30.1 C
Jakarta
Saturday, April 20, 2024

Tahun Hidup Bakti ditutup, Paus minta keindahan panggilan tak dilupakan

BERITA LAIN

More

    Conecrated Life

    Paus Fransiskus mengatakan kepada pria dan wanita yang menjalani hidup bakti untuk tidak pernah melupakan keindahan panggilan religius mereka seraya mengingatkan mereka bahwa hakekat hidup bakti adalah doa.

    “Teruskan! Setiap kita memiliki tempat, pekerjaan dalam Gereja,” kata Paus kepada pria dan wanita religius di Lapangan Santo Petrus, setelah merayakan Misa Penutupan Tahun Hidup Bakti di Basilika Santo Petrus, 2 Februari 2016. Tahun Hidup Bakti dirayakan di seluruh dunia mulai Minggu Pertama Adven, November 2014, dan berakhir pada Hari Hidup Bakti se-Dunia, 2 Februari 2016.

    Prakarsa Paus Fransiskus itu bertujuan untuk menjadi kesempatan pembaharuan bagi pria dan wanita yang menjalani hidup bakti, kesempatan syukur bagi umat beriman untuk pelayanan para suster, bruder, imam, dan biarawati, serta kesempatan untuk mengajak kaum muda Katolik untuk mempertimbangkan sebuah panggilan religius.

    “Hari ini Tuhan terus memanggil kalian dengan cinta yang sama yang memanggil kalian,” kata Paus yang juga meminta mereka untuk tidak melupakan keindahan dan keheranan panggilan pertama mereka.

    Paus juga menekankan pentingnya doa bagi orang yang menjalani hidup bakti dalam melanjutkan panggilan mereka. “Hakekat hidup bakti adalah doa: berdoa! Dan oleh karena itu bertumbuhlah semakin tua, namun kalian akan menjadi tua seperti anggur yang baik!” Paus secara khusus menghargai kaum religius yang sudah lanjut usia yang mempertahankan kehidupan spiritual yang kaya.

    “Saya sungguh senang kalau bertemu dengan pria dan wanita religius seperti itu, tua tapi matanya bersinar, karena mereka memiliki api kehidupan spiritual yang masih menyala,” kata Paus yang juga mendorong kaum religius untuk berdoa bagi panggilan-panggilan baru “sehingga karya hidup bakti kita berlanjut.”

    Dalam homili Misa yang dirayakan sebelumnya di Basilika Santo Petrus, Paus Fransiskus menyerukan kepada pria dan wanita yang menjalani hidup bakti untuk membuat pilihan-pilihan berani dan profetis, tidak takut tangannya menjadi kotor dan mendatangi orang-orang yang terpinggirkan secara geografis dan keberadaannya saat ini.

    Paus menggambarkan Tahun Hidup Bakti yang baru saja berakhir itu sebagai ‘sungai’. “Sungai ini mengalir ke laut belas, ke dalam misteri besar cinta yang sedang kita alami melalui Yubileum Luar Biasa,” kata Paus.

    Hari-hari terakhir Tahun Hidup Bakti dirayakan di Vatikan dengan simposium teologis tentang kehidupan religius, dengan tema “Hidup Bakti dalam Persekutuan. Dasar bersama dalam keberagamaan gaya.”

    Pria dan wanita yang menjalani hidup bakti, menurut Paus, pertama-tama dan terutama dipanggil untuk menjadi pria dan wanita perjumpaan. “Kenyataannya, panggilan tidak termotivasi oleh proyek yang direncanakan ‘di meja gambar’, tapi oleh kasih karunia Tuhan yang datang kepada kita melalui perjumpaan yang mengubah kehidupan.”

    Dikatakan, “Mereka yang benar-benar bertemu Yesus tidak dapat tetap sama seperti sebelumnya. Dia adalah yang baru yang membuat semua menjadi baru. Yang menjalani pertemuan ini menjadi saksi dan membuat pertemuan itu bisa dialami orang lain; dia juga menjadi promotor budaya perjumpaan, sambil menghindari sikap merujuk diri sendiri yang menyebabkan seseorang tetap menutup diri.”

    Dari Pesta Yesus Dipersembahkan di Kenisah pada hari itu, kata Paus, kita belajar untuk bersyukur atas perjumpaan dengan Yesus dan atas karunia panggilan hidup bakti. “Betapa indahnya kalau kita menjumpai wajah-wajah gembira dari orang-orang yang menjalani hidup bakti, yang mungkin sudah lanjut usia, seperti Simeon dan Anna, bahagia dan penuh rasa syukur atas panggilan mereka. Inilah kata yang bisa meringkas semua yang kita telah jalani di Tahun Hidup Bakti ini: syukur atas karunia Roh Kudus, yang selalu menginspirasi Gereja melalui kharisma-kharismanya yang beraneka ragam.

    Injil hari itu berakhir dengan ungkapan ini: “Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya” (ayat 40). Semoga Tuhan Yesus, melalui perantaraan ibu Maria, lanjut Paus, tumbuh dalam diri kita, dan keinginan perjumpaan itu bertambah dalam kita masing-masing … “maka orang lain akan tertarik oleh cahaya-Nya, dan akan mampu menemui belas kasihan Bapa.” (pcp berdasarkan Radio Vatikan)

     

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI