Senin, Desember 23, 2024
28.5 C
Jakarta

Pimpinan regio Dominikan Awam bicarakan koordinasi, formasi, kemandirian

da1

Untuk menampung semua masukan, untuk saling belajar, untuk sharing tantangan, dan untuk bisa menyelesaikan tantangan yang sedang dialami, aspiran, postulan, novis, profes tahun pertama hingga profes kekal Dominikan Awam Indonesia mengadakan Retret Nasional 2016 selama tiga hari.

Namun, sebelum berlangsung Retret Nasional 2016 Dominikan Awam Indonesia, 20 pimpinan regio Dominikan Awam Indonesia dari Jakarta, Pontianak, Surabaya, dan Yogyakarta di bawah pimpinan Koordinator Nasional Theo Atmadi dan Welem Elimkusuma berkumpul di Pusat Pastoral Sanjaya Muntilan.

Dalam pertemuan 29 September 2016 itu mereka berbicara bersama Promodor Dominikan Awam Internasional Pastor Rui Carlos Antunes e Almeida Lopes OP dan Koordinator Dominikan Awam Asia-Pasifik Belen L Tangco OP, serta promotor Dominikan Awam Indonesia Pastor Joseto N Bernadas OP, Pastor Andreas Kurniawan OP, dan Pastor Johanes Robini OP.

Bersama ketua-ketua regio Dominikan Awam dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Pontianak, pertemuan dengan panitia dari Dominikan Awam Regio Yogyakarta itu membahas berbagai hal antara lain pengenaan singkatan OP pada nama Dominikan Awam yang sudah profes pertama, perlunya dewan koordinasi nasional yang mewakili setiap regio, perlunya tim formasi, dan kemandirian Dominikan Awam.

Catatan lain dalam pertemuan awal itu adalah bahwa Dominikan Awam tidak boleh bergantung pada imam atau suster yang hanya boleh memberikan saran tapi tidak punya suara dalam Dominikan Awam. Anggota Dominikan Awam diharapkan tidak punya banyak kerasulan pribadi tapi mementingkan kerasulan bersama dalam Dominikan Awam karena sudah menyampaikan profes kepada pimpinan Ordo Dominikan. Mereka juga diingatkan bahwa Dominikan Awam bukanlah organisasi, melainkan cara hidup yang dipilih sendiri.

Setiap kelompok regio punya otonomi terbatas, tapi mereka diminta mengutamakan kesatuan kepemimpinan di bawah prior provinsial, kesatuan formasi, dan karya kerasulan bersama. Bahkan Pastor Rui menantang Keluarga Dominikan Indonesia (imm, suster, awam) untuk menunjukkan kesatuan dengan melaksanakan kerasulan bersama, studi bersama, dan retret bersama. Imam itu menegaskan, “tanpa Dominikan Awam karisma Ordo Dominikan atau Ordo Pewarta tidak akan diungkapkan dengan sepenuhnya.”

Dalam rangka 800 tahun Ordo Pewarta, Pastor Johanes Robini OP menyarankan agar memikirkan pembentukan struktur nasional dari para anggota yang sudah berkaul kekal, memikirkan karya kerasulan yang dapat membantu, mendorong para imam Dominikan di Surabaya dan Pontianak untuk saling mendukung Dominikan Awam di mana saja sebagai keluarga besar, serta membaharui semangat dalam menjalankan misi.

Berbicara tentang dewan nasional, Belen Tangco OP menegaskan, setiap daerah harus punya perwakilan, “tapi perwakilan itu tidak boleh hanya memikirkan daerahnya sendiri.” Meski punya kerasulan pribadi, wanita itu mengingatkan untuk ingat “bahwa ia diutus pula sebagai anggota dan bersama komunitas.”

Pastor Joseto meminta pimpinan regio untuk tidak kuatir melihat target yang tinggi, melainkan “menjadikan itu pendorong untuk mempersiapkan, pelan-pelan tapi pasti, karena ada banyak panggilan di Indonesia.” Imam itu meminta peserta untuk tidak kuatir menghadapi tantangan dari Pastor Rui karena “dengan bantuan Allah hal itu mungkin untuk dilakukan, apalagi karena Dominikan Awam itu unik, kuat, dan penting.”

Pastor Robini membenarkan yang dikatakan Pastor Rui bahwa para pastor OP hanya berfungsi sebagai promotor, pembimbing rohani, membantu formasi, dan penghubung antara Master Ordo dan Dominikan Awam. “Pastor tidak ikut campur dalam struktur organisasi Dominikan Awam. Pastor ada bersama Dominikan Awam, tanpa menjadi bagian di dalamnya. Pastor bisa diminta nasihat, tapi tidak punya hak untuk memutuskan, misalnya untuk kenaikan tingkat. Meski tidak termasuk dalam struktur, tapi bisa secara terbuka memberikan saran atau bantuan.” Yang bisa menjadi promotor lokal adalah imam Dominikan, suster Dominikan, Dominikan Awam, imam sekuler, dan suster non-Dominikan.

Dalam Misa penutup pertemuan itu, Pastor Rui meminta para pimpinan regio dan semua anggota Dominikan Awam untuk tidak hanya berbicara tentang Tuhan, tapi berbicara dengan Tuhan. “Ketika berdoa sebenarnya kita bukan berbicara saja dengan Tuhan, melainkan mendengarkan suara Tuhan. Salah satu cara mendengarkan suara Tuhan ialah membaca Kitab Suci.”(paul c pati/harry)

da2

da3

da4

da4

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini