Ketika Kementerian Agama memberikan penghargaan Harmony Award kepada pimpinan daerah, wartawan, masyarakat umum, dan mahasiswa dalam Malam Anugerah Kerukunan Umat Beragama di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, 30 Desember 2015, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga disebut.
NTT terpilih sebagai penerima Harmony Award untuk kategori Pimpinan Daerah dan kategori Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama yang wilayah kerjanya memiliki indeks tertinggi dalam hal kerukunan hidup umat beragama, atau dengan kata lain yang masyarakatnya paling rukun dan damai.
Malam Anugerah Kerukunan Umat Beragama (Harmony Award) 2015 yang diselenggarakan oleh Pusat Kerukunan Umat Beragama (PKUB) Kementerian Agama RI itu, menurut Sekjen Kemenag RI Nur Syam, diselenggarakan sebagai apresiasi atas suasana rukun di Indonesia yang menurutnya ditandai oleh “berkurangnya konflik sosial atas nama agama” dan “meningkatnya inisiatif masyarakat dalam membangun kerukunan hidup dan menyelesaikan berbagai konflik bernuansa agama.”
Penganugerahan itu, kata Kasubag Inmas Kanwil Kemenag Provinsi NTT Jose Sega kepada PEN@ Katolik, adalah peristiwa pertama di Indonesia, dan diselenggarakan dalam rangka memperingati usia 70 Kementerian Agama, 04 Januari 2016.
Dikatakan bahwa hari itu, Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Kepala Kanwil Kementerian Agama NTT Sarman Marselinus atas nama segenap warga NTT telah menerima trophy Anugerah Kerukunan Umat Beragama 2015 yang diserahkan langsung oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Auditorium HM Rasjidi Kementerian Agama RI Jalan MH Thamrin Jakarta Pusat.
Setelah menerima penghargaan itu, kata Jose, Gubernur Frans Lebu Raya berterima kasih kepada Tuhan dan berbagai pihak yang menghantar NTT ke kondisi sekarang. “Ini bukan akhir dari perjalanan kerukunan, tapi mata rantai dari sebuah perjuangan yang tiada pernah berakhir,” kata gubernur.
Bahkan ketika memimpin upacara bendera Hari Amal Bakti ke-70 Kementerian Agama Tingkat Kantor Wilayah Provinsi NTT di halaman kantor itu, 4 Januari 2016, gubernur bukan hanya memberi selamat kepada Kakanwil Kemenag Provinsi NTT dan seluruh jajarannya tapi mengingatkan bahwa “penghargaan itu bukan hanya untuk dibanggakan melainkan menjadi tantangan.
“Tidak hanya sebatas menjadi kebanggaan, penghargaan itu sekaligus menjadi pelecut semangat agar ke depan kita semakin bergairah dalam mengelola keragaman menjadi sebuah kekuatan yang menunjang pembangunan,” ujar Gubernur.
Saat menerima ucapan selamat dari para Kakanwil Kemenag Provinsi se-Indonesia di Jakarta, Kakanwil Kemenag Provinsi NTT, Sarman Marselinus, juga mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua elemen masyarakat, LSM, tokoh agama, pimpinan lembaga agama maupun pemerintah yang telah merajut kerukunan ibarat tenunan.
“Karena sesungguhnya kerukunan adalah kerja sama semua pihak. Maka anugerah ini adalah pengakuan atas jasa semua pihak. Di atas semua itu, anugerah ini mengajak kita untuk selalu waspada dan tetap giat membangun kerukunan, mempertahankannya dari berbagai gangguan,” katanya.
Di hari penganugerahan, demikian Kompas, Menteri Agama berpesan agar ajaran agama digunakan sebagai alat untuk menjaga perilaku terhadap orang lain, bukan menilai perilaku orang lain terhadap kita. “Kalau seperti itu saya khawatir yang lebih mengemuka adalah perbedaannya dan itu awal dari konflik.”
Bahkan menteri melanjutkan bahwa pengalaman membuktikan konflik bukan hanya menguras sumber daya, tapi bisa destruktif sampai bertahun tahun, bahkan bisa diturunkan dari satu sama lain. “Dalam konteks Indonesia, agama menjadi penting karena memang masyarakatnya yang religius. Apalagi konstitusi juga menempatkan agama sebagai suatu bagian yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegas menteri (yuven fernandez)
Foto-foto oleh Jose