Home KEGEREJAAN Kaum religius keluarkan pernyataan bersama di akhir Tahun Hidup Bakti

Kaum religius keluarkan pernyataan bersama di akhir Tahun Hidup Bakti

0

Tanda telapak tangan oleh peserta

Sebanyak 300 kaum religius Indonesia yang mengikuti Penutupan Tahun Hidup Bakti di Lembang, Jawa Barat, 2-5 Desember 2015, mengakhiri rangkaian kegiatan mereka di Katedral Bandung dengan Misa yang dipimpin Duta Vatikan untuk Indonesia Uskup Agung Antonio Guido Filipazzi dan dengan tekad melaksanakan pernyataan bersama seraya memberikan tanda telapak tangan pada bejana yang bertuliskan pernyataan itu.

Rohaniwan-rohaniwati yang merupakan wakil-wakil dari 72 kongregasi, tarekat, dan ordo pastor, suster, bruder dan frater dari seluruh Indonesia “dengan penuh sukacita mempersembahkan pujian syukur dan kemuliaan kepada Allah Tritunggal Mahakudus yang telah memanggil mereka untuk mengikuti Yesus Kristus.” Mereka juga “sungguh menyadari dan mengalami bahwa Allah yang telah memanggil kami adalah andalan dan segalanya. Dialah Sumber sukacita dan kekudusan kami.”

Oleh karena itu, dalam pernyataan bersama yang mereka sepakati di sebuah hotel di Lembang dan dibacakan oleh dua peserta termuda dalam Misa Syukur di Katedral Bandung, 4 Desember 2015, mereka mengungkapkan janji untuk “senantiasa melanjutkan peziarahan iman yang telah dimulai oleh para pendahulu dengan menyegarkan dan menghidupi spiritualitas dan karisma tarekat masing-masing.”

Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC, Uskup Agats-Asmat yang juga penghubung Konferensi Pemimpin Tinggi Tarekat Religius se-Indonesia (Koptari) dengan KWI Mgr Aloysius Murwito OFM, Ketua Koptari Pastor Adrianus Sunarko OFM serta Kepala Paroki Katedral Bandung Pastor Leo van Beurden OSC menjadi konselebran Misa bersama umat di katedral itu. Keuskupan Bandung menjadi panitia pelaksana dan Pastor Serafin Dany Sanusi OSC menjadi Ketua Panitia Pelaksana.

Selain itu, para rohaniwan-rohaniwati itu menyatakan akan “berusaha senantiasa memelihara relasi erat dengan Allah yang telah memanggil kami supaya api panggilan ini selalu berkobar” dan akan “berusaha terus sehati dan sejiwa dalam membangun hidup persaudaraan universal sehingga hidup persekutuan sebagai religius yang menghidupi kemiskinan, ketaatan dan kemurnian menjadi kesaksian nyata dan memberi inspirasi pada sesama.”

Menjelang Yubileum Kerahiman, mereka juga bertekad untuk “hidup sesuai dengan hakekat panggilan religius dalam menampilkan wajah Allah yang berbelas kasih, berbelarasa dan berbagi sukacita di dunia ini dengan mewartakan keselamatan bagi sesama terutama mereka yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel serta terlibat aktif memelihara seluruh ciptaan dalam kerjasama dengan banyak orang.”

Selain berjanji untuk selalu siap sedia bagi Gereja dan membangunkan dunia melalui kesaksian hidup, di akhir pernyataan itu peserta mengungkapkan kepercayaan dan pengharapan kepada Allah dan memohon kepada Bunda Maria dan para Pendiri Tarekat mereka untuk mendoakan perjuangan mereka.

Penutupan Tahun Hidup Bakti 2015 bertema “Wake Up the World! Enkindle the Fire of Your Vocation” (Bangunkan Dunia! Kobarkan Api Panggilanmu) dilengkapi penandatanganan pernyataan, yang ditempelkan dalam sebuah bejana besar, oleh Duta Vatikan, Uskup Bandung, Penghubung Koptari dan Ketua Koptari. Semua peserta pun ikut bertanda tangan dengan mengecap telapak tangan mereka dengan aneka warna pada bejana itu.

Pertemuan yang diwarnai theme song “Wake Up the World” itu memberi kesempatan kepada peserta untuk mendengarkan masukan dari Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC tentang “Evangelii Gaudium dalam Praksis bagi Kaum Religius” dan dari Mgr Aloysius Murwito OFM tentang “Paus Fransiskus tentang Hidup Bakti.”

Setelah peluncuran buku Hidup Bakti terbitan Koptari oleh Pastor Adrianus Sunarko OFM, peserta juga mendengarkan sharing dan masukan dari Suster Emma Gunanto OSU yang menulis sebuah tulisan dalam buku itu dengan judul “Semua impianku menjadi kenyataan,” dan dari sosiolog dari Universitas Indonesia Fransisca Ery Seda.

Peserta juga mendapat kesempatan untuk pentas budaya, menampilkan budaya aslinya, serta menyaksikan pentas budaya angklung dari SMP St Yusuf Bandung dan tarian dari STIKes Bandung, serta talk show bersama Duta Vatikan tentang “Religius Muda di Zaman Modern.” Talk show dilaksanakan di sebuah aula di Sekolah Santa Angela Bandung sebelum Misa Syukur bersama Nuntio itu di Katedral Bandung.

Hari terakhir diisi dengan Bandung City Tour. Namun, 17 superior jenderal atau pemimpin umum atau wakilnya dari tarekat suster berkumpul di Eco Learning Camp, yang ikut dirintis dan didirikan oleh Pastor Ferry Sutrisna Pr. Di sana mereka tidak hanya belajar menjadi manusia berkualitas serta merawat dan berguru pada bumi tapi untuk pertama kali mereka memilih dan menetapkan pengurus persatuan pemimpin umum tarekat suster seluruh Indonesia. (paul c pati)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version