Paus minta anak-anak semua etnis, budaya dan agama lakukan kebaikan

0
2187

Kereta api anak-anak7

Paus Fransiskus menerima sekitar empat ratus anak dari etnis, budaya dan agama berbeda pada hari Sabtu, 28 Mei 2016. Banyak dari anak-anak itu adalah kaum migran dan pengungsi. Mereka melakukan perjalanan ke Roma dari Calabria di Italia selatan dengan menaiki “Kereta Anak-Anak” (Treno dei Bambini), sebuah prakarsa tahunan dari Dewan Kepausan untuk Kebudayaan, yang tahun ini bertema, “Dibawa oleh gelombang.”

Tema itu dirancang untuk memperhatikan bahaya migrasi yang acap kali membawa maut, dan harapan akan janji masa depan yang lebih baik yang mendorong orang meninggalkan tanah air dan mencari kehidupan lebih baik di tempat-tempat asing dan jauh, meskipun di tengah ancaman penyiksaan, perbudakan dan kematian.

Anak-anak itu tiba pada hari yang sama di Stasiun Kereta Api Santo Petrus di Vatikan. Kereta api itu membawa juga perasaan sakit yang dialami anak-anak itu, kepedulian dan kasih sayang yang diberikan kepada anak-anak oleh Asosiasi Yohanes XXIII, dan Orchestra Anak-Anak “Quattrocanti” dari Palermo yang dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan dari delapan etnis berbeda.

Mary Salvia, kepala sebuah sekolah di Vibo Marina, juga membawa kepada Paus Fransiskus uang yang dikumpulkan dari kolekte sekolah untuk anak-anak dari Pulai Lesbos di Yunani, dan sebuah surat yang ditandatangani oleh murid-muridnya, yang dibacakan oleh Kardinal Ravasi kepada Paus.

“Kami anak-anak berjanji akan menyambut siapa pun yang tiba di negara kami: kami tidak akan pernah memandang siapa saja, yang memiliki warna kulit yang berbeda, yang berbicara bahasa berbeda, atau yang memeluk agama berbeda dari kami, sebagai musuh yang berbahaya.”

Dalam pembicaraan tanpa teks dengan para pelancong muda itu, Paus Fransiskus memfokuskan tentang korban manusia kalau nasib kaum migran tidak dipedulikan. Paus bercerita dan membagikan kata-kata seorang pekerja penyelamat yang membawa rompi pelampung dari seorang migran muda yang tenggelam di laut.

“Dia membawa jaket ini kepada saya,” kata Paus Fransiskus, “dan dengan air mata di matanya dia berkata kepada saya, ‘Bapa, saya tidak sanggup. Aku sudah melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan seorang gadis kecil yang dibawa gelombang laut, tapi aku tidak bisa menyelamatkannya. Hanya rompi pelampungnya yang tersisa.”

Kemudian, sambil menunjukkan Jaket itu, Bapa Suci mengatakan, “Saya tidak ingin [mengatakan hal ini karena saya] tidak ingin kalian sedih, tetapi [karena] kalian berani dan kalian [harus] tahu kebenaran: mereka dalam bahaya – banyak anak laki-laki dan perempuan, anak-anak kecil, laki-laki, perempuan – mereka dalam bahaya,” kata Paus.

“Pikirkan tentang gadis kecil ini: apa namanya? Aku tidak tahu: gadis kecil tanpa nama. Masing-masing bebas menamainya, masing-masing namai dia dalam hati. Dia berada di surga, dia sedang melihat kita.”

Salam pembicaraan itu, seorang anak bertanya kepada Paus tentang apa artinya “menjadi Paus.” Bapa Suci menjawab, “[melakukan] yang baik yang bisa saya lakukan.” Paus selanjutnya mengatakan, “saya merasa bahwa Yesus memanggil saya untuk ini: Yesus menginginkan saya menjadi seorang Kristen, dan seorang Kristen harus melakukan [kebaikan yang bisa dia lakukan]; dan Yesus juga ingin aku menjadi imam, dan uskup – dan imam dan uskup harus melakukan [kebaikan yang bisa mereka lakukan]. Saya merasa bahwa Yesus memanggil saya untuk melakukan hal ini – itu yang saya rasakan,” kata Paus. (pcp berdasarkan Radio Vatikan)

Kereta api anak-anak6

Kereta api anak-anak3

Kereta api anak-anak8

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here