujuh paroki di Kota Tomohon.
Sebagai pemerintah, lanjut walikota, “kami siap untuk mem-back-up, apalagi Kota Tomohon dikenal dengan sebagai kota religius (karena pernah menjadi pusat agama Katolik dan Protestan, Red.) maka tentu acara Gereja, khususnya acara Gereja Katolik ini, harus patut mendapat perhatian penuh dari pemerintah kota, sehingga penyelenggaraan IYD tahun ini berlangsung sukses.”
Banyak kesan diterima pemerintah dan masyarakat dalam menerima tamu-tamu dari Indonesia, “lebih khusus OKM dari Timika di Paroki Hati Kudus Yesus Tomohon, para tamu dari Papua ini dengan latar belakang budaya dan geografis berbeda ini tentunya memperkaya pengalaman OMK paroki ini.”
Selain perhatian dan keamanan, pemerintah Kota Tomohon juga memberikan dukungan dana untuk acara itu, karena selama kunjungan itu, demikian pengakuan Walikota Tomohon, sebenarnya pemerintah dan masyarakat serta umat diuntungkan “karena para tamu ini bisa datang, menyaksikan seperti apa kebudayaan yang ada di Kota Tomohon. Dengan demikian kita bisa sharing program budaya dan sebagainya dan menjadi duta untuk menyampaikan bahwa seperti inilah alam, masyarakat dan kerukunan antarumat beragama di Kota Tomohon, Kota Religius.
Sebagai warga Kristen, Jimmy Eman merasa kehadiran OMK se-Indonesia “menambah iman saya karena IYD juga mempertegas bahwa Tomohon adalah Kota Religius, karena dalam rangka menyambut para tamu ini kita juga beribadah, mempertebal kerukunan dan iman, sehingga dengan semua acara ini Tomohon lebih diberkati.”
Serah terima salib dari luar kota Tomohon dan antara paroki-paroki di Tomohon ternyata juga tidak merepotkan, “tetapi sebenarnya menjadi kehormatan,” kata walikota itu. Misalnya dari Kabupaten Minahasa ke Kota Tomohon secara langsung walikota sebagai pemerintah menerima salib itu. “Itu menandakan keakraban dan sinergitas dari pemerintah dan Gereja berjalan bersama. “Sehingga kalau mengatakan merepotkan tidak seperti itu. Malah sebenarnya ini hal yang membanggakan bahkan menjadi motivasi agar umat, masyarakat dan pemerintah bergandengtangan untuk berjalan bersama memberi berkat bagi Kota Tomohon.” (paul c pati)
Foto-foto: PEN@ Katolik/Damianus R Soni Pati dan pcp