“Ini adalah purnama ke-91, sejak ditorehkan perjalanan cinta itu, tapak kaki ini kian menghujam dalam, mengukir tiap peristiwa dengan kisahnya masing-masing, meneguhkan iman di batu karang terjal, merangkai kasih dalam jemari berjiwa, dan menghantar banyak orang ke pelabuhan pengharapan, di mana kehidupan menjadi arena perjumpaan, dalam nyanyian persaudaraan yang sarat belaskasih.”
Puisi “Ini Purnama Ke- 91” buah karya Suster Yohana SSpS itu terdengar dibacakan oleh Reja Kartika mengiringi Amel dan Mita yang dengan liukan tubuh mengajak para direksi, dokter, staff, perawat dan karyawan, yang memadati Kapel Rumah Sakit Katholik Santo Vincentius A Paulo Roomsch Katholiek Zeikenhuiz (RKZ) Surabaya, untuk merenungi jejak-jejak perjuangan awal RKZ sampai kini.
Pagi itu, Selasa, 3 Mei 2016, RKZ Surabaya merayakan HUT ke- 91, sekaligus perayaan 25 tahun mengabdi 28 karyawan RKZ, dengan Perayaan Ekaristi di Kapel RS RKZ. Misa dipimpin oleh Pastor Antonius Padua Dwijoko Pr, Pastor Yuventius Fusi Nusantara Pr dan Pastor FX Ketut Trisno Yanto SVD.
“Ini adalah purnama ke-91, penuh warna dan dinamika, kalau akhirnya sampai di sini, itu hanya karena rahmat-Nya, yang menyertai detak jantung waktu kami, jelaga kerapuhan dan kelemahan kami, terbukti tak mampu menggeser cinta-Nya, dari gelanggang pengabdian kami,” bunyi bait kedua puisi itu.
Usia 91 tahun pasti mengalami banyak masalah. Pastor Dwijoko mengatakan dalam homili bahwa para medis sering diperhadapkan pada dilema ketika menangani pasien, karena banyak pasien tidak mau menyebutkan nama dan umurnya. “Walau berat tantangan dalam dunia medis, dengan rendah hati diakui bahwa ‘kereta’ itu masih terus melaju,” kata imam itu.
Gereja Katolik, menurut imam itu, tidak mengijinkan petugas medis berbohong dalam melayani pasien. “Rumah sakit ini tidak akan hidup secara finansial, spiritual dan moral-etika, jika jalan hidupnya tidak benar,” tegas imam itu, seraya mengajak RKZ berjalan bersama Yesus.
Imam itu juga meminta para petugas media untuk mengantongi tiga kunci utama yakni menimba, memperdalam dan mengenal karakter yang diterapkan Yesus melalui Santo Arnoldus Janssen serta enam orang Suster SSpS yang merintis RS itu, serta mencontohi semangat pelayanan Santo Vincentius A Paulo, pelindung RS itu.
Perayaan HUT itu dilengkapi pemberian sertifikat rumah kepada lima karyawan RKZ yang mencicil pembelian rumah melalui yayasan dengan cara memotong gaji. Fransiska Ari yang menerima sertifikat dari Suster Yohana SSpS sebagai Ketua Yayasan Santo Arnoldus Janssen mengungkapkan kebahagian karena akhirnya mempunyai rumah berkat kerja keras dan menabung. “Ini kerinduan dan harapan saya dan keluarga yang akhirnya bisa terjawab,” kata Ari.
RKZ merupakan “orangtua” yang tak pernah melupakan anak-anaknya, kata Sapto Widiharti yang mewakili 27 rekannya seusai menerima bingkisan atas pengabdiannya selama 25 tahun. Ia berjanji ingin lebih memberikan yang lebih bermanfaat bagi RKZ.
Saat itu juga dilakukan pengambilan sumpah dan pelantikan direksi RKZ periode 2016-2019. Susunan direksi periode 2016-2019 adalah Direktur Utama dr Sugiharto Tanto, Direktur Pelayanan Medis dr Daniel Ponco, Direktur Keperawatan Rosa Dwi Sahati, Direktur Penunjang Medis Suster Maria Widjaja SSpS, dan Direktur Umum atau Administrasi Suster Augusta SSpS.
Kepala Bidang Hospital Relation RKZ Surabaya dr Agung Kurniawan Saputro mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa perayaan HUT dengan tema “Berteguh Pada Komitmen” menunjukkan semangat bahwa RKZ akan tetap melayani masyarakat sesuai yang diamanatkan para pendiri lembaga itu “dengan mengutamakan asas kemanusiaan yang melekat erat pada pelayanan.”
Sejak didirikan, lanjutnya, RS RKZ tetap memihak pada masyarakat kecil dengan memberikan pelayanan yang terbaik. “Juga kami selalu meng-up date SDM dari para staff dan karyawan, serta selalu meningkatkan pelayanan,” kata Agung.
Amel dan Mita masih meliuk-liukan badan, dan Reja Kartika mengakhiri puisi itu dengan membacakan dua bait terakhir, “Di purnama ke-91, kami masih di sini, meski letih dari perjalanan semalam, walau kami pernah terhempas badai. Bersama Dia, Sang Kehidupan, kekuatan batin dan cakrawala inspirasi kami, yang mencintai kami dengan kepenuhan kerahiman-Nya, yang mengijinkan kami masih menggoreskan sejarah, tak pernah sejengkal pun kami enggan melangkah, dalam kibar panji keselamatan-Nya.” (Felixianus Ali/Rosa Lina)