Kamis, 9 Juli 2015 – Renungan Ziarah Batin 2015

0
4112

9-Juli-KWI-R-702x336

PEKAN BIASA XIV (H)
Santa Veronika dari Binasko; Yohana Scopelli;
Santo Adrian Fortescue; Santo Gregorius Grassi

Bacaan I: Kej. 44:18-21.23b-29; 45:1-5

Mazmur: 105:16-17.18-19.20-21; R:5a

Bacaan Injil: Mat. 10:7-15

Yesus bersabda kepada kedua belas murid-Nya: ”Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Surga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.

Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan kebaskanlah debunya dari kakimu.  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu.”

Renungan

Hal yang menarik dari kisah perutusan para murid ini adalah Yesus mengajukan beberapa syarat yang tidak bisa tidak harus diperhatikan. Ia mengedepankan apa yang menjadi fokus dari tugas perutusan itu, yakni mewartakan bahwa ”Kerajaan Allah sudah dekat”. Dekatnya Kerajaan Allah itu menyata dalam peristiwa: orang mati dibangkitkan, orang kusta menjadi tahir, dan saudara yang kerasukan roh jahat dibebaskan dari belenggu setan. Dan agar tugas perutusan itu mudah menjangkau orang, maka segala hal yang menghalanginya harus disingkirkan. Jangan membawa emas atau perak. Jangan membawa bekal, kasut, dan tongkat. Yang harus diperlihatkan oleh para murid sepanjang perjalanan misi adalah memberi salam damai kepada setiap penghuni rumah yang dimasuki.

Memberi dengan cuma-cuma dan menaburkan salom, adalah spirit yang harus tetap diperlihatkan oleh Gereja sepanjang zaman. Spirit ini tentu menjadi batu sandungan bagi gaya hidup zaman ini; yang mengedepankan materi, yang  mengedepankan mental hedonistik, yang rakus dan tamak. Gaya hidup seperti ini sering kali mendera dan membelenggu manusia. Dan lebih jauh, gaya hidup seperti ini mengaburkan wajah Kerajaan Allah yang seharusnya selalu ditampakkan. Kalau demikian halnya, maka salom Allah yang mau ditaburkan, tak bakal tersemai di hati. Inilah tantangan yang akan selalu menghiasi tugas perutusan Gereja dalam dunia dewasa ini.

Ya Tuhan, jadikanlah Gereja-Mu sebagai sarana ampuh untuk menaburkan salom-Mu bagi dunia. Semoga aku tidak didera dan dijerat oleh kemilaunya tawaran dunia yang sering kali menjerumuskan, tetapi selalu bersandar pada kuasa-Mu. Amin.

 

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here