Home SOSIAL Sampah punya nilai profit, tak serius olah sampah akibatkan penyakit

Sampah punya nilai profit, tak serius olah sampah akibatkan penyakit

0

bu susi2 (1)

Setiap hari, ada seorang ibu yang masuk keluar sekolah, kantor, desa, kelurahan dan kecamatan. Pekerjaannya hanya berurusan dengan sama. “Saya terus mengampanyekan sampah, bahaya sampah, pentingnya upaya bersama mengolah sampah, mengolah sampah menjadi produk yang berguna bagi masyarakat dan memasarkannya.”

Susilowati Koopman yang dikenal dengan Ratu Sampah itu berbicara dengan PEN@ Katolik dalam sebuah pertemuan di kediamannya di Lokaria Pantai Paris Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, NTT, tanggal 19 Februari 2015.

Direktris Bank Sampah Flores (BSF) itu mengaku melakukan usaha itu karena yakin bahwa Tuhan, yang menciptakan bumi dan isinya, memberikan kuasa kepada manusia untuk merawat bumi ini dan segala isinya. “Maka Tugas manusia adalah merawat bumi ini agar tetap indah,” tegas perempuan berusia 47 tahun yang akrab dipanggil Susi itu.

Menurut istri dari Herman Koopman yang berkebangsaan Belanda itu, jika pengelolahan sampah tidak serius maka harganya mahal buat kesehatan manusia, karena bisa menyebabkan penyakit berbasis lingkungan seperti malaria, demam berdarah, diare  dan tipes. “Jika sampah dikelolah dengan baik maka lingkungan akan bersih, tidak ada kuman dan tidak ada penyakit,” jelasnya.

Selain itu, menurut Susi, sampah mempunyai nilai profit kalau dipilah-dipilah dan dijual di BSF. Mengapa sampah mesti kelolah? Khusus plastik dan kaca sangat berbahaya. Sampah-sampah plastik butuh ratusan tahun untuk hancur di tanah. Kalau manusia terus menerus membuang sampah dan tidak dikelolah dengan baik suatu saat generasi ini akan tidur di atas sampah,” jelasnya.

Relawan Green Indonesia itu menjelaskan bahwa hingga Januari 2015, BSF sudah menjaring 631 nasabah dan membuka 3  Bank Sampah Unit masing-masing di Madawat, Kewapante dan Mauloo, yang semuanya di Kabupaten Sikka. Dari ketiga unit itu, nasabah Gregorius Moa dari Bank Unit Kewapante mendapat ranking tertinggi penjualan sampah, yakni sebanyak 1 ton.

Gregorius mengatakan kepada PEN@ Katolik tanggal 26 Februari 2015 bahwa dia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sampah. “Saya juga terkejut bahwa saya meraih ranking tertinggi penjualan sampah di BSF. Itu bukan tujuannya. Tujuan saya adalah menunjukkan kepada masyarakat bahwa memberi teladan itu jauh lebih baik daripada sekedar bicara tentang sampah,” ujar mantan frater dari Seminari Tinggi Santo Paulus Ledalero, Maumere, yang kini mengajar di Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere. (Yuven Fernandez)

activate javascript

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version