“Pastores Dabo Vobis (Aku akan memberikan gembala-gembala kepada kamu). Tuhan berjanji akan memberikan gembala-gembala bagi umat dan Gereja-Nya untuk menghantar umat sebagai kawanan menuju kebahagiaan sejati anak-anak Allah.”
Uskup Manado Mgr Joseph Suwatan MSC menyampaikan hal ini di awal perayaan tahbisan lima imam yang disebut sebagai “lima gadis bodoh” oleh wakil orangtua mereka, di Gereja Hati Kudus Yesus Karombasan, Manado, 2 Juni 2015.
Karena terpenuhi janji itu, Mgr Suwatan mengajak umat untuk bersyukur atas terpenuhinya janji Allah itu berkat rahmat tahbisan hari itu. “Mari kita doakan agar imamat yang diterima hari ini sungguh dihayati sesuai teladan Sang Gembala Agung, untuk selalu hadir dalam dunia masa kini, bukan di tempat yang enak saja tetapi juga di medan sulit untuk merintis dan melanjutkan karya keselamatan Allah, agar umat tetap mengalami kegembalaan Allah meski mereka hidup dalam aneka kesulitan dan tantangan.”
Perayaan tahbisan itu juga dihadiri 103 imam, termasuk sejumlah imam MSC Indonesia yang bertugas di luar negeri serta Provincial MSC Indonesia Pastor Benediktus Rolly Untu MSC, serta biarawan-biarawati dan keluarga para imam baru, sejumlah besar umat dan undangan.
Uskup yang didampingi konselebran mantan Superior Skolastikat MSC Pineleng Pastor Gino Farneubun MSC dan Pastor Rolly Untu MSC menahbiskan Pastor James Biliacarlos MSC, Pastor Bernadinus Palangngan MSC, Pastor Revo Trevorus Sulu MSC, Pastor Advent FX Pateh MSC, dan Pastor Marcelinus Subi MSC.
Uskup menjelaskan bahwa imamat yang diterima kelima imam baru ini bukanlah imamat Perjanjian Lama, melainkan imamat Perjanjian Baru menurut teladan Imam, Nabi dan Gembala Agung, Yesus Kristus. “Imamat kita ini adalah imamat yang meneruskan dan mengambil bagian dalam imamat Kristus. Imam yang mempersembahkan korban kepada Allah, Raja yang memiliki tugas untuk memimpin dan gembala yang menghantar kawanan domba ke sumber sejuk dan padang rumput surgawi,” jelas uskup.
Menjadi imam dan gembala dalam dunia masa kini, lanjut Mgr Suwatan, “berarti memberi rasa aman, membela dan mempertaruhkan diri demi keselamatan kawanan ketika ada ancaman dan bahaya.” Selain itu, lanjut uskup, mereka menjadi “guru yang mengajar, menghantar orang dengan nasehat dan bimbingan menuju kebenaran, melalui kesaksian yang mendalam karena bersumber dari Kitab Suci dan Kristus sendiri.”
Karena semua imam itu adalah anggota Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC), maka Uskup mengingatkan tentang hakekat hidup bakti dari para imam yang sekaligus MSC. “Sejak Konsili Vatikan II, para Bapa Konsili mengajarkan bahwa para religius harus kembali ke asal dan dasarnya yaitu Kristus dan Kitab Suci dan karisma serta spiritualitas pendirinya. Pater Jules Chevalier dalam permenungan panjang atas situasi dunia pasca revolusi Prancis sebelum mendirikan Tarekat MSC menemukan dunia saat itu sedang dilanda aneka penyakit zaman karena manusia kehilangan cinta kasih akan Allah dan sesamanya.”
Menurut Pastor Chevalier, “obat mujarab untuk aneka penyakit zaman itu adalah cinta kasih yang bersumber dari Hati Kudus Yesus sendiri, sehingga lahirlah devosi kepada Hati Kudus Yesus dan dilestarikan sepanjang zaman,” jelas Mgr Suwatan seraya berharap agar hati yang berbelaskasih dan yang mendorong pengabdian total kepada Allah dan sesama itu menjadi kekhasan perutusan tahbisan itu.
Jan van Paassen MSC yang sudah mengalami stroke dan berusia 84 tahun hadir penuh dalam acara selama empat jam itu. Di akhir homili itu mantan dosen yang dikenal sangat obyektif dan kristis itu mengatakan bahwa kotbah Mgr Suwatan itu “bagus.”
Sementara itu Pastor Rolly Untu MSC menegaskan bahwa imamat pertama-tama bukan pilihan atau putusan manusia. “Allah yang pertama-tama memanggil. Tawaran dan panggilan ini hendaknya dijawab dalam kebebasan kehendak manusia, direstui orangtua, ditumbuhkan dan dirawat selama tahun-tahun pendidikan dalam proses kerjasama semua pihak. Di dalam proses kerjasama ini, rahmat Allah mengikatnya dengan kebijaksanaan dan kerendahan hati untuk membuka diri bagi karya Allah.”
Mewakili orangtua para imam baru, Magdalena Karisi mengungkapkan bahwa lima imam baru itu seperti lima gadis yang bodoh dalam Injil yang membawa pelita tanpa minyak. “Tugas kami orangtua adalah melahirkan, mendidik, membesarkan dan meletakkan dasar agar mereka membentuk pelita diri mereka, yang masih kosong, karena siap diisi dengan rahmat Allah, pengajaran dan bimbingan selama proses pendidikan dan pembinaan, diisi juga oleh semua bentuk perhatian dan kasih dari umat dan Gereja.”
Ternyata, lanjut ibu itu, pelita diri anak-anak mereka telah diisi dan menjadi bernyala berkat rahmat tahbisan agar siap menjadi pelita di lorong gelap kehidupan ini.
Mewakili para imam baru, Pastor Marcelinus Subi MSC mengungkapkan bahwa imamat yang mereka diterima mungkin dianggap dunia seperti lima gadis yang bodoh dalam injil. “Meski dianggap bodoh oleh dunia, kami bersyukur karena diperkenankan Allah mendapatkan anugerah menobatkan orang-orang bodoh agar membawa mereka dalam perjalanan bersama kembali kepada Allah,” kata imam baru itu.
Pastor James akan berkarya di daerah Maluku, Pastor Bernadinus di daerah Sulawesi-Kaltim, Pastor Revo di daerah Jawa Tengah-Kalsel, Pastor Advent di daerah Papua, Pastor Marcelinus di daerah Jakarta-Kalsel.
“Kulepaskan dikau pergi anakku … pahlawan… maju terus pantang mundur … ,” nyanyi Magdalena Karisi. Namun, dia tak mampu melanjutkan lagunya … dia mulai menangis bahagia. (Sales Tapobali)