Home VATIKAN Paus terima penghargaan bergengsi International Charlemagne Prize

Paus terima penghargaan bergengsi International Charlemagne Prize

0

Paus Terima Penghargaan dan Kota Aachen

Paus Fransiskus menerima penghargaan Charlemagne dari Kota Aachen, Jerman, 6 Mei 2016, di Vatikan. Penghargaan internasional yang diterima Paus dari Walikota Aachen, Marcel Philipp, itu diberikan untuk karyanya yang membantu unifikasi Eropa. Penghargaan itu menggunakan nama Charles Agung (Charlemagne), raja Franken yang dihormati oleh orang sezamannya sebagai “Bapak Eropa.”

Dalam sambutannya, Paus Fransiskus mengatakan “kalau menginginkan masa depan yang bermartabat, masa depan yang damai bagi masyarakat, itu hanya bisa dicapai kalau kita mengupayakan inklusi asli.”

Untuk melahirkan kembali Eropa yang kini lesuh, namun masih kaya energi dan peluang, “Gereja dapat dan harus memainkan perannya,” kata Paus seraya menegaskan bahwa tugas Gereja itu menyatu dengan misinya yakni pewartaan Injil.

Paus memohon revitalisasi Eropa dengan mengatakan, “Saya yakin, sikap menerima nasib dan kelesuan bukanlah milik jiwa Eropa, dan persoalan-persoalan kita pun bisa menjadi kekuatan besar untuk persatuan.”

Mengacu sambutannya tahun 2014 kepada Parlemen Eropa, Paus refleksikan perbandingan antara Eropa dan nenek jompo dan lesuh. Paus menantang orang-orang Eropa, dengan bertanya, “Apa yang terjadi padamu, Eropa humanisme, juara hak asasi manusia, demokrasi dan kebebasan? Apa yang terjadi padamu, Eropa, rumah para penyair, filsuf, seniman, musisi, dan pria wanita kesusasteraan? Apa yang terjadi padamu, Eropa, ibu dari bangsa-bangsa dan negara-negara, ibu dari orang-orang besar yang menjunjung tinggi bahkan mengorbankan hidup mereka untuk martabat saudara-saudari mereka?”

Paus berbicara tentang Eropa yang bisa melahirkan humanisme baru berdasarkan tiga kapasitas: kapasitas untuk berintegrasi, kapasitas untuk berdialog, dan kapasitas untuk menciptakan. Paus mencatat bahwa akar-akar dari orang-orang Eropa diperkuat selama berabad-abad oleh kebutuhan konstan untuk mengintegrasikan sejumlah budaya yang bervariasi.

Budaya dialog, lanjut Paus, “harus menjadi bagian integral dari pendidikan yang disampaikan di sekolah-sekolah,” seraya membantu memberikan kepada kaum muda peralatan yang perlu untuk penyelesaian konflik dengan cara baru.

Paus menegaskan bahwa semua negara – yang terkecil dan terbesar – memiliki peran aktif untuk dimainkan demi terciptanya masyarakat yang terintegrasi dan yang berdamai. Peran kaum muda juga penting, tegas Paus. Mereka “bukan masa depan bangsa kita, mereka adalah saat ini.”

Kepada semua yang hadir Paus bertanya, “Bagaimana bisa kita katakan mereka pelaku utama, kalau tingkat pekerja dan pengangguran dari jutaan anak muda Eropa terus meningkat? Bagaimana supaya kaum muda kita tidak hilang? Mereka akhirnya pergi ke mana saja mencari mimpi-mimpi dan perasaan memiliki, karena di sini, di negara mereka sendiri, kita tidak tahu cara memberi peluang dan nilai-nilai kepada mereka?”

Untuk menciptakan pekerjaan bermartabat dan baik penghasilannya, terutama bagi kaum muda, Paus menekankan perlunya berpindah dari “liquid economy”, yang diarahkan pada pendapatan dan keuntungan dari spekulasi, menuju “social economy”, yang berinvestasi pada manusia dengan penciptaan lapangan kerja.

Paus mengakhiri sambutan dengan menggambarkan mimpinya tentang Eropa: tempat yang masih mampu menjadi ibu yang memiliki kehidupan karena menghormati dan memberi harapan hidup; tempat yang memperhatikan orang lemah dan orang tua; tempat orang “menghirup udara bersih kejujuran.”

Penghargaan Charlemagne yang bergengsi itu diberikan setiap tahun kepada individu atau lembaga untuk pelayanan mereka dalam mendukung unifikasi Eropa. Upacara itu juga mendengarkan sambutan-sambutan dari Presiden Parlemen Eropa Martin Schultz, Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, dan Presiden Dewan Eropa Donald Tusk. Setelah mendengar sambutan Martin Philipp, Martin Schultz mengatakan bahwa Eropa akan melalui masa “penuh gejolak, dan menghadapi apa yang mungkin menjadi ujian menentukan atas kesatuannya.” (pcp berdasarkan Radio Vatikan dan Zenit.org)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version