PEKAN BIASA XII (H)
Santo Gulielmus; Santa Febronia
Bacaan I: Rat. 2:2. 10-14. 18-19
Mazmur: 74:1-2. 3-5a. 5b-7. 20-21; R:19b
Bacaan Injil: Mat. 8:5-17
Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: ”Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita.” Yesus berkata kepadanya: ”Aku akan datang menyembuhkannya.” Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: ”Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya.” Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Surga, sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: ”Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.” Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Setibanya di rumah Petrus, Yesus pun melihat ibu mertua Petrus terbaring karena sakit demam. Maka dipegang-Nya tangan perempuan itu, lalu lenyaplah demamnya. Ia pun bangunlah dan melayani Dia. Menjelang malam dibawalah kepada Yesus banyak orang yang kerasukan setan dan dengan sepatah kata Yesus mengusir roh-roh itu dan menyembuhkan orang-orang yang menderita sakit. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: ”Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.”
Renungan
Injil hari ini mengisahkan tentang Yesus yang menyembuhkan hamba seorang perwira. Ada dua hal menarik dari peristiwa tersebut. Pertama, iman adalah kekuatan yang menyembuhkan. Ketika Yesus hendak pergi ke rumah sang Perwira, dengan penuh keyakinan dan kerendahan hati ia mengatakan: ”Aku tak layak menerima Tuhan di rumahku, katakanlah sepatah kata maka hambaku itu akan sembuh.” Perwira itu amat yakin dan percaya pada kata-kata Yesus yang penuh kuasa untuk menyembuhkan dan menghidupkan. Karena itu, Yesus pun memujinya.
Kedua, sebelum Yesus menyembuhkan hamba yang sakit, sesungguhnya si perwira sendirilah yang terlebih dahulu menyembuhkan hambanya. Mengapa demikian? Hamba, dalam kehidupan orang Israel, adalah budak suruhan. Dia dibutuhkan saat dia kuat, tetapi akan dijual jika sudah tidak berguna lagi. Oleh karena itu, seorang hamba adalah pribadi yang kehilangan kebebasan dan martabat luhurnya sebagai manusia. Maka, ketika perwira merisaukan, memperhatikan, dan mengusahakan kesembuhannya, hal ini menunjukkan betapa si perwira begitu menghargai martabat pribadinya. Dengan demikian, kesembuhan yang paling pokok bagi seorang hamba adalah ketika harkat dan martabatnya dihargai dan dipulihkan. Iman akan kuasa Ilahi dan pengakuan akan martabat luhur manusia yang diperlihatkan sang perwira tadi, hendaknya juga menjadi teladan kita agar dunia kita menjadi sehat dan diberkati Tuhan.
Ya Tuhan, sadarkanlah aku untuk selalu menghargai orang lain sebagai sesama yang patut dicintai. Amin.