Jumat, 21 Agustus 2015

0
2605

21-Agsts-KWI-R-702x336

 

PEKAN  BIASA XX 

Peringatan Sajib Santo Pius X, Paus

Bacaan I: Rut. 1:1.3-6.14b-16.22

Mazmur: 146:5-10; R:2a

Bacaan Injil: Mat. 22:34-40

Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: ”Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Renungan

Beriman pada Tuhan tidaklah mudah, karena menuntut kerendahan hati, kerelaan hati dan kesederhanaan hati. Contohnya Rut. Ia pindah ke Israel mengikuti mertuanya, Naomi. Ia meninggalkan tanah airnya dan dewa/dewinya. Ia masuk ke tanah air yang baru (Israel) dan menyembah satu Allah saja, Allah Israel (Yahweh). Ia mencintai Allah ini dan harus mewujudkannya dalam hidupnya.

Yesus mengajarkan cinta kepada Allah dan sesama. Kedua hukum Perjanjian Lama ini digabung Yesus menjadi satu. Cinta kepada Allah harus diwujudkan secara nyata dalam cinta kepada sesama. Ini tidak mudah. Kita bisa menimba makna dari pengalaman seorang anak muda yang setia dan sabar merawat kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia dan sakit-sakitan. Ayahnya pikun, sementara ibunya sakit stroke (serangan jantung). Tiap hari dia harus membagi waktu untuk bekerja di kantor dan merawat ayah ibunya yang kebutuhannya saling bertolak belakang. Ayahnya yang pikun bisa berbicara, tapi ibunya yang stroke tak bisa berbicara. Ayahnya bisa ngomong tapi pelupa, ibunya ingatannya kuat tapi tak bisa berbicara. Ayahnya bisa berjalan, tetapi kalau ke luar tak ingat jalan pulang, sementara ibunya tak bisa jalan jauh, tapi bisa tahu jalan.

Kadang dia menangis, tak tahu harus bagaimana dan mengapa harus terjadi demikian. Doa selalu dipanjatkannya. Dia pun berusaha membawa kedua orangtuanya tiap Minggu ke gereja, walau sulit. Cintanya kepada Tuhan dalam doa, diwujudkannya dalam mencintai orangtuanya yang sudah tua dan sakit itu. Sungguh luar biasa.

Ya Tuhan, berilah aku hati untuk mencintai bukan dengan kata-kata, tetapi dengan perbuatan nyata. Amin.

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here