Suatu hari, seorang ibu tidak dikenal membawa seorang bayi dan meletakkan bayi itu di depan gerbang biara dari para suster Misionaris Cinta Kasih (Missionaries of Charity, MC) di Kamboja, dan para suster MC lalu mengambil bayi malang itu dan merawatnya, sehingga anak itu bertumbuh menjadi seorang anak yang cantik.
Misionaris di Kamboja, Pastor Gregorius Priyadi SJ, menceritakan kisah itu dalam khotbah Misa di Gereja Paroki Kristus Salvator, Petamburan, Jakarta Pusat, tanggal 7 Oktober 2015. Pastor Gregorius menjadi konselebran dalam Misa Peringatan 30 tahun Kelompok Kerabat Kerja Ibu Teresa (KKIT) Indonesia dan 65 tahun MC di dunia, yang dipimpin Kepala Paroki Santa Anna Duren Sawit Pastor FX Widiatmaka SJ.
Perayaan syukur itu dihadiri sekitar 200 pegiat KKIT dari sejumlah paroki di KAJ. Ketua Umum KKIT Nasional Sinta Hidayat dan Koordinator Transit House (TH) Theresia Soewadji juga hadir. TH adalah tempat pelayanan KKIT di Jakarta bagi mereka yang sedang mengalami sakit, kesulitan, tidak memiliki keluarga, miskin, lemah dan tidak berdaya.
Pastor Priyadi yang selama ini selalu mendampingi KKIT juga mengisahkan tentang seorang istri yang dianiaya oleh sang suami. Sang istri itu kemudian mendatangi biara MC itu lalu mendapatkan pelayanan dan peneguhan.
Dua kisah ringkas itu, menurut Pastor Priyadi, sebetulnya mirip dengan pelayanan yang selama ini dilakukan KKIT di Indonesia. “TH memberikan penampungan dan pelayanan tulus. Itu wujud perhatian mereka terhadap kaum miskin, menderita, dan tak berdaya,” tegas imam itu.
Kelompok kategorial yang sudah hadir 30 tahun itu melanjutkan karya-karya kasih yang telah dilakukan oleh Beata Bunda Teresa dari Kalkuta, India, dalam bentuk pelayanan tanpa kata, atau pelayanan yang dilakukan tidak menggunakan promosi berlebihan, tapi mewujudkan cinta dengan karya nyata. “Pewartaan tanpa kata tapi berdampak sangat luar biasa,” kata Pastor Priyadi.
Sinta Hidayat mengakui bahwa karya pelayanan mereka melewati berbagai tantangan, hambatan, dan penolakan dari berbagai pihak. “Namun ternyata, Tuhan senantiasa menyertai sehingga kelompok kategorial ini bisa memasuki usia ke-30. Semoga semakin semangat.”
Theresia Soewadji berharap agar melalui perayaan Ekaristi itu umat semakin terlibat dalam pelayanan kasih. “Keterlibatan orang banyak dalam KKIT akan meluaskan cinta kasih kepada orang lain,” katanya.
Maria Athanasia Mikemelyana yang bertugas sebagai pendamping pasien di TH mengisahkan betapa senangnya menjadi pendamping. Setiap hari dia memberikan perhatian kepada 14 orang yang ditampung di tempat non-profit yang sudah dijalankan selama enam tahun itu.
Banyak kejadian di TH membuat dia semakin percaya. “Ketika para penghuni membutuhkan obat, makanan, atau lainnya, contohnya, pada saat itu juga Tuhan memenuhinya dengan menghadirkan para donatur yang mengulurkan kasih kepada mereka,” ceritanya.
Selama 30 tahun itu, orang-orang yang membantu sesama di TH bukan hanya memberikan pelayanan serta kunjungan ke rumah sakit, tetapi melakukan pertemuan doa dan adorasi. “Semua yang kami lakukan berlandaskan kasih yang telah diteladani Beata Bunda Teresa dari Kalkuta, India.”
Selain Misa, perayaan itu juga diisi dengan lomba koor antarpegiat KKIT serta hiburan musik kolintang yang dimainkan oleh Sinta Hidayat dan timnya. (Konradus R Mangu)
Keterangan foto: Pastor FX Widiatmaka SJ (kiri) dan Pastor Gregorius Priyadi SJ (kanan)