Minggu, Desember 22, 2024
29.9 C
Jakarta

Pastor Budi: Kerahiman Allah sumber pengalaman hidup orang Katolik

20160220_174922

Kerahiman Allah menjadi sumber pengalaman hidup orang Katolik. Kerahiman Allah terpancar dalam kehidupan Yesus Kristus sendiri. Delegatus Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (KOM HAK KAS) Pastor Aloys Budi Purnomo Pr berbicara dalam Temu Kebatinan (Tebat) XXIX di kompleks Gua Maria Kerep Ambarawa, 20-21 Februari 2016.

Tebat XXIX bertema “Mengolah Keheningan Batin untuk Menghadirkan Gereja yang Inklusif, Inovatif dan Transformatif Bersumber dari Kerahiman Allah”. Tema itu lahir dari peristiwa Tahun Yubelium Agung Kerahiman Allah, 8 Desember 2015 hingga 20 November 2016, yang dicanangkan Paus Fransiskus melalui  bulla Misericordiae Vultus (MV) dan pencanangan Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035 dengan visi terwujudnya peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman.

Tahun 2016-2020, KAS mencanangkan Arah Dasar (ARDAS) baru yang mengajak umat menghadirkan Gereja inklusif, inovatif dan transformatif.  ”Memadukan Yubileum Kerahiman Allah, RIKAS 2016-2035, dan ARDAS 2016-2020, sepanjang tahun 2016 kita semua diajak mengembangkan “Kerahiman Allah dalam Belarasa yang Nyata” sebagai tema dan bingkai seluruh karya pelayanan kita,” kata imam itu.

Dengan menggumuli tiga hal itu, menurut Pastor Budi, umat diajak mengerti bahwa Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif berarti Gereja yang merangkul, terbuka untuk pembaruan dan memiliki daya ubah. “Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif harus bersumber dari kerahiman Allah. Itu benar dan tepat,” kata Pastor Budi di depan ratusan umat yang hadir.

Berdasarkan MV, Pastor Budi menyampaikan, ciri-ciri Gereja yang inklusif, inovatif dan transformatif bersumber dari kerahiman Allah adalah, pertama  “Murah hati seperti Bapa” (MV 13), itulah yang bahkan menjadi motto Tahun Suci ini, kedua  “tidak menghakimi dan tidak menghukum. … Berapa banyak kata membahayakan dilakukan ketika orang termotivasi oleh rasa cemburu dan iri hati! Menjelekkan orang lain menempatkan orang dalam terang yang buruk, merusak reputasi dan menjadikan orang mangsa bergosip” (MV 14), dan ketiga, “membuka hati untuk mereka yang tinggal di pinggiran terluar masyarakat; menyembuhkan luka-luka mereka yang tersingkir; membuka mata melihat penderitaan dunia” (MV 15).

Narasumber pertama, Administrator Diosesan KAS Pastor FX Sukendar Pr mengatakan, upaya mewujudkan peradaban kasih dalam masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman, menjadi cita-cita yang mau diwujudkan oleh KAS untuk 20 tahun ke depan dalam rangka menyambut Yubileum teragung penebusan oleh Yesus Kristus tahun 2033.

Menurut Pastor Sukendar, panggilan untuk mewujudkan Peradaban Kasih dilandaskan pada panggilan perutusan sebagai murid-murid Yesus Kristus “Barang siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” (1 Yoh. 4:8). Hal ini sejalan dengan pernyataan para uskup Asia “Di mana pun Allah diterima, bila nilai-nilai Injil dihayati, di mana pun manusia dihormati, di situ hadirlah Kerajaan Allah.”

”Rumusan visi ini merupakan perwujudan cita-cita menghadirkan Kerajaan Allah di dunia. Untuk mewujudkannya dipilih tiga pintu masuk yaitu hidup sejahtera, bermartabat dan beriman, sehingga Gereja sungguh-sungguh signifikan dan relevan. Tiga pintu masuk ini sekaligus menampilkan panggilan dan perutusan umat kristiani berdasarkan baptisan ambil bagian dalam tritugas Kristus: sebagai gembala yang berhati hamba untuk menyejahterakan umat, sebagai nabi yang mengemban firman Allah untuk mewartakan sukacita Injil dan sebagai imam yang mempersembahkan korban untuk menguduskan secara tuntas sampai mati,” kata imam itu.

Narasumber kedua, akademisi UIN Walisongo Abu Rokhmad mengatakan, setiap agama, menuntut pemeluknya untuk beriman dan beramal saleh. Artinya, “setiap umat beragama tidak cukup hanya saleh secara spiritual atau rajin beribadah kepada Tuhan, tetapi juga saleh secara sosial atau melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Pendek kata, beragama harus berakibat baik bagi kehidupan manusia, tak peduli agama dan keyakinannya apa.”

Tebat XXIX yang diselenggarakan oleh Kom HAK KAS dibuka dan ditutup oleh Pastor Aloys Budi Purnomo dengan Misa. Tebat XXX akan dilaksanakan di tempat yang sama pada Minggu III Oktober 2016. (Lukas Awi Tristanto)

20160220_181238

20160220_181516

20160221_082749

 

 

 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini