PEKAN BIASA IV (H)
Santo Blasius; Santo Ansgarius; Santo Gilbertus
Bacaan I: 2Sam. 24:2.9-17
Mazmur: 32:1-2.5.6.7; R: 5c
Bacaan Injil: Mrk. 6:1-6
Pada suatu ketika, Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya, sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia. Pada hari Sabat Ia mulai mengajar di rumah ibadat dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia dan mereka berkata: ”Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mukjizat-mukjizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya? Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon? Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?” Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: ”Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.” Ia tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di sana, kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka. Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka. Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Renungan
Pertobatan Daud membawa manfaat bagi seluruh bangsa Israel. Ia mengadakan pertobatan dengan mempersembahkan suatu korban bakaran. Segala sesuatu yang baik, yang kita lakukan dengan nyata, membuktikan bahwa kita sungguh bertobat. Pertobatan tidak terjadi di Nazareth, tempat Yesus berasal, karena orang terhalang oleh status dan asal muasal Yesus, yang berasal dari sebuah keluarga kecil nan sederhana, yang tidak hebat menurut pandangan manusia. Mata hati mereka juga tertutup oleh sebuah persepsi bahwa Mesias itu berasal dari keturunan raja dan tinggal di istana, bukan di kampung kecil Nazareth.
Bagi kita, pertobatan itu suatu iman yang diwujudkan salah satunya dengan bertobat. Kita tidak hanya percaya bahwa Tuhan mengampuni dosa, tetapi kita mewujudkannya dalam semangat kembali kepada Tuhan, menyesali dosa dengan nyata dan dengan demikian mewartakan bahwa Tuhan memang menghendaki pertobatan dan Ia dengan penuh kasih akan menerima orang yang bertobat. Sikap setengah hati tidak akan menghasilkan apa-apa.
Sabda Tuhan mengajak kita bertobat sepenuh hati, karena percaya bahwa Allah berkenan atas orang yang tulus memperbaiki hubungan dengan Allah.
Ya Allah, berikanlah aku hati yang berserah pada kebaikan-Mu. Kiranya hati yang bersih membuat aku mampu maju dalam hidup rohani dan hidup bersama, dan akhirnya dapat menjadi berkat bagi sesama. Amin.