Minggu, 18 September 2016

0
1879

8-30-cn-22-b-01

PEKAN BIASA XXV (H)
Santo Yosef dari Copertino; Santo Yohanes Makias

Bacaan I: Am. 8:4-7

Mazmur: 113:1-2.4-6.7-8; R:1a.7b

Bacaan II: 1Tim. 2:1-8

Bacaan Injil: Luk. 16:1-13 (singkat: Luk. 16:10-13)

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya? Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Renungan

Masyarakat kita semakin terpelajar dan terdidik. Akan tetapi, semakin banyak juga orang yang masuk penjara dan memenuhi lembaga-lembaga pemasyarakatan. Banyak kaum berdasi yang harus berurusan dengan kepolisian, kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Bahkan lebih menyakitkan lagi, orang-orang di lembaga-lembaga tersebut juga terjerat oleh kasus-kasus, yang akar-akar dan ujung-ujungnya adalah masalah uang.

Kitab Amos mengurai dan mengecam perilaku ketidakadilan yang dipraktikkan orang pada zaman itu. Banyak orang mencari ‘kesempatan dalam kesempitan’ dengan memanfaatkan waktu dan masa ketika orang sedang membutuhkan. Praktik ketidakadilan dan ketidakjujuran sudah terpola dan membudaya. Amos menyerukan bahwa Allah tidak akan menutup mata dan melupakan begitu saja ketidakadilan bangsa itu.

Penginjil Lukas juga menyajikan sebuah ketidakadilan dari seorang yang dihapuskan hutang-hutangnya dan karena itu tidak dijebloskan dalam penjara. Tetapi, orang yang mengalami kebaikan tuannya ternyata tak mampu bersikap dan berbuat baik kepada orang lain. Ia hanya memikirkan keselamatan dirinya saja dan mencelakakan orang lain.

Situasi zaman Amos dan perumpamaan Yesus masih terjadi dalam kehidupan kita. Kita lebih setia kepada mamon, harta benda duniawi, daripada mengabdi kepada Allah. Kita perlu mematut diri: Apakah kita juga terlibat dalam ketidakadilan sosial yang terjadi di dalam masyarakat kita? Ataukah seperti Amos bersuara dan berjuang melawan ketidakadilan yang ada?

Ya Tuhan yang adil, gerakkan dan kuatkanlah aku untuk bersikap adil terhadap sesama di sekitarku. Amin.

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here