Home KEGEREJAAN Stigmata itu anugerah Tuhan, pesan bahwa di dalam penderitaan ada sukacita

Stigmata itu anugerah Tuhan, pesan bahwa di dalam penderitaan ada sukacita

0

sajut-eddy-kristiyanto-ofm-hidup-katolik

Dosen Sekolah Teologi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta, Pastor Prof Dr Antonius Eddy Kristiyanto OFM mengatakan, stigmata adalah anugerah dari Tuhan, dan melalui stigmata ada pesan bahwa di dalam penderitaan tentu ada pengharapan dan sukacita.

Pastor Edy Kristiyanto berbicara dengan PEN@ Katolik dalam sebuah acara di Jakarta, 17 Mei 2015, untuk menanggapi munculnya orang yang mendapat karunia bersatu dalam derita Yesus yang disebut stigmatis, yakni Fra Elia degli Apostoli di Dio, yang kini masih hidup.

Stigmata bermula dari Stigma yang merupakan kata Bahasa latin yang berarti luka potong atau bekas luka, biasanya di telapak tangan dan kaki. Kata stigma juga ada dalam Bahasa Yunani. Bentuk jamaknya menjadi stigmata yang digunakan untuk menamai cap bakar di kulit binatang atau budak belian dalam tradisi peradaban kuno. Dalam perkembangannya, kata stigma berarti noda pada nama baik seseorang atau suatu kelompok. Dalam Gereja Katolik, stigmata diartikan tanda luka-luka dalam diri seseorang, yang sama persis dengan luka-luka Yesus akibat derita penyaliban-Nya.

Dalam Gereja Katolik, beberapa sosok yang pernah mengalami stigmata antara lain Santo Fransiskus Asisi, Santo Fransesco Forgione yang lebih dikenal dengan Padre Pio (1887-1968), Santa Katarina dari Siena (1347-1380) dan Fra Elia yang di akhir 2014 pernah berkunjung ke Indonesia dan menceritakan pengalamannya. Di mata kebanyakan orang, stigmatis biasanya orang saleh dan tulus, yang “mengalami pengalaman rohani mendalam sehingga Tuhan memilihnya menerima rahmat bersatu dengan penderitaannya,” jelas Pastor Eddy.

Fra Elia dilahirkan 20 Februari 1962 di daerah Puglia, Italia. Ketika masih muda, ia masuk Biara Kapusin di Lombardi. Selama masa novisiat ia menerima karunia stigmata. Sejak saat itulah, selama Masa Paskah, Fra Elia mengalami sengsara Yesus yang didahului puasa 40 hari, dan bau harum keluar dari seluruh tubuhnya. Setiap hari Jumat, luka-luka-Nya yang terbuka menyebabkan kesakitan luar biasa. Luka-luka itu sembuh kembali dalam satu atau dua hari, namun tanda-tandanya masih tetap ada.

Menurut Pastor Eddy Kristiyanto, stigmata merupakan peristiwa yang jarang dan dalam arti tertentu luar biasa dan aneh. “Stigmata dari sudut pandang manusia adalah suatu yang aneh tapi sungguh-sungguh terjadi,” tegas imam itu seraya berharap agar stigmatisasi menjadi peristiwa yang meneguhkan iman dan pengharapan.

Yulia Chim-Nanju dari Korea Selatan, cerita imam itu, mengaku mengalami peristiwa stigmata, hanya saja Gereja setempat sangat hati-hati bahkan ada yang menolak karena data penelitian mengatakan ada kepentingan ekonomi setelah mengaitkan peristiwa Yulia Chim itu dengan usaha perjalanan wisata travel dan hotel yang dimilikinya.

Pastor Eddy mengaku mengenal dekat seorang imam diosesan, anggota Komisi Teologi dari Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC), yang mengatakan, “Kami sebagai petugas Gereja di  Korea Selatan, ragu-ragu dengan kejadian yang dialami ibu Yulia Chim.”

Pada prinsipnya, lanjut Pastor Eddy, tidak ada maksud lain dari orang-orang bersangkutan, hanya saja dalam menyikapi itu membutuhkan waktu lama agar melihat peristiwa itu benar otentik atau bentuk tipuan.

Menjawab pertanyaan PEN@ Katolik tentang reaksi Vatikan untuk setiap stigmata yang dialami, dosen STF Driyarkara itu mengatakan bahwa cepat dan lambatnya pengakuan Vatikan terhadap stigmata tergantung banyak hal. “Biasanya Vatikan membutuhkan banyak waktu untuk penelitian mendalam, bahkan sampai orang yang mengalami itu meninggal dunia baru bisa diakui atau tidak,” jelas imam itu.

Pastor Eddy juga menceritakan peristiwa di sebuah kapel di Vatikan bahwa Tubuh Kristus dalam bentuk hosti berubah menjadi darah segar ketika dimasukkan dalam mulut umat yang menerima. “Tentu kejadian ini sangat mengherankan, yang sempat diabadikan oleh juru foto waktu itu,” cerita imam itu.

Maka, tegas Pastor Eddy, siapa saja boleh mendapatkan stigmata. “Stigmata sesungguhnya adalah rahmat yang bisa diterima siapa saja,” jelas imam itu seraya menegaskan bahwa pengikut Yesus yang tidak mendapatkan stigmata hendaklah menjadi orang Kristen yang baik. (Konradus R Mangu)

 

Keterangan foto. Foto paling atas adalah foto dari majalah Hidup yang memperlihatkan Pastor Eddy Kristiyanto OFM, sedangkan dua foto di bawah adalah Foto Fra Elia diambil dari http://www.visionsofjesuschrist.com/weeping1840.html

 

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version