Home RENUNGAN Jumat, 3 Juli 2015

Jumat, 3 Juli 2015

0

3-Juli-KWI-R-702x336

Pekan Biasa XIII (H)

Pesta St. Tomas, Rasul (M)
St. Helidorus; St. Horst/Horestes

Bacaan I: Ef. 2:19-22
Mazmur: 117:1.2.
Bacaan Injil: Yoh. 20:24-29

Pada  hari Minggu Paskah, ketika Yesus me­nampakkan diri kepada murid-murid-Nya Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: ”Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: ”Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: ”Damai sejahtera bagi kamu!” Kemudian Ia berkata kepada Tomas: ”Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Tomas menjawab Dia: ”Ya Tuhanku dan Allahku!” Kata Yesus kepadanya: ”Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Renungan

Karya keselamatan Tuhan tak pernah sepi dari intervensi kejahatan. Dimana Tuhan melakukan karya keselamatan kepada pengikut-Nya, di sana pula kuasa kejahatan merong-rong. Saat orang lumpuh disembuhkan-Nya, saat itu pula para ahli Taurat berkata: “Lihat, Dia menghujat Allah” Karya kebaikan Allah malah dilihat sebagai karya yang menghujat Allah. Sebuah logika yang sangat ngawur, bukan? Bagaimana mungkin Allah melakukan karya keselamatan serentak pada saat yang sama menghujat diri-Nya sendiri? Walau demikian, karya keselamatan Tuhan tak pernah digoyahkan dan ditaklukkan oleh kuasa kejahatan mana pun. Tuhan selalu menghendaki agar manusia bebas dari beragam belenggu yang menimpanya, termasuk belenggu penyakit.

Gereja dipanggil untuk melanjutkan karya keselamatan Tuhan di dunia ini. Karya itu tetap akan berjalan seiring dengan beragam kekuatan yang berusaha menghalanginya. Dan kadang kekuatan yang menghalangi itu datang dari hati para kader pewarta itu. Karena itu iman Abraham sebagaimana dilukiskan dalam bacaan pertama, bisa menjadi contoh bagi semua pegiat karya keselamatan Tuhan itu. Apa pun, rela dikorbankan, yang paling kita cintai sekalipun, agar rancangan Tuhan menjadi nyata di atas muka bumi ini. Abraham tak gentar mengorbankan putra sematawayangnya, asal rancangan Yahweh menjadi nyata melalui dirinya.

Tuhan, ajarilah aku untuk memahami rancangan-Mu yang kudus bagi dunia ini, dan jadikanlah aku pegiat bagi rancangan-Mu itu. Amin

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version