Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) melaksanakan Penutupan Tahun Pelayanan 2014 dan Pembukaan Tahun Syukur dan Hidup Bakti 2015 di Katedral Jakarta, 3 Januari 2015, dengan peresmian logo Tahun Syukur 2015, Perayaan Ekaristi, pelepasan burung merpati, dan sumbangan umat KAJ untuk pembangunan Rumah Sakit St Carolus.
Untuk menutup Tahun Pelayanan dan membuka Tahun Syukur, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo telah menerbitkan Surat Gembala pada Hari Raya Keluarga Kudus, 27-28 Desember 2014.
Mgr Suharyo berterima kasih kepada semua umat KAJ yang secara berbeda telah memberi warna dan wujud Tahun Pelayanan dan menegaskan bahwa semangat pelayan yang berkembang dan terwujud di KAJ dan melalui KAJ sungguh sangat membanggakan.
Juga dikatakan dalam pesan audio itu bahwa semboyan “Semakin Beriman, Semakin Bersaudara, Semakin Berbela Rasa” tidak tinggal semboyan, “tetapi benar-benar berbuah dalam berbagai bentuk pelayanan kreatif, bukan hanya di wilayah KAJ tetapi tersebar meluas di berbagai tempat di Indonesia.”
Semboyan untuk Tahun Syukur adalah “Tiada Syukur Tanpa Peduli,” yang mencerminkan dinamika hidup beriman yang semakin Ekaristis, kata Mgr Suharyo. “Dalam Perayaan Ekaristi kita mengenangkan Yesus yang mengambil roti, mengucap syukur, lalu memecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa bentuk syukur yang paling sesuai dengan teladan Yesus adalah kerelaan untuk dipecah-pecah dan dibagikan seperti roti Ekaristi.”
Uskup agung percaya bahan-bahan yang disiapkan Panitia APP KAJ sangat memadai untuk mendalami makna semboyan itu. “Keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan yang disiapkan pasti memperkaya, meneguhkan dan menjadikan hidup kita pujian bagi Tuhan dan berkat bagi semakin banyak orang.”
Diingatkan, warga KAJ juga diundang untuk mengikuti dinamika Gereja semesta dan Paus Fransiskus telah menetapkan Tahun 2015 sebagai Tahun Hidup Bakti yang dibuka secara resmi 21 November 2014 dan berakhir 21 November 2015. “Kesempatan ini sungguh tepat untuk merenungkan bagaimana seluruh umat beriman khususnya kaum muda dipanggil untuk mempersembahkan hidup melalui panggilan hidup membiara demi kemuliaan Allah, keselamatan manusia dan seluruh dunia.”
Tahun itu juga menjadi tahun syukur atas rahmat panggilan khusus yang dianugerahkan kepada biarawan-biarawati, “khususnya yang pernah sedang dan akan hadir serta memberikan pelayanan di KAJ.” Umat KAJ ingin berterima kasih kepada mereka. “Saudara-saudari kita para biarawan-biarawati itu telah ikut menulis sejarah KAJ dan akan melanjutkan peran mereka yang sangat penting. Kita doakan mereka agar menjadi saksi betapa indahnya panggilan hidup berbagai biarawan dan biarawati.”
Mgr Suharyo ajak kaum muda bertanya dalam doa, “Tuhan jalan mana yang Engkau kehendaki untuk saya dalam peziarahan hidup ini.” Kalau Tuhan menggerakkan hati kaum muda untuk memilih jalan hidup sebagai imam, biarawan-biarawati, “Semoga kalian dengan lapang hati dan gembira menjawab panggilan itu. Kalau pun jawaban Tuhan lain, doa seperti itu akan sangat besar artinya karena menyadarakan kalian semua bahwa hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan. Keyakinan seperti ini akan membawa kalian masuk ke dalam pengalaman iman yang akan menentukan masa depan kalian.”
Menurut website KAJ, KAJ hendak bersyukur melalui evaluasi dan refleksi Arah Dasar KAJ 2011-2015. Bersyukur, tulisnya, adalah sikap dasar penting. “Yesus bergembira dalam Roh Kudus dan berkata, “Aku bersyukur kepada-MU, Bapa, Tuhan langit dan bumi,…” (Luk 10:21). Kepada para murid-Nya, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami yang diawali dengan bersyukur, memuji dan memuliakan Allah.”
Mengucap syukur juga adalah sikap dasar Jemaat Perdana yang membuat mereka menjadi Gereja yang disukai banyak orang (Kis 2:41-47). Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi berkata, “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali mengingat kamu” (Fil 1:3).
Dalam rangka merayakan Tahun Syukur, umat KAJ diharapkan mendoakan Doa Tahun Syukur dan menyanyikan lagu tema “Tiada Syukur tanpa Peduli” pada setiap kesempatan yang dirasa baik.
Dengan Tahun Syukur 2015, diharapkan umat Katolik “semakin menunjukkan rasa syukur dengan semakin peduli kepada sesama terutama yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel juga dengan upaya membangun keutuhan ciptaan serta lebih tekun mendukung pengembangan generasi muda dan panggilan biarawan-biarawati.”(paul c pati)