Home KEGEREJAAN Umat Katolik diajak gunakan logika pastoral belas kasih dalam hidup sehari-hari

Umat Katolik diajak gunakan logika pastoral belas kasih dalam hidup sehari-hari

0

IMG_2475

“Keunggulan dan kesungguhan Bunda Maria untuk bekerja sama dengan Allah, ambil bagian dalam tugas perutusan menjadi Bunda Penebus, disanggupi di dalam hatinya. Dari kesanggupan hati itu, maka Allah berkarya di dalam dirinya. Dan kita tahu juga bagaimana Bunda Maria mengarahkan diri sebagai seorang wanita, perempuan muda, dan nantinya sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai warga masyarakat.”

Administrator Diosesan Keuskupan Agung Semarang Pastor FX Sukendar Wignyosumarta Pr berbicara  dalam perayaan HUT ke-62 Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA) yang bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, 15 Agustus 2016 malam.

Dalam Misa yang dihadiri sekitar 2500 umat, Pastor Sukendar menceritakan kisah Injil Lukas (1:39-56) tentang Maria mengunjungi Elisabeth yang sedang hamil tua dan di tempat Elisabeth itu, Maria tinggal kira-kira tiga bulan.

Menurut Pastor Sukendar, perjumpaan selama kira-kira tiga bulan itu merupakan perjumpaan manusiawi yang diubah menjadi perjumpaan ilahi. “Perjumpaan-perjumpaan manusiawi sekaligus diangkat dalam nilai ilahi karena perjumpaan itu menjadi berkat. Perjumpaan itu membuat orang lain diringankan beban dan tanggung jawabnya,” kata imam itu.

Seperti halnya masing-masing orang datang pada perayaan HUT GMKA itu, entah yang bertugas liturgi maupun umat dari berbagai tempat, Pastor Sukendar mengatakan kehadiran atau pun keterlibatan mereka seperti keterlibatan Bunda Maria dengan keluarga Elisabeth-Zakaria.

“Persaudaraan yang sejati yang ditampilkan dari sisi manusiawi diangkat ke nilai yang ilahi karena menjadi persembahan cinta untuk keluarga dan orang lain,” kata imam itu.

Kerahiman Allah, tegas Pastor Sukendar, ditunjukkan dalam kehidupan sebagaimana ditunjukkan oleh Bunda Maria dengan menyanggupkan diri menjadi Bunda Penebus datang ke keluarga Elisabeth-­Zakaria, menemani perjalanan Tuhan Yesus ke Golgota bahkan menemani para murid waktu mereka berdoa di ruang atas, sampai Roh Kudus dicurahkan kepada para murid, dicurahkan kepada seluruh Gereja dan kita semua. “Bunda Maria hadir menyertai, mendampingi.”

Dengan mendasarkan pada anjuran apostolik Amoris Laetitia dari Paus Fransiskus, Pastor Sukendar mengatakan kita semua diajak untuk memakai logika pastoral belas kasih dalam kehidupan sehari-hari dengan tiga upaya yaitu menuntun, menegaskan dan mengintegrasikan.

Menurut Pastor Sukendar, menuntun berarti menunjukkan kepada jalan lebih baik, mengarahkan kepada tujuan lebih bermakna. “Maka, kalau kita satu sama lain, bisa menuntun orang lain, membawa kepada cara hidup bermakna, maka kemudian kita juga menegaskan arah,” kata imam itu.

Sedangkan menegaskan berarti mengambil disposisi bahwa martabat pribadi manusia harus dihargai dengan baik dan benar. “Kita ingin menegaskan bahwa setiap orang layak dihormati, dihargai sekecil apa pun jasa dan keterlibatannya. Kita ingin menegaskan bahwa perhatian kepada orang lain, menegaskan perhatian kepada alam semesta, memperhatikan dan menegaskan bahwa pendidikan karakter bagi anak-anak dalam keluarga-keluarga menjadi penting untuk masa kini,” kata imam itu.

Setelah menuntun dan menegaskan, Pastor Sukendar melanjutkan dengan ajakan mengintegrasikan pilihan dan tindakan. Pilihan dan tindakan diintegrasikan sesuai kehendak Tuhan yang terhubung dengan kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat.

Pastor Sukendar berharap, tindakan-tindakan itu juga terintegasi dengan bangsa Indonesia yang sedang berbenah mengusahakan berbagai macam pembangunan supaya sunggguh menyentuh masyarakat di pinggiran, menyentuh aneka macam infrastruktur supaya kesejahteraan terwujud.

Di akhir homili, Pastor Sukendar mengajak umat dan peziarah supaya memohon rahmat Tuhan dan mewujudkan dalam diri logika pastoral belas kasih yang bersandar pada kerahiman dan belas kasih Allah yang sudah ditunjukkan oleh Bunda Maria. “Di tangan Anda, Panjenengan semua dipercayakan hati yang terbuka, hati yang memberikan diri dalam belas kasih bagi siapapun juga,” pungkasnya.

Misa diawali prosesi lilin dari depan patung Maria Assumpta lalu dilanjutkan dengan rute melalui taman doa dan berakhir di area Gua Maria. Sebelum prosesi lilin, balon berbentuk Rosario berwarna merah putih diterbangkan ke angkasa.(Lukas Awi Tristanto)

 

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version