Paus Fransiskus mengakhiri bagian pertama Perjalanan Apostolik ke Afrika, dengan melakukan perjalanan dari Kenya ke Uganda di hari Jumat, 27 November 2015 sore. Bapa Suci akan menyelesaikan kunjungan pertamanya ke Afrika dengan berhenti di Republik Afrika Tengah. Paus akan tiba di sana hari Minggu tanggal 29 November malam sebelum kembali ke Roma di hari berikutnya.
Linda Bordoni dari Radio Vatikan berada di Kenya bersama Bapa Suci. Ringkasan kunjungan ke negara itu, yang disampaikan ke Radio Vatikan, diterjemahkan oleh PEN@ Katolik:
Apa yang akan paling kita kenang dari kunjungan Paus Fransiskus setelah upacara perpisahan dengan orang-orang Kenya di bandara Nairobi?
Tentu saja himbauan Paus yang berulang kali disampaikan kepada kepada otoritas dan pembuat kebijakan untuk menjembatani kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin, untuk melindungi perempuan Afrika dan untuk mendidik kaum muda, seruan mendesak Paus untuk meningkatkan perang melawan perubahan iklim, permintaan Paus untuk persatuan di antara agama-agama berbeda dalam perang melawan terorisme.
Tapi lebih dari itu, warga Kenya mengatakan mereka akan mengenang bagaimana kata-kata dan gerak-isyarat Paus menyentuh diri mereka sendiri secara pribadi.
Itu disebabkan karena Paus Fransiskus tidak pernah berbicara kepada orang-orang dari tempat yang lebih tinggi, tetapi mendengarkan apa yang mereka katakan dan menanggapinya dengan pemahaman dan kepekaan seseorang yang benar-benar peduli terhadap kehidupan dan kisah dari masing-masing pribadi.
Di akhir kunjungan Paus itu, saya berbicara dengan seorang guru dari Kenya. Dia mengatakan kepada saya bahwa orang-orang di kampung kumuh Kangemi merasa begitu diberkati – ya, itu kata yang banyak mereka gunakan di sini di Kenya – karena mereka tidak harus pergi melihat Paus, Paus datang kepada mereka.
Jadi, saya kira apa yang akan paling dikenang oleh orang di sini adalah kenyataan bahwa Paus Fransiskus membawa sukacita dan doa, Paus turut merasakan kesedihan mereka, masalah mereka dan harapan mereka, Paus tampak menikmati tarian dan nyanyian mereka yang luar biasa, Paus berterima kasih atas sambutan mereka dan mengatakan kepada mereka bahwa ia sangat merasa at home.
Dan di negara di mana korupsi dan kolusi nampak sebagai kejahatan utama yang merusak sistem hingga benar-benar merugikan masyarakat, teladannya yang bersinar sebagai seorang pemimpin otentik dan rendah hati, yang menghindari perangkap kekayaan dan materialisme, bukan saja menjadi peringatan, tapi – di atas segalanya – menjadi tanda dorongan yang kuat untuk melangkah membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. (pcp/Radio Vatikan)
Keterangan foto
1. Paus Fransiskus melambaikan tangan kepada masyarakat Kenya, Foto oleh EPA
2. Kaum muda Kenya menyalami Paus Fransiskus, Foto oleh ANSA
3. Paus Fransiskus bertemu, klerus, kaum religius dan frater di lapangan Santa Maria di Nairobi, Foto oleh AP
4. Paus Siram tanaman di Pusat PBB di Nairobi, Foto oleh Reuters