Home RENUNGAN Senin, 26 September 2016

Senin, 26 September 2016

0

stdas0361-2-f16df

PEKAN BIASA XXVI (H)
Santo Kosmas dan Damianus;
Santo Siprianus dan Santa Yustina

Bacaan I: Ayb. 1:6-22

Mazmur: 17:1-3.6-7; R:6ab

Bacaan Injil: Luk. 9:46-50

Sekali peristiwa, timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka. Karena itu Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di samping-Nya, dan berkata kepada mereka: ”Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar.” Yohanes berkata: ”Guru, kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita.” Yesus berkata kepadanya: ”Jangan kamu cegah, sebab barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.”

Renungan

Kata pepatah, ”Di mana ada gula di situ ada semut”. Seorang penguasa akan dicari dan dike­rumuni oleh banyak orang, tetapi seorang yang malang dan menderita bahkan mati dalam kesendirian. Karena itu, benarlah kata orang, ”Sahabat sejati adalah dia yang ada bersamamu di saat malang.”

Tidak sedikit orang yang mengalami kemalangan sehingga hidup mereka tiba-tiba berubah dari kegembiraan, kesenangan dan kebahagiaan menjadi dukacita dan nestapa. Dalam kenyataannya banyak orang mengalami krisis, termasuk krisis iman. ”Di manakah Tuhan?” dan ”Apakah Tuhan sungguh baik?” adalah pertanyaan yang sering terlontar dari mulut mereka yang mengalami pen­deritaan dan kemalangan. Ayub menghadapi penderitaan dan kemalangan dengan satu keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah.

Para murid mengikuti Yesus dengan suatu harapan untuk menjadi yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Yesus mengingatkan mereka supaya waspada dan mawas diri. Hal mengikuti Yesus berarti siap sedia untuk menderita karena melayani. Ayub, karena percaya pada Tuhan mampu menerima penderitaan, tetapi para murid justru menghindar dari penderitaan dalam hal mengikuti Yesus.

Apakah yang kita cari dalam mengimani Tuhan? Maukah kita menderita karena melayani Tuhan dan sesama atau masihkah kita percaya kepada Tuhan jika, karena iman akan Dia, kita justru mengalami rupa-rupa penderitaan?

Ya Tuhan, teguhkanlah keyakinanku bahwa Engkaulah sahabat sejatiku dan janganlah biarkan aku kehilangan keyakinan itu. Amin.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version