Ada ratusan anak muda Timor yang bersemangat untuk belajar dan memiliki pendidikan tinggi. Untuk menjawab kebutuhan itu, Serikat Yesus (SY, atau Yesuit) membuat Proyek Pendidikan Yesuit di Timor Timur (Timor Leste), termasuk dua lembaga pendidikan yang merupakan sumber daya berharga bagi Gereja setempat dan masyarakat sipil.
Proyek itu mendapat dukungan signifikan dari provinsi-provinsi Yesuit dari Australia, Jepang dan Filipina. Proyek pendidikan itu terdiri dari dua lembaga yang saling melengkapi, yakni sekolah menengah Kolese Santo Ignatius Loyola, dan sekolah pendidikan guru Institut Santo Yohanes de Brito. Proyek itu terletak di Kasait, daerah pedesaan sekitar 18 km dari Dili. Pembangunannya dimulai tahun 2012 dan masih terus dibangun hingga 10 tahun lagi.
Pada Januari 2018 sekolah menengah itu akan memiliki sekitar 550 siswa. Sekolah kejuruan akan dibangun tahun 2015. Sementara itu, sekolah pendidikan guru bertujuan mempersiapkan guru untuk tingkat pendidikan lebih tinggi, bahkan untuk mata pelajaran dan teknik profesional. Institut de Brito yang hampir selesai, akan terbuka tahun 2016.
Yesuit memutuskan untuk memberikan kontribusi pada pertumbuhan negara seperti Timor Timur, dengan bekerja sama dengan lembaga-lembaga negara itu. Setelah kemerdekaan tahun 2002, menurut para biarawan Yesuit, pemerintah merasakan kebutuhan besar untuk membangun kembali sistem pendidikan yang tidak hanya membantu perkembangan ekonomi tetapi juga pembangunan identitas bangsa.
Biarawan-biarawan Yesuit pertama tiba di Timor Timur lebih dari satu abad yang lalu dan segera terlibat dalam pendidikan. Timor Leste memiliki penduduk 1,2 juta orang, 99 persen di antaranya beragama Katolik. (PA) (Agenzia Fides 31/01/2015)
Foto-foto memperlihatkan suasana awal Kolese Santo Ignatius Loyola di Kasait, Timor Timur, setelah dibuka tanggal 15 Januari 2013. Foto dari Province Express