Senin, Desember 23, 2024
27.9 C
Jakarta

Paus Fransiskus kunjungi Masjid Biru dan Museum Hagia Sophia

Paus berdoa di mesjid

Di hari Sabtu pagi tanggal 29 November 2014, Paus Fransiskus bepergian dengan pesawat dari Ankara ke Istanbul. Satu-satunya kota lintas benua di dunia, yakni Asia dan Eropa, itu terletak di tepi Bosphorus, sungai yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Mediterania (Laut Tengah). Kedatangan Paus disambut oleh Gubernur Istanbul dan oleh Patriark Ekumenis Bartolomeus I. Kemudian, dengan menggunakan mobil Paus pergi ke Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmed.

Masjid, yang dibangun antara tahun 1609 hingga 1917 oleh Ahmed I di tempat yang merupakan situs istana besar Konstantinopel, menjadi tempat ibadah paling penting dari Kekaisaran Ottoman. Nama “Masjid Biru” berasal dari 21,043 ubin keramik pirus yang menghiasi dinding dan kubah. Keramik yang menutupi dinding, tiang dan arkus berasal dari Iznik di Nicea kuno, dan berbagai warna yang berkisar dari biru hingga hijau.

Paus Fransiskus yang berusia 77 tahun adalah Paus ketiga dalam sejarah yang mengunjungi tempat ibadah Muslim. Paus Fransiskus diterima oleh Ulama Besar (Mufti) Rahmi Yaran dan setelah melepas sepatu Paus mengelilingi masjid itu dan dan berdoa sebentar dengan tangan terkatup dan kepala membungkuk sekitar dua menit dalam hening.

Santo Yohanes Paulus II adalah Paus pertama yang mengunjungi masjid di tahun 2001 saat mengunjungi Masjid Umayyah di Damaskus. Paus Benediktus XVI juga mengunjungi Masjid Sultan Ahmed di Istanbul tanggal 30 November 2006.

Ulama Besar Yaran menghadiahkan kepada Paus sebuah mosaik biru beserta tulip bergambarkan Allah, yang dikatakan oleh Ulama Besar itu sebagai “simbol bersama” di antara umat Islam dan umat Kristen. Bapa Suci berterima kasih kepadanya atas hadiah itu. Saat meninggalkan masjid, Paus mengatakan kepada Ulama Besar itu, “Kita harus bersyukur kepada Allah, [kita harus]  memuji dan memuliakan Dia.”

Bapa Suci kemudian melanjutkan perjalanannya ke Museum Hagia Sophia, bekas basilika Patriarkat Ortodoks Yunani yang didedikasikan untuk Kebijaksanaan Ilahi. Basilika itu pertama kali dibangun tahun 360 oleh Kaisar Constantine di situs yang sebelumnya berdiri kuil-kuil penyembah berhala.

Gedung itu kemudian hancur karena dua kebakaran, satu di tahun 404 dan satu lagi tahun 532. Kaisar Justinian lalu merekonstruksi gedung itu guna menjadikannya “pekerjaan yang paling mewah sejak zaman Penciptaan.” Dia memerintahkan semua provinsi di kekaisaran itu untuk memberikan marmer yang terbaik serta bahan-bahan yang paling berharga.

Hagia Sophia diresmikan untuk ketiga kalinya tahun 537. Dalam penaklukan Konstantinopel tahun 1204, beraneka ragam perhiasan gedung itu dirampas oleh orang Kristen Latin dan di tahun 1453, ketika jatuh ke tangan Ottoman, Mehmet II memerintahkan untuk merubahnya menjadi masjid kekaisaran pertama dari Istanbul.

Selama tiga abad berikutnya, tempat ibadah Muslim ini menerima hadiah-hadiah indah dari berbagai sultan, sampai abad kedelapan belas, saat mosaik-mosaik itu ditutupi dengan plester. Tahun 1847, Sultan Abdulmegid mempekerjakan arsitek-arsitek Swiss, Gaspare dan Giuseppe Fossati, untuk membuka mosaik-moaik itu dan memugar bangunan itu. Tahun 1935, atas perintah Ataturk, Hagia Sophia menjadi museum hingga hari ini. Paus Paulus VI, Paus Yohanes Paulus II dan Paus Benediktus XVI semuanya mengunjungi museum itu dalam perjalanan mereka ke Turki.

Paus Fransiskus diterima di Pintu Imperial oleh direktur museum, yang menemaninya dalam tur yang berlangsung sekitar setengah jam. Setelah mengelilingi museum itu, Bapa Suci menandatangani buku tamu Hagia Sophia dengan menulis, pertama kalimat dalam bahasa Yunani Αγία Σοφία του Θεού (Kebijaksanaan Suci dari Allah), kemudian dalam bahasa Latin: “Quam dilecta tabernacula tua Domine” atau dalam bahasa Indonesia “Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya Tuhan (Mazmur 84).

Juga ditulis, “Merenungkan keindahan dan keharmonisan tempat suci ini, jiwaku terangkat ke Allah Yang Mahakuasa, sumber dan asal setiap keindahan, dan saya meminta kepada Yang Mahatinggi untuk selalu membimbing hati manusia di jalan kebenaran, kebaikan dan perdamaian. ”

Setelah meninggalkan Hagia Sophia melalui Gerbang Indah, Paus Fransiskus diantar menuju Kedutaan Vatikan di Istanbul. Anggota-anggota umat  Katolik (Latin, Armenia, Suriah dan Kaldea) dari Istanbul menunggu Paus di sana. Paus disambut oleh Ketua Konferensi Waligereja Turki, Uskup Agung Ruggero Franceschini OFMCap.

Meskipun sekitar 90 persen penduduk Turki beragama Islam, ratusan orang nampak berada di depan Hagia Sophia. Mereka menyalami Paus dengan lagu-lagu di depan museum itu dan di sepanjang jalan yang dilalui iring-iringan mobil yang ditumpangi Paus. (pcp berdasarkan laporan VIS dan Zenit)

Paus di Turki Mesjid Biru

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini