Awal tahun ini terjadi tahbisan imam di beberapa keuskupan. Salah satunya di Pertapaan Santa Maria Rowoseneng, Temanggung, Jawa Tengah. Namun, menurut abbas pertapaan itu, Pastor Aloysius Gonzaga Rudiyat OCSO, tahbisan imam baru dapat dilihat sebagai tahap awal yang masih menyusul tahap-tahap selanjutnya yang panjang dan menuntut banyak perjuangan dan pengorbanan.
Maka, jelas Abbas Gonzaga dalam sambutan usai tahbisan imam Pastor Maximilianus Slamet Widodo OCSO dan Pastor Antonius Anjar Daniadi OCSO di Rowoseneng, 25 Januari 2015, “upacara tahbisan imam hari ini dapat dilihat sebagai bunyi peluit yang menandakan dimulainya pertandingan atau serangan yang sebenarnya.”
Kedua imam baru yang berasal dari Paroki Santo Paulus Sendangguwo Semarang itu sedang memasuki suatu babak baru dalam hidup mereka, jelas abbas itu.
Abbas itu menjelaskan, komunitas yang dipimpinnya menjalani tata kehidupan yang berguru kepada Santo Benediktus yang menulis peraturannya pada abad ke-6. Merujuk peraturan Santo Benediktus, abbas memberi pesan kepada kedua imam itu, “Ia harus tahu bahwa ia jauh lebih tunduk pada tata tertib yang ditentukan oleh peraturan. Janganlah imamatnya dipakai sebagai dalih untuk melupakan ketaatan.”
Abbas Gonzaga juga mohon doa restu bagi kedua imam baru agar anugerah imamat, yang baru mereka terima, membaharui dan meningkatkan tekad mereka untuk makin lama makin maju dalam perjalanan menuju Allah.
Kedua imam itu ditahbiskan oleh Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta. Dalam homilinya, Mgr Pujasumarta menyampaikan bahwa tahbisan imam adalah peristiwa dari kehendak manusia untuk mau menyatakan bahwa hidupnya adalah hidup yang ilahi. “Yang ilahi itu bukan konsep yang tidak jelas tetapi pribadi yang hidup dan sungguh-sungguh berarti pada dirinya.”
Keilahian itu, menurut uskup agung itu, sungguh-sungguh dekat dengan manusia. “Kita bisa belajar dari apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia mengalami yang ilahi itu sebagai yang bermakna bagi hidup-Nya.”
Mgr Pujasumarta berharap, tahbisan imam memperteguh Gereja supaya memiliki pengalaman akan Allah secara benar dan baik. “Kehadiran imam-imam tentu memperteguh kehidupan Gereja yang berdoa sekaligus aktif mewartakan Kerajaan Allah,” kata Mgr Pujasumarta seraya berterima kasih atas kehadiran para rahib di Rowoseneng dan rubiah di Gedono yang membuat Gereja menjadi Gereja yang berdoa.
Dalam tahbisan yang dihadiri sejumlah imam, biarawan-biarawati dari berbagai tarekat, keluarga dan kerabat dari dua imam tertahbis itu, imam yang baru Pastor Maximilianus Slamet Widodo OCSO mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah lelah mengasihi mereka.
“Ia tak pernah menyerah untuk selalu memanggil kami. Itulah alasan kami memakai moto ‘Love never gives up’. Kasih itu pantang menyerah. Kasih tersebut tak pernah lelah untuk mendampingi dan membimbing dalam rentang hidup kami selama ini dan selamanya nanti,” kata imam baru itu.
AR Supardi, orangtua dari salah satu imam itu berharap, kedua imam itu taat dan setia. “Walaupun tantangan semakin besar, tapi karena Tuhan menyertai pasti dia akan taat sampai akhir,” katanya.
Dari berbagai laporan yang diterima PEN@ Katolik, tanggal 31 Januari 2015 Uskup Manado Mgr Josef Theodorus Suwatan MSC menahbiskan dua imam diosesan atau projo yakni Pastor Ambraham Ramlan Mantow Pr dan Alfianus Windy Tangkuman Pr di Gereja Hati Kudus Yesus Tomohon. Sehari sebelumnya, 29 Januari 2015, Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Sinaga OFMCap menahbiskan delapan imam di Gereja Santo Yoseph Pematangsiantar, Sumatera Utara, dan 6 Januari 2015 Uskup Timika Mgr John Philip Saklil Pr menahbiskan 10 imam baru (delapan imam diosesan dan dua imam OFM) di Gereja Kristus Sahabat Kita Nabire, Papua.(Lukas Awi Tristanto)