Para pastor, suster, dan awam Dominikan (OP) dari Jakarta, Surabaya, Pontianak, Jogjakarta, Purwokerto, Cimahi dan Cirebon beserta undangan memadati biara induk Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus Indonesia di Pejaten, Jakarta, 25 April 2015. Mereka diundang oleh pemimpin umum kongregasi itu, Suster Anne Marie OP, dan Superior Rumah Santo Dominikus Pontianak Pastor Edmund C Nantes OP untuk merayakan 15 Tahun Hidup Membiara dan 10 Tahun Imamat Suci dari Pastor Johanes Robini Marianto OP.
Namun, saat membuka Misa Syukur, Pastor Robini menjelaskan bahwa Misa itu sekaligus merayakan 10 Tahun Tahbisan Pastor Adrian Adiredjo OP, yang sekarang studi di Roma. Mereka berdua adalah imam Dominikan Indonesia yang pertama. “Tetapi yang penting, tahbisan kami memulai kembali misi di Indonesia dengan dibukanya Rumah Santo Dominikus di Pontianak,” tegas imam itu.
Selain 10 tahun babad alas (membuka hutan untuk merintis pembuatan jalan), Misa itu untuk mensyukuri perkembangan di Pontianak dan Surabaya, kata Pastor Robini. Dominikan Provinsi Filipina baru memiliki tiga imam dari Indonesia. Imam ketiga, Pastor Andrei Kurniawan OP menjadi Kepala Paroki Redemptor Mundi Surabaya.
“Tahbisan kami, sebagai dua imam pertama, adalah permulaan misi di Indonesia, yang sebenarnya melanjutkan misi yang sudah terjadi 400 tahun lalu di Solor. Orang Indonesia menjadi Katolik karena imam Dominikan, karena baptisan pertama di Solor oleh imam Dominikan dari Portugis,” jelas imam itu.
Maka, tahbisannya bersama Pastor Adrian adalah sebuah kisah dalam kisah sejarah besar. Namun, “Saya bisa begini karena kalian semua. Saya tahu betul.” Setelah lulus S3, provinsial waktu itu, Pastor Nantes, menugaskan “saya ke Pontianak dan di sana saya harus beli ranjang, beli sikat gigi dan beli odol sendiri. Saat itu kita tak punya apa-apa. Tapi, sekarang bisa begini karena bapak-ibu semua. Maka kita bersyukur juga untuk bapak-ibu semua.”
Selama 10 tahun sebagai imam, Pastor Robini mengaku bisa berkata seperti Maria Magdalena, “I have seen the Lord (saya telah melihat Tuhan) melalui banyak mukjizat. Kita mulai dengan nol, kini kelihatan bentuknya hingga Surabaya. Ini perayaan mujizat bagi kita semua. Ngak mungkin Dominikan seperti sekarang kalau tidak ada bapak-ibu.”
Pastor Robini memimpin Misa itu didampingi konselebran Pastor Nantes, Pastor Andrei dan Pastor Thomas Salimun Sarjumunarsa SJ, rektor Seminari Wacana Bhakti. Salah seorang siswa seminari itu mmainkan organ mengiringi koor dari Dominikan Awam. Misa itu dirayakan setelah studi bersama tentang Santo Thomas Aquinas yang dibawakan oleh Pastor Robini.
Dalam homili, Pastor Nantes menceritakan bahwa yang pertama menggembalakan kedua pastor itu adalah para suster Dominikan di biara tempat perayaan itu dilaksanakan. “Mereka ditahbiskan ketika Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus merayakan 75 tahun kehadiran di Indonesia. Artinya tahbisan dua pastor ini menjadi buah dari kehadiran suster, dilahirkan dari kandungan para suster Dominikan.”
Bacaan Misa dari Minggu Panggilan itu mengingatkan Pastor Nantes bahwa dia bersama Pastor Robini mengajar di Sekolah Tinggi Pastor Bonus di Pontianak. “Masih banyak orang tak mengerti apa itu pastor bonus. Pastor Bonus diartikan pastor dapat tambahan gaji, padahal kata-kata Bahasa Latin itu berarti gembala baik.”
Umat perdana di katakombe-katakombe yang masih takut dengan salib, cerita imam itu, tidak menggambarkan Yesus yang memikul salib tetapi yang memikul domba di bahu-Nya. “Artinya ada hubungan erat antara kita sebagai domba dan Yesus. Bahu Yesus besar sekali. Semua domba, juga yang berasal dari kandang lain kita bisa dipikul-Nya, agar menjadi satu kawanan, satu gembala.”
Menurut Paus Fransiskus, semua pastor harus berbau domba. Semua pastor Dominikan, jelas Pastor Nantes, berusaha demikian. “Maka kami minta dukungan umat supaya kami menjadi gembala yang baik, selalu mengikuti jejak dan teladan Yesus, mau melayani umat bukan demi keuntungan pribadi, serta mengenal suara Gembala Baik, suara Yesus yang siap menyerahkan nyawa-Nya.”
Seraya berharap Pastor Robini menjadi pastor yang setia, sehat, dan “selalu mendengar suara Gembala Baik sehingga hanya kehendak Tuhan yang dia lakukan,” Pastor Nantes juga berharap bantuan bagi renovasi fasilitas yang ada di Pontianak agar “misi bisa dilanjutkan.” (paul c pati)