Home NUSANTARA Mgr Andreas Sol, misionaris sejati Keuskupan Amboina, meninggal dunia

Mgr Andreas Sol, misionaris sejati Keuskupan Amboina, meninggal dunia

0

foto-rumphius-andreas-sol-dan-maluku-dalam-satu-garis-lurus

Setelah bertahan dalam sakit, akhirnya Mgr Andreas Petrus Cornelius  Sol MSC meninggal dunia, di pagi hari 26 Maret 2016, pukul 7.15 waktu Ambon. Berita meninggalnya Mgr Sol, yang diangkat menjadi Uskup Koajutor Keuskupan Amboina 10 Desember 1963, ditahbiskan Uskup 25 Februari 1964, dan memangku jabatan Uskup Amboina sejak 15 Januari 1965 hingga pensiun tahun 1994 itu menghiasi berbagai media sosial pagi hari ini.

“Mgr Sol dipanggil Tuhan hari Sabtu Suci, hari Yesus berada di dalam makam. Yesus turun ke tempat penantian, sebelum bangkit pada hari ketiga. Allah Bapa yang berbelas kasih menentukan hari Sabtu Suci tahun 2016 sebagai saat dipanggil kembali hamba-Nya yang rendah hati Mgr Sol dalam usia lebih dari 100 tahun. Peristiwa ini untuk saya pribadi memberikan sukacita iman sepertinya Tuhan mau berbicara sesuatu untuk memberikan pesan bahwa Mgr Sol meninggal setelah Yesus wafat kemarin,” tulis Pastor Albertus Sujoko MSC dari Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng dalam sebuah milis.

Pastor Yance Johanis Mangkey MSC dari Provinsialat MSC di Jakarta membagikan juga laporan Pastor Tino Ulalahayan MSC bahwa sekitar pukul 3.00 WIT di hari Kamis Putih, 24 Maret 2016, Mgr Sol mengalami sesak nafas. “Suster Ana, saya, dan Bruder Kamto mendampingi beliau dengan menenangkan hatinya. Beliau sangat sadar. Sampai sekitar pukul 05.00 terlihat membaik dan beliau sempat tidur. Sekitar pukul 7 pagi, Uskup Sol kembali alami sesak nafas. Kami langsung mengambil tindakan untuk diantar ke rumah sakit. Memang setelah sesak pertama, kami sudah keliling rumah sakit di sekitar Kota Ambon untuk booking tempat. Hampir semuanya terisi, termasuk ICU,” tulis Pastor Ulalahayan.

Walaupun belum mendapat rumah sakit yang terdapat ruang kosong, lanjut imam itu, mereka langsung mengantar Mgr Sol ke Rumah Sakit Umum (RSU) untuk diambil tindakan. “Sekitar pukul 7.30, kami mengantar Uskup Sol ke RSU. Di sana, dokter mengambil tindakan dengan tensi darah, oksigen, dan rekam jantung. Hasilnya, darah normal tapi ada sedikit gangguan pada jantung. Dokter menyampaikan bahwa dalam kondisi demikian, Uskup Sol harus dirawat secara intensif. Sementara ICU di RSU sudah full. Dokter membuat rujukan ke Rumah Sakit Tentara (RST). Syukurlah di sana ada ruangan kosong.”

Sekitar pukul 10.30, Uskup Sol diantar dengan ambulance ke RST. “Dokter di sana segera ambil tindakan atas kondisi Uskup. Beliau tetap sadar, namun sesak nafas masih terlihat. Pada pukul 12.00 WIT, beliau masuk ruang ICU. Suster Ana, Bruder Kamto dan saya masih bergantian mendampingi. Memang harus diakui bahwa penanganan atas Uskup tidak begitu optimal dengan kondisi seadanya di Ambon. Kami mohon doa buat kesembuhan Uskup Sol.”

Namun, hari ini 26 Maret 2016, Uskup Manado Mgr Josef Suwatan MSC menulis: “Mgr Sol bangkit bersama Kristus!!” serta menjelaskan bahwa rencana pemakaman Mgr Sol adalah hari Kamis 31 Maret 2016, pukul 10.00 WIT.

Memang, menurut laporan Sekretaris Keuskupan Amboina Pastor Costantinus Fatlolon Pr, pada hari Kamis itu Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC telah datang ke RST untuk mengunjungi dan mendoakan serta memberikan berkat kepada Uskup Sol, dan secara bergantian para pastor mendampingi Mgr Sol. Namun di sore hari 25 Maret 206, Pastor Tino melihat keadaan Uskup Sol sudah menurun sehingga langsung memberikan minyak suci kepada beliau. Sekitar jam 17.00 WIT keadaan Bapak Uskup cukup membaik hingga malam hari.

Sabtu, 26 Maret 2016, sekitar jam 05.00 WIT keadaan Uskup Sol menurun lagi, baik oksigen, tensi dan pernafasan. Pastor Tino lalu memberikan sakramen terakhir dan indulgensi kepada Uskup Sol. Dan tepat pukul 07.15 WIT Uskup Sol menghembuskan nafas terakhir.

Pukul 07.20, Pastor Archadius Setitit MSC menyampaikan kepada Mgr Mandagi bahwa Uskup Sol telah meninggal dunia. Uskup Amboina bersama Sekretaris Keuskupan dan Pastor Agus Arbol serta para frater diakon yang berada di Keuskupan Amboina langsung menuju RST dan mendoakan serta memberikan penghormatan terakhir.

Sesuai keputusan Uskup Amboina, jenazah Mgr Sol akan diantar dan disemayamkan di Komunitas Biara MSC Batu Gantung pada Hari Sabtu, 26 Maret 2016. Pada Hari Minggu, 27 Maret 2016 pukul 10.30 WIT, jenazah Uskup Sol akan diantar dan disemayamkan di Gereja Katedral Ambon hingga hari Kamis, 31 Maret 2016. Setiap malam pada jam 19.00 WIT akan dilaksanakan Misa Requiem oleh setiap paroki, komunitas religius dan kelompok kategorial, yang kemudian akan tetap berjaga dan berdoa di hadapan jenazah Uskup.

Misa Pemakaman Mgr Sol akan dilakukan di Gereja Katedral Ambon, 31 Maret 2016. Selebran utama adalah Mgr Mandagi MSC. Jenazah Uskup Sol akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Susteran PBHK, Ahuru.

Mgr Sol secara resmi menjadi anggota Kongregasi MSC ketika mengikrarkan kaul-kaul kebiaraannya 21 September 1935 atau 80 tahun lalu. “Suatu usia sangat panjang sebagai biarawan! Dalam ukuran manusiawi, mencapai usia 80 tahun saja hanya dialami sedikit orang, apalagi mencapai usia berkaul kebiaraan selama 80 tahun! Juga, suatu hal langka ialah mencapai usia tahbisan imam ke-75, dan tahbisan Uskup ke-51,” tulis Pastor Mangkey.

Mgr Andreas Sol lahir di Amsterdam-Sloten, Belanda, 19 Oktober 1915, dari pasangan Cornelius Johannes Sol dan Maria Anna Elisabeth Ruhe. Tanggal 20 Oktober 1915, ia dibaptis di Gereja Paroki Nicolaas en Barbara, Amsterdam. Ia masuk seminari menengah MSC di Driehuis sejak 1931 hingga 1934 dan novisiat MSC di Berg en Dal, 20 September 1934, dan mengikrarkan kaul (profesi) membiara pertama, 21 September 1935, dan kaul kekal, 21 September 1938.

Mgr Sol menjalani kuliah filsafat di Arnhem dan teologi di Seminari Tinggi MSC di Stein dan ditahbiskan imam 10 Agustus 1940. Kemudian beliau berpraktek pastoral di Arnhem sejak 1941 hingga 1942. Tahun 1942 hingga 1946, beliau menjadi guru di Seminari Senengah Driehuis.

Sebagai imam muda, Andreas Sol memilih berkarya di Brasil, sehingga ia giat mempelajari bahasa Portugis, tetapi beliau batal diberangkatkan ke sana karena pecah Perang Dunia II. Setelah perang mereda dia ditawari bertugas di Indonesia, penugasan yang diterimanya dengan penuh ketaatan.

Beliau tiba di Maluku 5 Oktober 1946. Mgr Jacobus Grent MSC, yang saat itu Vikaris Apostolik Amboina, mengangkat imam muda Andreas Sol MSC menjadi Pastor Paroki Hollat-Haar, Kei Besar, yang dijalani hingga  1949. Tahun 1950 hingga 1959 beliau dipercaya sebagai Pemimpin (Superior) Daerah MSC Maluku dan sekaligus sebagai pengurus persekolahan Katolik di Langgur.

Tahun 1960 hingga 1963 beliau menjabat Administrator Provinsial MSC Indonesia yang berkedudukan di Jakarta. Tanggal 10 Desember 1963 Vatikan mengangkat Pastor Andreas Sol menjadi Uskup Koadjutor keuskupan Amboina dan ditahbiskan Uskup 25 Februari 1964. Tanggal 15 Januari 1965 beliau menggantikan Mgr Jacobus Grent MSC sebagai Uskup Amboina hingga masa pensiun tahun 1994 saat Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC menggantikannya.

Meski pensiun, Mgr Sol menjalani masa senja dengan tetap aktif berkarya dengan membangun dan mengatur Perpustakaan Rumphius di Ambon hingga menerima penghargaan dari Perpustakaan Nasional. Selain itu Mgr Sol membantu beasiswa anak-anak sekolah.

Uskup Sol merayakan HUT ke-50, baik HUT kelahiran, HUT sebagai biarawan MSC, HUT sebagai Imam, bahkan HUT tahbisan Episkopat, semuanya di tanah Maluku tanggal 25 Februari 2014. “Angka ini hendak mengatakan kepada kita bahwa Bapa Uskup Sol adalah misionaris sejati yang mau mengabdikan seluruh hidupnya untuk umat Keuskupan Amboina,” kata Wakil Propinsial MSC Indonesia Pastor Albertus Jamlean MSC di Biara Hati Kudus Batu Gantung, Ambon, hari itu.

Tanggal 19 Oktober 2015 di Ambon, Mgr Sol masih merayakan HUT ke-100 dengan ingatan yang masih baik, tulis Pastor Mangkey. (paul c pati)

Foto depan/atas: National Geographic Indonesia

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version