Home OMK OMK bukan kanak-kanak rewel, bukan pembuat masalah, dan bukan akar serabut

OMK bukan kanak-kanak rewel, bukan pembuat masalah, dan bukan akar serabut

0

Suasana Arakan Salib Suci KAYD 2015 Dari Lapangan Umum   Kota Atambua Menuju Lapangan Seminari Lalian. Kegiatan Selama 4 Hari yakni   Rabu hingga Sabtu (32)

Keuskupan Atambua Youth Day (KAYD) 2015 sudah berakhir. Pesertanya sudah kembali ke paroki masing-masing dengan energi baru yang diminta oleh Uskup Atambua Mgr Dominikus Saku Pr bukan lagi sebagai kanak-kanak yang selalu rewel, pembuat masalah atau sekedar akar serabut.

Berbagai kesan dan pesan mereka terima dalam KAYD 2015 yang dibuka di Lapangan Umum Kota Atambua dan dilanjutkan di Seminari Santa Maria Imaculata Lalian dari tanggal 23 hingga 26 September 2015 dengan tagline “Bangkit: Berakar dalam Kristus Menuju Orang Muda Katolik Keuskupan Atambua yang Sejahtera dan Berdikari dalam Persaudaraan Kristiani.”

“KAYD 2015 telah berakhir hari ini. Semangat kalian sebagai OMK tidak berakhir hari ini juga. Melainkan kalian akan semakin bersemangat lagi untuk menyambut Indonesia Youth Day 2016 di Manado. Tinggalkan mental enak. Pakailah energi baru yang kalian dapatkan di sini selama empat hari. OMK tidak mengenal kata menyerah. OMK bukan kanak-kanak yang selalu rewel,” kata Mgr Dominikus Saku dalam khotbah Misa Penutup KAYD 2015, 26 September 2015.

Uskup mengamati masih banyak OMK tidak peduli dengan Gereja. “Masih banyak OMK di keuskupan ini yang tidak aktif dalam menggereja. Pastor pendamping harap perhatikan ini. Kalian para pastor moderator, saya berpesan jangan sekali-kali menjauhkan OMK dari Gereja,” minta uskup yang ditemani Vikjen Keuskupan Atambua Pastor Theodorus Asa Siri Pr, Ketua Komisi Kepemudaan Pastor Yoris Samuel Giri Pr, dan seratus lebih imam lainnya.

Sebelum Misa, Uskup Atambua menerima OMK dalam audiensi di tenda utama lapangan seminari itu. Saat itu, Uskup Dominikus meminta OMK untuk mandiri dan kreatif “memanfaatkan segala potensi yang dimiliki agar tidak diidentikkan sebagai kanak-kanak yang masih harus dipapah melulu.”

Bahkan uskup meminta mereka untuk tidak selalu bermimpi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). “Buang jauh-jauh pikiran itu. Kita sudah dikasih sama Tuhan Allah alam yang begitu kaya. Olah lahan tidur yang masih banyak itu, supaya kita mampu bersaing dengan daerah lain. Sektor swasta masih terbuka lebar. Jadilah petani berbasis jiwa OMK. Tidak usah malu berwirausaha. PNS hanya orang-orang bermental enak, tidak masuk kerja, tiap bulan terima gaji. PNS identik makan gaji buta,” kritik Mgr Saku.

Sehabis melakukan tatap muka, Mgr Saku meninjau stand-stand OMK Paroki yang rata-rata menjual pernak-pernik pekerjaan tangan, misalnya gambar-gambar kudus yang terbuat dari pasir, gambar dan wajah Uskup Saku, serta makanan mie tradisional, telur smile dan telur jatuh cinta, dan makanan sagu, rosario, Alkitab dan buku rohani, serta perhiasan dari batu akik.

“Ini bukti kreatifitas dan keterampilan karya tangan mereka. Semua OMK berlomba-lomba menunjukkan kreatifitasnya masing-masing. Inilah potensi yang harus didukung pemerintah dan Gereja, sehingga semua karya tangan mereka dipasarkan ke luar NTT, bahkan ke luar negeri,” kata Pastor Celli CMF dari Paroki Nurobo.

Pesan-pesan untuk OMK sudah diberikan sejak Misa Pembukaan. Saat itu, Pastor Asa Siri mengatakan bahwa “OMK bukan akar serabut, tetapi akar tunggal. OMK bukan museum yang habis dipakai, disimpan saja, melainkan ladang energi perubahan di keuskupan ini, yang tidak bisa dihancurkan, sebab sudah berada dalam tubuh OMK.”

OMK, juga “bukan microsoft yang bisa dipakai kapan saja, melainkan makhluk spiritual yang harus dijaga eksistensinya,” kata vikjen seraya mendorong OMK mengikuti semangat Padre Pio yang pestanya dirayakan hari itu, 23 September 2015.

Sementara itu, Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI Pastor Antonius Haryanto Pr dalam sambutannya mengatakan bahwa OMK bukan pembuat masalah. “melainkan pencari solusi.” Untuk itu, imam itu meminta agar OMK “jangan panas-panas tahi ayam, ada kegiatan hura-hura, ada OMK, lebih dari itu, Gereja kosong, karena OMK-nya masih berkeliaran di jalanan.”

Peserta berpakaian adat masing-masing sambil memegang spanduk dan salib Yesus dari Paroki berkumpul di Lapangan Umum Kota Atambua. “Ini hajatan iman umat Katolik. Untuk itu, janganlah mensia-siakan kesempatan ini. Ini kesempatan baik untuk Anda yang nanti dipilih mengikuti Indonesian Youth Day di Manado tahun 2016. OMK harus benar-benar militansi, bukan OMK yang ada di saat pesta hura-hura. OMK itu bukan diidentikkan anak bayi yang suka rewel, melainkan kedewasaan iman yang harus dinyatakan,” kata Willem Foni.

Pejabat Bupati Belu yang ditemani Pastor Yoris Samuel Giri Pr dan Pastor Stefanus Boisala Pr lalu melepaskan arakan peserta dengan kendaraan roda dua dan empat dari lapangan itu menuju Seminari Lalian, Nenuk. Setelah mobil polisi, arakan diawali Salib Suci KAYD yang dipegang oleh enam OMK dari Paroki Stella Maris Atapupu di dalam mobil pick up berwarna putih.

Ketika tiba di depan Sekolah Dasar Katolik (SDK) Nela, para penari dari SMA 2 Atambua menjemput dan mengantar arakan itu dengan berjalan kaki menuju tenda dan lokasi kegiatan di lapangan Seminari SMA Santa Maria Imaculata Lalian. Salib Suci KAYD lalu ditahtakan di atas Altar Tuhan, sementara salib-salib lain ditaruh di bawah altar sembari menghadap ke peserta.

KAYD 2015 diisi dengan seminar yang terbagi dalam tiga kelompok, membicarakan tentang bahaya narkoba serta HIV/AIDS, Human Trafficking dan bahaya makanan, minuman dan obatan dalam kemasan kadaluwarsa.

Ada juga sharing bersama antarOMK serta kesaksian dan pemutaran video profil OMK. Dalam sharing dan kesaksian, seorang OMK dari Paroki Seon menangis saat mengisahkan hidupnya yang amat sedih. Tak membiarkan dia menangis seorang diri, moderatornya Pastor Melki Meak naik ke atas panggung dan menemani serta memeluknya. (Felixianus Ali/ Maria Ansila Abuk)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version