Kamis, Desember 19, 2024
27.1 C
Jakarta

Mgr Sinaga ajak umat Katolik Sumut wartakan Injil dan Habatakon Nauli

IMG_9795

Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Bongsu Antonius Sinaga OFMCap “mengutus” umat Katolik dari Sumatera Utara (Sumut) untuk mewartakan Habatakon Nauli (hal-hal yang baik dari orang Batak) serta mewartakan Injil ke seluruh dunia.

Umat Katolik Batak juga diminta tidak menjadi warga asing di tempat mereka ‘diutus’, tetapi menjadi warga yang lengkap, bahkan secara khusus di wilayah Stasi Santa Maria Kota Bukit Indah (KBI), Purwakarta, yang dikenal dengan Stasi Cikampek, mereka “tidak boleh tidur sebelum gereja ini selesai.”

Gedung gereja stasi, yang pernah menghadapi masalah IMB dan diselesaikan lewat pengadilan hingga tingkat kasasi itu, sedang dalam penyelesaian tahap akhir dan terhitung 1 Juni 2015 status stasi itu akan ditingkatkan oleh Uskup Bandung Mgr Antonius Bunjamin OSC sebagai Paroki Santa Maria KBI.

Sekitar 1500 umat Katolik, sebagian besar dari Sumut yang kini menetap di wilayah Dekanat Katabapa (Karawang, Purwakarta, Subang dan Pamanukan) Keuskupan Bandung, serta dari beberapa paroki di keuskupan itu menghadiri Paskah Bersama Ikatan Keluarga Katolik Sumatera Utara (IKKSU) Keuskupan Bandung yang dirayakan di gereja KBI, 19 April 2015.

Umat menghadiri Misa Inkulturasi yang dilengkapi lagu-lagu, tarian bahkan doa dalam Bahasa Batak dalam gereja yang dilengkapi tiga balkon. Namun sebagian harus duduk di kursi tambahan di samping gereja, karena gereja itu hanya menampung 1200 orang. Kegagalan memprediksi umat yang akan hadir membuat banyak umat hanya menerima pecahan kecil Tubuh Kristus, saat komuni.

Dalam Misa bertema “Pergilah ke Seluruh Dunia, Wartakanlah Injil” (Mrk 16:15), Mgr Sinaga didampingi tujuh konselebran: Dekan Katabapa yang juga Kepala Paroki Subang Pastor Paulus Rusbani Setyawan Pr, Kepala Paroki Purwakarta dan Stasi Cikampek Pastor Paulus Tri Prasetijo Pr, Kepala Paroki Karawang Pastor Yohanes Haris Andjaja OSC, Kepala Paroki Pamanukan Pastor Albertus Herry Nugroho Pr, bersama Vikaris Paroki Purwakarta Pastor Mikael Adi Siwanto Pr, dan dua imam lain.

Mgr Sinaga mengawali homili dengan mengajak umat membayangkan sejenak perjuangan, air mata, dan kecemasan umat stasi itu yang mula-mula beribadah di rumah-rumah umat, kemudian 10 tahun di gudang pinjaman, dan menanti penyelesaian masalah IMB di PTUN hingga kasasi, karena ketika gereja akan dibangun di tanah hibah dari KBI itu, beberapa anggota sebuah kelompok berdemo menuntut bupati mencabut kembali IMB yang dikeluarkannya. “Sekarang gereja berdiri megah di tempat sangat strategis untuk mengumandangkan Kabar Gembira dengan suka cita,” kata Mgr Sinaga.

Mgr Sinaga lalu menceritakan sebuah mitologi Batak berisi pesan adat dan Agama Katolik menyangkut tata pelaksanaan pewartaan, yakni tentang Si Aji Sambola yang hanya memiliki tubuh setengah, yang diminta menghadap Mulajadi Na Bolon, yang dihayati sebagai pencipta alam semesta, awal dan akhir dari segalanya, di puncak gunung Pusut Buhit di Samosir.

Uskup mengajak umat mengambil renungan kisah itu untuk diri sendiri. Pertama, pergi ke seluruh dunia dan wartakan Injil Suci yang mereka terima. “Inilah misi Anda, dan saya katakan sebagai uskupmu, bapak rohani dari Bona Pasogi dari tanah Batak, ‘Kamu saya utus untuk mewartakan kebatakan yang indah serta Injil kepada segala bangsa termasuk Keuskupan Bandung.”

Yang harus dijelaskan, tegas Mgr Sinaga, adalah kebatakan yang nauli (indah), bukan yang kasar-kasar. Yang baik, misalnya, “kegigihan kita mempertahankan iman, sehingga hampir tidak ada orang Katolik yang murtad.” Mereka diajak untuk bangga karena para pastor Dekanat Katabapa mencatat hari itu sebagai “Hari Minggu Batak” dengan nyanyian, Tor tor dan sebagainya. Bagi prelatus itu, semua itu merupakan tanda, penghargaan dan pengharapan “agar kamu menjadi misionaris yang mendukung dan mempertegas Keuskupan Bandung.”

Meski demikian, Mgr Sinaga mengajak mereka tidak melupakan beberapa kelemahan. “Memang bukan untuk diubah 100 persen, tetapi kita boleh juga sadar bahwa kita dari Sumut terkenal dengan rentenir.  Bahkan ada kesan, lewat itu kita datang dari Sumut memeras …. Ada juga kelemahan dalam berbicara. Ada kesan kurang sopan dengan suara keras seperti berkelahi dari pagi sampai sore. Orang Batak Katolik juga kurang saleh tapi sangat kuat membuat program, merealisasikan cita-cita.”

Untuk merubah itu, kata Mgr Sinaga, perlu menambah sedikit semangat devosional, semangat kesalehan, misalnya tidak merokok sebelum Misa tapi sesudahnya. “Mungkin tidak dihapus seluruhnya, tapi baiklah memperhatikan tata kerama di tempat kita berada.”

Dalam wawancara dengan PEN@ Katolik, Mgr Sinaga menegaskan setiap suku ada kelemahan. “Orang Batak ada juga yang jahat. Itu tidak bisa saya hapus. Tapi aku mau mewartakan kekatolikan. Masalah rentenir juga bisa ‘dikatolikkan’. Ya, cobalah melakukannya dengan belas kasihan, dengan kemauan menolong orang miskin. Itu bisa pelan-pelan. Memang tidak selesai tetapi pelan-pelan.”

Mgr Sinaga mengajak umat membanggakan dan menghargai perintah Mulajadi Na Bolon kepada Si Aji Sambola: “Kamulah tempat bertanya mengenai hukum dan tata kerama yang baik, kamulah gembala tanpa panah, tanpa cemeti, menunggu orang yang lambat di belakang dan menjelang orang yang ke depan, kamulah pengharapan dari orang yang miskin dan papa, kepadamu berharap segala yatim piatu agar terlaksana belas kasihan Mulajadi.”

Uskup agung itu percaya, batin mereka telah diukir oleh Allah, sehingga mereka hendaknya menjadi penguasa tanpa kekerasan melainkan kelembutan, “sehingga kamu tidak boleh marah, melainkan harus menunggu orang lambat dan kamu menjelang orang yang cepat berjalan, tidak boleh memakai senjata kekerasan … tidak boleh memarahi orang, tapi harus melakukan perintah Yesus Kristus, ‘ketika Aku lapar kamu memberi Aku makan, ketika Aku haus kamu memberi Aku minum.’”

IKKSU Cabang dan Ranting

Seusai Misa, umat turun ke aula di lantai dasar. Di tempat itu terdengar gondang Batak dipadu Tor tor untuk pengumpulan dana bagi penyelesaian pembangunan kompleks Gereja Santa Maria KBI. Selain beberapa hiburan, dilaksanakan juga lelang makanan, ulos, gambar kudus serta patung Salib Yesus. Jumlah hasil sumbangan, Tor Tor dan lelang siang mencapai Rp.129.600.000.

Dalam acara itu, Mgr Sinaga mendorong umat Katolik dari Sumut di Keuskupan Bandung membentuk IKKSU Cabang, dan di setiap paroki membentuk IKKSU Ranting. Dorongan dan mimpi itu disampaikan di depan Sekjen IKKSU Jabodetabek DKI Jakarta Barnabas Yusuf Hura yang hadir sejak Misa. IKKSU Jakarta terbentuk 4 Januari 1959 dengan nama “Punguan Batak Katolik Indonesia” (PKBI) di Aula Gereja Parioki Santa Theresia Menteng. Setelah sekitar dua tahun, guna lebih mengikat sesama anggota, maka PKBI berganti nama menjadi IKKSU.

Secara de jure, Mgr Sinaga mengesahkan ikatan itu lewat SK tahun 2012 dengan Ketua Umum Letjen (pur) Cornel Simbolon dan Sekjen Barnabas Yusuf Hura hingga 2016. Meski belum memiliki AD/ART, Barbanas mengatakan kepada PEN@ Katolik, bahwa mimpi Mgr Sinaga itu perlu pembicaraan lebih lanjut. “Yang penting sekarang bisa melayani umat dan membantu permasalahan Gereja setempat,” katanya.

Untuk mimpi yang merupakan anjuran bukan kewajiban itu, Mgr Sinaga mempercayakan Pastor Mikael untuk mengungkit-ungkit berdirinya IKKSU Ranting dan Cabang di Keuskupan Bandung, “agar setiap Tahun IKKSU Cabang dikunjungi oleh uskup-uskup berbahasa Batak, dan suatu saat dilaksanakan konferensi tahunan IKKSU Nasional.” Musik gondang lalu berbunyi dan uskup, para imam dan frater serta umat menari demi mewujudkan janji-janji atau mimpi-mimpi indah itu.

INDAHKATABAPA

Dekan Katabapa Pastor Paulus Rusbani Setyawan Pr dalam sambutannya menggarisbawahi homili Mgr Sinaga dengan mengajak umat dari Sumut “yang diutus ke Dekanat Katabapa” untuk mulai membangun persaudaraan di antara mereka dan mulai terlibat di paroki masing-masing “dengan menjadi ragi dan terang di tempat Anda berada.”

Menyadari besarnya jumlah orang yang ‘diutus’ itu, imam yang akrab dipanggil Pastor Iwan itu mengatakan, para pastor dekanat itu akan belajar tentang Budaya Batak di Paroki Santa Maria KBI bertepatan dengan hari peresmiannya sebagai paroki, 1 Juni 2015. “Tujuannya agar kami dapat melayani dengan baik sesuai kebutuhan orang yang kami layani.”

Mulai tanggal itu, jelas pastor Iwan, Dekanat Katabapa akan berganti nama menjadi Dekanat Indahkatabapa. Sebagai dekan, Pastor Iwan menunjuk Pastor Martua Dominikus Sidauruk OSC dari Paroki Karawang untuk menjadi pastor pembina dan pelayan umat Katolik Batak di dekanat itu.(paul c pati)

IMG_0518

IMG_0325

IMG_9699

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini