PEKAN BIASA XXVII (H)
Santo Fransiskus Borgia; Ewaldus Bersaudara
Bacaan I: Gal. 1:6-12
Mazmur: 111:1-2.7-8.9.10c; R:5b
Bacaan Injil: Luk. 10:25-37
Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ”Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus kepadanya: ”Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?” Jawab orang itu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: ”Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: ”Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: ”Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: ”Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: ”Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Renungan
Kisah orang Samaria sangat populer dalam kalangan orang Kristen. Kita pasti sudah membaca dan mendengarnya berulang-ulang. Namun, yang paling begitu mengesankan dari orang Samaria ini adalah gerakan kasih yang tanpa banyak prosedur dan bertele-tele. Boleh dikatakan sebagai gerakan kasih yang spontan, yang sungguh menjawab kebutuhan pada saat itu dan di tempat itu. Orang Samaria itu tidak hanya mengorbankan waktu dan tenaga. Dia tidak memikirkan dirinya sendiri. Ia bersihkan luka orang yang menderita, ia bawa ke penginapan, bahkan ia mau membayar seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk sesamanya yang menderita itu.
Spontanitas perbuatan kasih inilah yang sering kali hilang dalam gerakan karitatif pribadi atau pun bersama. Kita terlalu banyak pertimbangan dan perhitungan sehingga yang membutuhkan sendiri sudah terlanjur ‘terpuruk’. Kita harus renungkan kembali kata-kata yang diucapkan Paulus: ”Adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah?” (Gal. 1:10) Kesukaan Allah adalah ”Pergilah, dan perbuatlah demikian!” (Luk. 10:37).
Tuhan, aku terlalu banyak berbicara, terlalu banyak diskusi. Kata-kataku indah dan mempesona. Namun, karya kasihku sering terbelit pencitraan diri. Ampunilah aku ini, Tuhan. Aku sadar, kemuliaan itu adalah milik-Mu. Amin.