Home KEGEREJAAN “Imamat semata-mata karena kasih karunia Tuhan, sedikit pun bukan jasa kami”

“Imamat semata-mata karena kasih karunia Tuhan, sedikit pun bukan jasa kami”

0

SONY DSC

Di Keuskupan Manado terkenal tiga sekawan dengan panggilan 3M. Tanggal 11 April 2015 mereka bertemu bersama. Namun kali ini, mereka diperkuat oleh seeorang dari Tual, Maluku Tenggara. Mereka diarak dengan dua kelompok musik bambu klarinet dari Minahasa memasuki sebuah gereja.

3M adalah singkatan dari Moningka, Merung dan Mengko, tepatnya Pastor Anton Moningka MSC, Pastor Herry Merung MSC dan Pastor John Mengko MSC. Sedangkan teman dari Tual adalah Pastor Titus Rahail MSC. Di Gereja Hati Kudus Karombasan Manado mereka merayakan bersama Pesta Syukur 50 Tahun Imamat.

Uskup Manado Mgr Josef Suwatan MSC serta Uskup Amboina Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC, juga Provinsial MSC Indonesia Pastor Rolly Untu MSC bersama dewan provinsi, puluhan imam, biarawan-biarawati dan sejumlah undangan menemani keempat imam yang sudah berteman sejak Seminari Menengah Kakaskasen, Tomohon.

Sebagai teman, mereka berbagi tugas dalam Misa itu. Pastor Moningka memimpin Misa, homili dibawakan oleh Pastor Mengko, sambutan disampaikan oleh Pastor Merung, dan selingan lagu oleh Pastor Rahail.

“Opa-opa biasanya buka mulut bercerita tentang jasa-jasa, aneka pengalaman dan nostalgia. Akan tetapi untuk suatu kotbah, tidak tepat, karena dengan demikian kotbah hanya akan menjadi sarana pewartaan tentang diri sendiri, bukan mewartakan Kristus,” kata Pastor Menko.

Maka untuk kotbah 50 tahun imamat, “berhadapan dengan pewartaan tentang Kristus, kami justru mengungkapkan berbagai kekurangan kami agar, biarlah Kristus semakin besar dan kami semakin kecil, maka bukan manusianya yang dipestakan melainkan imamat Kristus.”

Waktu masih bersama di Seminari Menengah Kakaskasen sampai Seminari Tinggi Pineleng, cerita imam itu, Pastor Titus sangat gagap dan gugup, meski ia terkenal paling gigih berjuang dan berkanjang dalam hidup doa. “Kebisuannya ini seakan hilang waktu ditahbiskan,” jelas Pastor Mengko.

“Pastor Moningka, waktu di SMP Tomohon berjalan kaki setiap hari dan banyak mengeluh, karena merasa kakinya semakin pendek dan aus. Pastor Herry merasa sebagai kelas atas karena berasal dari keluarga guru dan bisa masuk seminari. Dan saya, paling sombong padahal berasal dari keluarga sederhana. Meskipun demikian ketika berunding menentukan tema perayaan ini, kami bertiga sepakat, temanya adalah ‘Ia harus makin besar, tetapi aku harus semakin kecil,’”  cerita imam itu.

Pastor Mengko yakin, “Imamat adalah semata-mata karena kasih karunia Tuhan, sedikit pun bukan jasa kami. Maka, adik-adik seimamat, jangan anda merasa kecil terhadap kami yang sudah pesta emas karena imamat adalah semata-mata kasih karunia Tuhan. Dan tema yang kami ambil bukan karena kami sudah menghayatinya, melainkan karena kami sementara berjuang juga.”

Mgr Suwatan dalam sambutan tertulis mengatakan, “Imam adalah alter Kristus, Kristus yang lain, orang yang mewakili dan menghadirkan Kristus dalam hidup dan karya penyelamatan-Nya, sehingga bila kita menghormati imam Kristus, kita menghormati Kristus juga, dan yang  mencela imam Kristus berarti juga mencela Kristus juga. Karena anugerah imamat melampaui semua pengertian. Namun imamat ini diberikan kepada manusia lemah, bukan tanpa kekurangan dan dosa. Saya yakin para yubilaris sadar dan mengalami keluhuran imamatnya serentak kelemahan mereka sebagai manusia.”

Tahun-tahun pertama imamat keempat pastor itu, menurut Pastor Untu, sudah memukau umat dan membangkitkan panggilan-panggilan baru, apalagi selama 50 tahun pengabdian mereka di mana-mana. “Pada HUT ke-50 ini sebagai konfrater yang sudah lanjut usia mereka masih berkiprah baik di paroki dan karya khusus, maupun dalam kesaksian seperti doa, komunitas, kesehatan, ketaatan, kesederhanaan, terutama tetap mengasihi Tuhan dan sesamanya.” (Sales Tapobali)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version