Hari Kaum Muda Asia (Asian Youth Day, AYD) ke-7 akan diselenggarakan di Indonesia tahun 2017 demikian pengumuman yang disampaikan Uskup Agung Bombay Kardinal Oswald Gracias yang juga menjabat Ketua Federasi Konferensi-Konferensi Waligereja Asia (FABC) di akhir Misa yang dirayakan di Haemi oleh Paus Fransiskus untuk menutup AYD ke-6 di Korea.
“Kami akan pulang dengan membawa kenangan-kenangan Daejeon dan Korea. Kami berterima kasih kepada Bapa Suci karena telah menjadi bapa yang sejati, penuh kasih dan ramah bagi kami,” kata Kardinal Gracias.
Setelah berterima kasih kepada semua pihak yang telah menyukseskan AYD ke-6, kardinal mengatakan, “Dan sekarang kita memikul salib Yesus dengan gembira, mulia dan bangga di bahu kami, di hati kami, dan di dalam hidup kami, saat kami meneruskan dan mempersiapkan diri untuk pertemuan AYD berikut tahun 2017 di Indonesia.”
Di depan sekitar 10 ribu kaum muda yang menghadiri AYD di Korea, Kardinal Gracias mengatakan kepada Paus Fransiskus, “Betapa gembiranya hati kami saat Anda memimpin kami dalam Ekaristi penutupan AYD ke-6 di Daejeon, Korea ini. Betapa kami terinspirasi dengan pesan Anda kepada kami: Kaum Muda Asia, Bangun! Kemuliaan para martir bersinar dalam diri kalian! Betapa senangnya kami menyadari bahwa kami dipercayakan untuk menerima tantangan mengubah masyarakat, betapa antusias kami rasakan untuk membawa sukacita Injil sampai ke ujung-ujung Korea, ke ujung-ujung Asia dan ujung-ujung dunia.”
Selama lima hari, orang muda Katolik dari seluruh Asia menikmati kegembiraan, sukacita dan berbagai permainan, serta doa, refleksi dan pertukaran. “Kami telah terbangun dari tidur akibat nilai-nilai tertentu yang menginfeksi kita. Dalam tidur ini, mata kami tertutup dari sukacita Injil, pikiran kami kurang jelas melihat visi indah Kerajaan Allah, dan hati kami kurang mengalami kehangatan kasih Yesus bagi kami,” lanjut kardinal itu.
Tapi sekarang setelah lima hari di Daejeon, lanjut ketua FABC itu, “kami telah menyalahkan kembali semangat kami untuk Injil, menghidupkan kembali semangat muda kami, dan memahami lebih mendalam konsekrasi pembaptisan kami serta makna pemuridan yang sejati.”
Degan demikian, lanjut kardinal “’Tidak’ untuk ekonomi exclusion (penyingkiran atau pengecualian), ‘Tidak’ untuk ekonomi keegoisan, tanpa etika, ‘Tidak’ untuk semangat materialisme. ‘Tidak’, ‘Tidak’, ‘Tidak’. Dan ‘ya’ untuk perjumpaan pribadi dengan Yesus ingin kami bawa selalu bersama kami. ‘Ya’ bagi jeritan orang miskin, yang melarat dan kesepian dan ‘ya’ bagi dunia yang tak sabar menanti kami.”
Dalam kunjungan apostolik ke Korea, Paus Fransiskus juga bertemu pemimpin gereja Kristen yang berbeda-beda di Korea serta pemimpin umat beragama utama lainnya di Katedral Seoul.
Di hari sebelumnya, 16 Agustus, Paus memimpin Misa beatifikasi 124 martir Korea di Seoul. Selama di Korea Selatan, selain mengunjungi Presiden Park Geun-hye dan berbicara otoritas politik dan sipil Korea Selatan, Paus juga bertemu sekelompok lansia perempuan penghibur yang dipaksa menjadi pelacur untuk militer Jepang dalam Perang Dunia Kedua, anggota kerasulan awam, sesama uskup dari Asia, komunitas-komunitas religius serta membaptis ayah dari salah seorang anak yang tewas dalam kecelakaan feri April lalu.(pcp)
What a greatest moment, waiting for the day of AYD Indonesia in 2017…..
love ittttttttttttttt…………………..