Pen@ Katolik

Perkembangan teknologi komunikasi yang cepat tantangan keluarga saat ini

oke uskup kpong PR

Zaman ini canggih, teknologi komunikasi berkembang sangat cepat, bagaikan pisau bermata dua, berakibat positif juga negatif. Buktinya mulai dari anak-anak, orang muda dan orangtua selalu sibuk dengan perangkat digital yang nyatanya membuat orang-orang yang ada dalam keluarga semakin jauh, walaupun dalam tataran dunia maya bisa mendekatkan orang-orang yang jauh.

Rektor Novisiat CICM Sang Timur di Keuskupan Agung Makasar Pastor Ignatius Sudaryanto CICM berbicara dalam rangka memperingati HUT ke-25 Couple for Christ (CFC) di lantai 6 Universitas Pelita Harapan (UPH), Karawaci, Tangerang, 5 September 2015. Pembicaraan itu dilakukan setelah Perayaan Ekaristi bertema “Love More” yang dipimpin Ketua Komisi Kerasulan Keluarga KWI Mgr Frans Kopong Kung.

“Keluarga Katolik perlu menyikapi penggunaan alat komunikasi secara bijaksana. Untuk itu Gereja secara lembaga perlu terus-menerus mengimbau seluruh umat agar alat komunikasi digunakan dengan bijaksana, bahkan sesuai saran Paus Fransiskus agar menggunakannya sebagai media pewartaan,” lanjut imam itu di depan sekitar 700 anggota CFC dari 25 keuskupan. Para anggota CFC terdiri dari kelompok pasangan suami-istri, anak-anak dan kaum muda.

Oleh karena itu, kehadiran alat komunikasi yang semakin maju mutlak membutuhkan perhatian seluruh umat, kata Pastor Sudaryanto yang pernah menjadi ketua Komisi Kerasulan Keluarga Keuskupan Agung Makasar, seraya menambahkan bahwa keluarga bisa mengalami keretakan atau perpecahan karena salah penggunaan alat komunikasi.

Mgr Frans Kopong Kung mengatakan kepada PEN@ Katolik bahwa saat ini keluarga Katolik menghadapi tantangan sangat berat, namun uskup yakin Tuhan Allah selalu mendampingi pasangan suami-istri Katolik yang setia dan percaya kepada-Nya. “Hidup ini memang sangat sulit, namun sesulit apapun Tuhan pasti selalu memberikan perlindungan, karena Injil adalah sumber sukacita yang paling penting,” kata Uskup Larantuka itu.

Kendati keluarga Katolik zaman ini sering menghadapi situasi yang amat sulit, Mgr Frans Kopong mengajak seluruh anggota CFC untuk menjadikan keluarga sebagai tempat bertumbuhnya benih rasa syukur dan cinta antaranggota keluarga. “Allah itu selalu hadir dalam rupa-rupa pengalaman hidup setiap keluarga Katolik,” kata uskup.

Iwan Gunawan-Yurico Kabo, anggota CFC dari Keuskupan Agung Makasar menceritakan bahwa sejak menjadi anggota CFC mereka selalu bertekun dalam doa dan membaca Kitab Suci, dan akibatnya kehidupan rohani semakin bertumbuh.

Koordinator CFC Indonesia Aleks Gosyanto berharap agar CFC Indonesia semakin membawa sukacita Injil serta semakin misioner dalam hidup menggereja dan bermasyarakat. Ketua CFC Paroki Santa Helena Lippo Karawaci, Yustina Kurniati-Yakobus Hamzah Mulia, juga berharap agar anggota CFC menularkan nilai-nilai Kristiani bukan hanya dalam keluarga tapi dalam kehidupan masyarakat secara umum.

 

Menyongsong HUT ke-25 CFC Indonesia, dilakukan rekoleksi anggota CFC di Puri Avia Puncak Bogor, CFC Got Tallent, Ekaristi Kudus, dan temu kangen di UPH Karawaci itu. (Konradus R Mangu)