Home KEGEREJAAN Panggilan imamat yang berbeda dan berliku adalah rahmat Tuhan

Panggilan imamat yang berbeda dan berliku adalah rahmat Tuhan

0

DSCN4163

Sebagai umat paroki Santa Maria Tangerang, Ibu Domeri selalu memasak daging ayam untuk para imam yang bertugas di paroki yang sekarang bernama Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda Tangerang. Kegiatan yang selalu diperhatikan oleh anaknya saat usia sekolah itu ternyata “karena rahmat Tuhan” membuat anak itu menjadi imam.

Anak yang kini menjadi kepala Paroki Kalvari Lubang Buaya, Jakarta, itu adalah Pastor Yustinus Ardianto Pr. Pengalaman panggilan itu dia sampaikan dalam Misa Syukur HUT Tahbisan Imam (Diosesan) Keuskupan Agung Jakarta yang berusia 3 sampai 26 tahun tahbisan, di Kebun Taman Buah, Rajeg, Tangerang, 18 Agustus 2014.

Pastor Yustinus dilahirkan dan dibesarkan di Kutabumi, Tangerang, dalam keluarga yang kehidupan rohaninya memungkinkan dia memilih menjadi imam, meski mereka selalu berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain.

Pastor Yoseph Gunawan Pr yang berasal dari Pulomas, Jakarta, juga punya pengalaman unik. Dia mengaku waktu sekolah dikenal sebagai anak yang (maaf, bodoh), bahkan ketua lingkungan di Pulomas meragukan kemampuan intelektualnya dan “merasa Yosep kecil tidak pas menjadi imam,” katanya. Namun, “karena Tuhan sungguh memberikan rahmat maka saya menjadi imam KAJ.”

Vikjen Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Pastor Samuel Pangestu Pr yang juga merayakan HUT ke-15 tahbisannya menegaskan dalam homili bahwa setiap imam memiliki perjalanan panggilan yang berbeda-beda, bahkan ada yang berliku-liku.

“Panggilan menjadi imam adalah salah satu rahmat dari Tuhan, maka manusia menanggapi panggilan itu dan dengan setia melaksanakannya. Rahmat yang diberikan Tuhan kepada setiap orang sejatinya dihidupi, dilaksanakan dalam kehidupan menggereja. Ada yang dipanggil Tuhan untuk menjadi kepala keluarga ada yang menjadi pelayan Tuhan dan hari ini dalam kebersamaan perlu ditanggapi dalam kehidupan bersama,” kata Pastor Pangestu kepada PEN@ Katolik seusai Misa.

Pastor Pangestu yang sewaktu menjadi umat Paroki Katedral Jakarta pernah bertugas sebagai ketua lingkungan mengatakan, menjadi imam bukan hanya semata-mata keinginan manusia melainkan rahmat Tuhan yang diberikan kepada setiap orang. “Suasana keluarga dan peran orangtua serta para imam hendaklah memberikan teladan dalam hidup sehingga menumbuhkan benih panggilan,” harap imam itu.

Misa HUT Tahbisan Imam KAJ itu dipimpin oleh Pastor Pangestu dan didampingi Kepala Paroki Gregorius Agung Kutabumi, Tangerang, Pastor Andy Gunardy Pr, Pastor Ardianto Pr dan 16 imam lain yang juga merayakan ulang tahun tahbisan mereka. Sekitar 400 umat Paroki Kutabumi menghadiri Misa yang dirayakan di kebun pepaya dari Taman Buah Rajeg.

Kepala Desa Rajeg, Ibu Fadlah, yang hadir setelah Misa mendukung kegiatan yang dilaksanakan di wilayahnya, dan mengajak seluruh umat Katolik di Rajeg untuk senantiasa menciptakan kerukunan. “Kendati kita berbeda agama, kita adalah sama-sama menuju satu tujuan. Maka marilah bersama-sama membangun kerukunan sehingga bisa terpelihara sebaik-baiknya,” katanya.

Misa yang dipadukan dengan perayaan Proklamasi Kemerdekaan RI ke-69 itu dilanjutkan dengan berbagai permainan berhadiah untuk kelompok anak-anak dan dewasa, serta pembagian sembako.

Pastor Natalis Yosep Pr yang pernah bertugas di Paroki Gregorius Kutabumi mengagumi semangat umat Katolik Rajeg yang memiliki semangat doa yang luar biasa. “Kendati tinggal jauh dari gereja paroki, umat Rajeg sangat rajin mengikuti kegiatan di paroki. Semangat seperti ini perlu diteladani,” kata imam itu.(Konradus R Mangu)

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version